Aku menyesap segelas kopi di sebuah kedai kopi bernama
'P E L I K' kafe klasik di pinggir kota Jakarta yang membuatku termenung akan suatu hal yang terus berputar di dalam benak.Semakin hari kutunggu, panas, hujan, tak kunjung datang. Langkah kakinya entah kemana pergi. Tadinya ku kira cerita ini akan mulai dengannya yang ikut menemani bercerita. Tapi sepertinya akan aku saja yang memulai bercerita.
Namaku Seline, dan ini merupakan sepenggal cerita tentang duniaku
Pelik. Kafe mungil. Pelik, berarti aneh.
Cocok dengan angan dan perasaan ku hari ini 'a n e h'
Rasanya ingin memuntahkan perasaan canggung dan tak jelas ini.
Luigy, pemilik tubuh jangkung berumur delapan belas tahun berhasil membuat fikiran ini terus berputar entah kemana pergi. Ia seperti mengusik fikiran tanpa diketahui olehnya.
Pelik bukan? Itulah dia. Luigy seorang pria dengan paras—sungguh kalau kau liat aku jamin akan jatuh hati padanya! Ditambah dengan otaknya yang cerdas membuat dirinya bak laksana cahaya.
Tapi. Pelik rasa dalam hati ini. Dirinya tak dapat ku gapai. Hanya pesona dan tingkahnya yang aku dapat amati. Dirinya seperti manekin didalam sebuah toko, dapat dilihat tak dapat digapai.
Aku menyesap segelas kopi hangat yang disuguhkan kafe Pelik.
'Harum'
Fikirku sebelum meneguk lagi kopi tersebut sampai habis.
Aku melihat ke sudut ruangan—lalu kearah barista—dan kemudian kearah jalan yang padat diisi mobil yang berlalu lalang. Aku mengamati padatnya jalan Jakarta sambil berfikir.
Jikalau saja dahulu aku mengatakannya. Mengatakan perasaan-ku padanya. Mungkin takkan ada rasa canggung sampai sekarang, tapi mungkin, takkan ada lagi sapaan atau tegur sapa diantara kita.
Tapi, sungguh perasaan ini membuat diriku seperti tenggelam dalam dunia imajinasi—bermimpi, berharap kau dapat hadir menemani cerita dalam benakku.
Senyap. Mulai senyap rasa ini padamu setelah—lebih dari tiga bulan pergi meninggalkan duniamu, berharap bisa melupakann dirimu.
Aku melirik kearah rak buku disudut kafe dekat pintu masuk. Seorang bertubuh jangkung dengan jaket berwarna coklat dan topi dikepalanya masuk ke dalam kafe.
Membuat nafas tercekat sesaat melihat sesosok yang hadir itu.
Tubuhnya berlalu pergi kearah barista dan memesan segelas teh hangat. Berbalik kearahku dengan senyuman hangat.
'Luigy?'
Kataku sambil melihatnya duduk dihadapanku, tersenyum sambil mulai membaca novel.
Aku memejamkan mata. Saat ku buka, nihil. Dirinya tak ada disana. Luigy, tidak ada dihadapanku. Semua hanyalah ilusi belaka, teringat akan kejadian yang ku tulis dalam kepala.
Ternyata rasa ini belum padam, masih bergejolak ditemani alunan musik di kafe Pelik.
Luigy, rasaku padamu Pelik. Ingin kulupakan, tapi ilusi mu terus menghantui membuat rasa masih ingin terus berlabuh kepadamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
P E L I K.
Teen FictionPe·lik a 1 jarang ada; aneh; tidak biasa. #11 in Cafe (March, 2019) COVER; Pinterest. reiner f, 2016