Kau Tahu Rasanya Menunggu #1

672 21 2
                                    

Jatuh cintakan aku pada seseorang yang mau bertanggungjawab atas semua rindu ini, Tuhan. Aku tidaklah ingin bila rasaku menjadi layu karna kenyataan berbicara lain. Jika aku jatuh cinta padanya tolong buat dia jatuh cinta padaku, Tuhan. Aku mohon Tuhan. Aku tau, aku egois tapi ini yang hatiku ungkapkan.

Ketika hatiku merasakan ada tarikan kuat pada seseorang aku selalu mencoba mengenalnya dari segala sisi tapi apakah dia juga melakukan hal yang sama untukku. Ah.. tentu saja tidak. Belum tentu juga dia mencintaiku.

Jatuh cinta itu saling berbagi kasih sayang meskipun semuanya belum tentu terbalaskan. Dan karna cintalah yang membuatku merasakan ada dunia yang sama tapi dengan rasa yang berbeda.

***

"Restiana Swantika Lestari." Sebut seorang pria sambil mengajukan usulannya. Dan itulah namaku.

"hei boy.. kenapa aku?" Tanyaku tak terima. Telunjukku masih menunjuk wajahku yang masih menampilkan mimik keheranan. Dia malah tersenyum-senyum sendiri.

Satu orang laki-laki lain kini berjalan mendekati papan tulis dan langsung memberikan satu garis tepat dibelakang namaku. Sekarang jumlah suara untukku dan Tino sama.

"Tino curang ah," gerutuku sebal dan kembali menatap kedepan. Dia malah asyik tertawa dalam kesibukannya bermain ponsel.

"oke ini Resti sama Tino seri ya. Jadi kalian berunding sendiri siapa yang mau jadi ketua kelas dan wakil ketua kelas," terang Lutfi, mantan ketua kelasku. Aku mendesis sebal sambil memicingkan mata pada Tino.

"aku sih gak mau ya.. Jadi, ketua kelasnya Tino aja. Masak ketua kelas cewek...."

"Hahaha.. ini udah jaman emansipasi wanita kalik." Tino meraih senyum kemenangan dariku.

Jujur aja ya.. aku paling gak suka jadi ketua kelas karna ujung-ujungnya cuma jadi orang yang disuruh ini itu. Aku mah ogah. Males aja gitu.

Aku masih menampakkan wajah sebalku terus menatap kosong papan tulis yang menuliskan beberapa nama dan kenapa juga namaku ada disana. Sebal sekali aku menatapnya.

"Ya udah deh.. aku aja gak papa deh. Dari pada dia ngambek setahun." akhirnya seorang Tino juga mau mengalah dan membuatku kembali bernafas lega.

"nah gitu donk.."

***

Ajaran baru kali ini sudah berjalan hampir sebulan dibawah pimpinan Tino dan tentu juga denganku. Semuanya berjalan begitu cepat. Tidak banyak hal yang terjadi tapi aku semakin sadar siapa Tino yang sudah sejak kecil ku kenal.

Tino adalah adalah anak sahabatnya mamaku, Tante Rosa. Sepertinya mereka senang sekali menjodoh-jodohkan kami. Tapi sepertinya Tino tidak terganggu dengan hal itu. Berbeda denganku. Aku memang sangat dekat dengan Tino. Kita sering bertukar cerita tentang siapa yang kami suka. Anak mana dan seperti apa rasanya.

Tapi berbeda jika aku yang mendengar tentang gadis yang ia taksir. Dibilang cemburu sih gak berhak tapi itu yang aku rasa. Aku belum bisa mengaku bahwa ada bunga yang tumbuh. Mungkin sebentar lagi akan mekar dengan cantiknya.

"Kenapa aku jadi mikirin dia sih," Gerutu sambil menepuk jidatku berkali-kali.

"Res.. ada Tino tu...." panjang umur sekali itu anak. suara mama kini terdengar jelas di telingaku. Rasanya mustahil untuk pura-pura tidak mendengar.

Kuhela nafas dan bersiap berteriak kencang tapi kutahan karna kurasa itu sangatlah tidak sopan. Aku berjalan keluar dan mengahampiri Tino.

Sampai di bawah aku langsung mendekatinya yang sudah berada di sofa sambil memainkan ponselnya.

Kau Tau Rasanya Menunggu (Cerpen 4 Part End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang