FOUR

10.8K 1.5K 66
                                    

"Astaga, Yer, lo kenapa bisa telat gini?" tanya Chaeyoung dengan raut wajah sangat cemas saat Yerim masuk ke kelas.

Yerim dengan ekspresi super duper bete mengeluh, "Gue ditinggal abang gue, Chae." Ia membongkar tasnya lagi dan mengambil botol minuman 'infus'-nya.

"Kok bisa?" Chaeyoung mengibas-ngibaskan kipas tangannya kepada Yerim, membantu gadis itu menghilangkan rasa pengap dan dahaga.

Yerim menghempas bokongnya ke bangku dan bersandar dengan malas. "Gue  kesiangan," sahut Yerim. Ia mendongakkan kepalanya. Rasa panas akibat sinar matahari dan udara kering di lapangan bola tadi masih menempel di kulitnya.

Chaeyoung tersenyum kecut dan terus mengipasi Yerim. Merasa iba. Tentu saja. Pasti Yerim mendapat hukuman yang berat dari Guru Matematika yang sangar itu.

"Kok panas banget ya?" keluh Yerim.

Chaeyoung tertawa. "Ya iyalah panas. Lo lepasin dulu gih itu hoodie. Ngapain juga pake hoodie abang lo gitu?"

Hoodie?

Yerim mengerutkan keningnya. 

Seketika Yerim menundukkan kepalanya dan tersadar bahwa ada hoodie putih yang bergantung di leher dan menutupi dadanya. Tercium semilir aroma cologne maskulin di hidung kecilnya.

"Astaga!" Yerim segera meremas hoodie itu dan melepaskannya, membuat rambut panjang hitam-kecokelatannya berantakan. 

Chaeyoung mengernyitkan keningnya dan tertawa, "Kenapa lagi?"

Gadis bersurai hitam-kecoklatan itu segera melempar pakaian itu ke atas mejanya. Panik. Menyaksikan reaksi dari Kim Yerim membuat kening Chaeyoung makin berkerut.

"Astaga, Chae, ini punya dia!" Kata Yerim dengan mata terbelalak.

"Kalo ngomong yang jelas, Yer, dia siapa?"

Yerim menatap Chaeyoung horor. Dramatis. "Senior yang bikin pala gue benjol," desis Yerim. Ia menahan napas saat mengucapkan kalimat itu.

Mata membesar dan mulut terbuka lebar merupakan tanggapan yang diberikan oleh Son Chaeyoung. Gadis berambut pendek itu tidak sadar bahwa kipas bergambar karakter Elsa pada film Frozen telah terjatuh dari tangannya dan tergeletak di lantai.

Tidak jauh beda dengan Yerim yang menatap teman sebangkunya itu dengan dramatis. Matanya ikut berkedip-kedip mengikuti Chaeyoung yang tergagap.

"K-kok bisa?"

Yerim membuang karbon dioksida dari organ pernapasannya dengan kasar dan menjawab, "Tadi pas dihukum, dia nyamperin gue. Seragam gue basah, dia pakein ini biar dada gue nggak keliatan."

Chaeyoung masih mencerna kalimat yang dilontarkan oleh Yerim. "Nyamperin?"

Yerim mengangguk. 

"Kok bisa?" tanya Chaeyoung lagi.

"Nggak tau. Gue ngembaliinnya gimana ya? Apa gue buang aja? Males ketemu dia lagi, sumpah."

Chaeyoung segera menngelengkan kepalanya dengan cepat. "Gila lo, Yer, jangan! Balikin aja. Kalo nggak, bisa dicincang lo entar," sergahnya.

"Tapi-"

"Gimana kalo minta tolong abang lo aja?" tukas Chaeyoung tiba-tiba. "Abang lo kan anak kelas tiga juga?"

Wait, Kim Yugyeom? That was a bad, a very very bad idea.

Itu adalah ide gila. Tentu saja Kim Yerim segera menggeleng. Ia tidak ingin kakak laki-lakinya itu mengetahui hal ini. Jangankan itu, penyebab kepalanya membenjol pun Yugyeom tidak peduli. Anak sulung keluarga Kim itu memang terkesan sangat cuek. Lihat saja apa yang ia lakukan pada adiknya, ia tidak mau membuang waktunya untuk membangunkan Yerim yang kesiangan, membiarkan adiknya berangkat dan pulang sekolah sendirian, berpura-pura tidak mengenal Yerim jika berada di kawasan SMA Gangnam 01, dan lain sebagainya. Jadi jika ingin memberitahu apalagi meminta tolong untuk mengembalikan pakaian Jeon Jungkook itu, sebaiknya lupakan dan buang ide itu jauh-jauh.

Catch His HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang