No Love

411 13 0
                                    

Hyojoo's POV

Setelah turun dari sedan merahku, aku segera melesat keluar dari mobil dan melangkah menuju rumah besar itu.
Wah daebak. Jongin membuat tubuhku serasa remuk. Ketika menutup pintu, aku sempat mengernyit sedikit, menarik perhatian dari salah seorang pelayan yang baru saja membungkuk menyambut kedatanganku.
"Apakah nona baik-baik saja?"
Aku mengangkat tanganku menandakan semua baik-baik saja.

Ku melesat ke kamar dengan segera dan meletakkan tubuhku ke atas kasur. Kutengok ke arah jam dinding. Pukul 22.30.

Sudah 5 jam aku tertidur di hotel itu. Dan Jongin meninggalkanku tanpa mengucapkan apapun. Dia benar-benar luar biasa. Bagaimana bisa setelah melakukan itu dia meninggalkan hotel dan kembali bekerja? Apa memang namja seperti itu? Tidak memiliki rasa lelah?

Ringrang~
Ponselku berbunyi. Dari Jongin.
Ah, tidak apa-apa bukan aku yang lebih muda darinya hanya memanggilnya Jongin saja?

"Hm." jawabku singkat
Ia menanyakan kabarku dan tentu saja aku mengumpat. "Ya. Kau tidak tau aku susah berjalan karena mu? Omo. Balas dendammu sungguh keterlaluan..." gerutuku seraya mengernyit lagi.
Terdengar di telingaku dia terkekeh.
Lalu dia terdiam sejenak.

"Hyojoo-a.." dia lalu memanggil namaku dengan begitu pelan.
"Hm?"
"Ah dwaesso. Hal ini tidak bisa dibicarakan di telpon ssperti ini.."
"Waeee~?"
"Nanti saja.."
"Yaaaaa"
"Waaeee kau penasaran? Omo seorang Hyojoo penasaran. Aku tak sabar untuk melihat wajahnya."
"Tidak lucu."
Aku lalu memutuskan panggilannya.
Ini sangatlah menyebalkan.
Aku tidak suka dibuat penasaran seperti ini, demi celana kotak Spongebob!

Tak lama, ponselku bergetar lagi.

Aku menekan tombol merah.
Lagi dan kutekan tombol merah lagi.
Hingga mungkin sampai 10x, aku baru menekan tombol hijau.

"Kau harus mengatakannya sekarang atau aku tidak akan pernah menekan tombol hijau untukmu lagi."

Suara terkekeh terdengar lagi.

Ia terdengar menghela nafasnya.
"Hyojoo-a. Apakah..."

Ia terdiam lagi. Terdengar begitu terbata-bata.

"...apakah..masih tidak ada cinta di antara kita berdua?"

Pertanyaan itu lagi.

"Jongin-a. Aku tidak benar-benar mengerti apakah itu cinta, aku tahu kau telah mendengar jawaban ini berulang kali. Aku tidak bisa mengatakan ini cinta. Aku sungguh tak mengerti apa itu cinta. Yang kutahu, kau membutuhkan ku, dan aku membutuhkanmu. Hubungan kita memang seperti itu sejak awal bukan? Kumohon berhentilah berhenti sesuatu yang shitty seperti itu..."

"Ah.." responnya pelan.

"Tapi aku takut kehilanganmu..."

"Berhenti bicara omong kosong, Kim Jongin. Sudahlah sepertinya kau terlalu lelah, begitu juga dengan diriku. Night."

Kututup teleponnya.
Dia masih saja menanyakannya....
Aku membenci ini.
Selalu saja namja yang kukencani menanyakan ttg cinta.
Membuat bulu kudukku berdiri saja..
Memangnya ada cinta di dunia ini?
Kurasa manusia hanya mengenal kenikmatan dan kenyamanan saja. Dan juga....ambisi.
Jongin mendekatiku karena ambisinya.
Baiklah, aku mendekatinya terlebih dahulu. Akan tetapi tanpa ambisinya itu, semua ini tidak akan terjadi.
'Hubungan' ini memang terjadi karena kita saling membutuhkan.
Jongin ingin memenuhi ambisinya dan aku ingin memenuhi hasratku.

Agak lama aku memikirkannya hingga tak sengaja ketika aku menutup kedua mataku, diriku terlelap.

Pendek lagi. Miyan.
Voment juseyo~

(Love) DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang