RASA SYUKUR

4.8K 495 58
                                    

Kehadiran Ily sore tadi membuat Al tidak sanggup menutupi rasa bahagia. Ily kembali mengikuti kata hatinya untuk pulang kepada Al yang masih sah menjadi suaminya dan menepis ego yang hanya akan merusak rumah tangga mereka. Ily menyadari rumah tangga yang seumur jagung itu baru akan memulai bebak awal perjuangan hidup mereka. Ily mencoba mendengarkan semua alasan dan penjelasan Al, didengar oleh Mora, Choky, Briana juga Corin yang mengantar Ily pulang.

Setelah semua permasalahan jelas dan Ily memberi kesempatan kedua untuk Al, Mora dan Choky pulang ke Singaraja. Sedangkan Briana ikut bersama Corin. Hati mereka lega, tetapi ada rasa kecewa kepada Al. Ya sudahlah, itu bukan murni kesalahan Al, dia hanya terjebak dan tertekan dengan situasi. Walau hatinya masih terluka dan sakit dengan kejujuran Al, tetapi Ily berusaha lapang dada dan legowo menerima kenyataan pahit itu. Ini adalah ujian untuk rumah tangga mereka.

Kini Al dan Ily sedang rebahan di kasur. Tak bosan-bosannya Al menatap wajah cantik istrinya yang kini sudah kembali tidur di sisinya lagi.

"Yang," panggil Al lirih Ily yang tidur miring menghadapnya.

"Apa?" jawab Ily lembut menatap lekat wajah tirus Al.

"Maaf," ucap Al sedih dan tulus dari dasar hatinya.

"Sudah, jangan dibahas lagi, ya? Kita lupakan masalah itu, jadikan semua pelajaran untuk kita melangkah ke depan dan agar kia lebih hati-hati dalam bertindak," jawab Ily bijak membuat perasaan Al tenang.

Al mendekat pada Ily dan memeluk pinggangnya. Dia mencium pucuk kepala Ily, merasakan cinta dan ketulusan yang Ily punya. Dengan ciuman itu, Al berharap Ily dapat merasakan besar dan dalamnya rasa cinta yang dia miliki untuk istri dan calon anak mereka. Al rela mepertaruhkan jiwa, raga, dan harta demi membahagiakan keluarga kecilnya. Dia melepas ciumannya lalu menatap lekat wajah Ily. Al mengelus pipi Ily lembut hingga si pemiliknya memejamkan mata merasakan belaian yang sangat dia rindukan.

"Kamulah fajarku dan kamu juga senjaku. Kamu sakitku dan kamu juga ternyamanku. Hanya ada satu dalam doaku, agar kita selalu bersama melewati perjalanan hidup," ucap Al tulus dari lubuk hatinya membuat Ily membuka mata yang sedari tadi terpejam.

Ily tersenyum bahagia karena suaminya yang sangat dicintai dan hormati kembali hangat seperti dulu lagi. Ily mengelus wajah Al yang terlihat kusam, tak terawat.

"Kamulah terangku dan juga gelapku. Kamu sukaku dan dukaku. Hanya namamu yang selalu kusebut di setiap doaku, agar kita dapat selalu melewati segala rintangan yang menghadang dalam kehidupan ini," sahut Ily halus dan penuh penekanan, menatap Al teduh dengan senyum termanisnya.

"I love you, Cabun?" Al membalas senyum manis Ily.

"I love you more, Cayah." Ily semakin mengeratkan pelukannya pada Al. Namun, terhalang oleh perut buncitnya.

"Bun," panggil Al lirih saat Ily mencari tempat ternyamannya dalam pelukan Al.

"Iya, ada apa, Yah?" tanya Ily mendongak menatap Al yang sedang menunduk melihatnya.

"Perut kamu ganjel, jadi enggak bisa nempel."

Al pindah ke belakang Ily. Ily tersenyum melihat tingkah manja suaminya itu. Dia memeluk Ily dari belakang, memberi kenyamanannya. Saat Al mencium aroma harum dari sabun yang dipakai Ily tadi saat mandi, ada sesuatu yang bergejolak dalam tubuhnya. Al menghirup dalam-dalam aroma yang menyegarkan itu, hingga dia memejamkan mata.

"Aku merindukanmu, Sayang. Apa aku boleh menengok debay?" bisik Al membuat bulu roma Ily merinding.

"Aku juga sangat merindukamu, Honey," jawab Ily merasakan hangatnya napas Al yang hangat menyapu tengkuknya hingga aliran darah dalam tubuhnya meninggi.

Selesai memuaskan hasrat istrinya yang tidak seperti biasa itu, Al tekulai lemas. Perut yang tadi hanya terganjal mie instan kini kembali lapar. Al melihat jam dinding menunjukan pukul empat subuh. Ily sudah tidur lelap karena kelelahan, perlahan Al menarik selimut dan menutupi tubuh istrinya. Dia tersenyum melihat wajah polos Ily yang terlihat lebih fresh setelah melepaskan beban pikirannya yang tertahan selama ini.

Karena merasa ruangan itu panas, Al membuka pintu kamar sedikit agar udara sejuk masuk menggantikan udara panas di ruang sempit dan pengap itu. Al mengambil mie instan lalu memanaskan air untuk merebusnya. Mata Al sesekali melirik Ily, takut membangunkan karena suara berisik yang dia hasilkan dari memasak mie instan tersebut. Selesai memasak, Al menyantap habis mie itu dan mencuci peralatannya tadi. Karena tubuhnya yang lelah dan perutnya sudah terasa kenyang, akhirnya Al menyusul Ily tidur di sampingnya.

Al menatap wajah Ily yang tertidur lelap, dengan penerangan remang, Al masih dapat melihat wajah ayu itu, walau tidak terawat seperti dulu, tetapi masih terlihat kecantikannya yang alami. Al tersenyum kala mengingat pergulatan panasnya tadi. Al meraba lembut pipi Ily dan mengusap dengan punggung tangannya.

"Maaf aku belum bisa membelikanmu bedak dan lipstik yang mahal seperti dulu. Belum bisa membelikanmu pakaian bermerk dan menempatkanmu di tempat yang layak," ucap Al dengan perasaan bersalah yang menjalari dadanya.

Tuhan, mudahkanlah kami melalui tantangan dan kesulitan ini. Kami pasrahkan segalanya kepada-Mu, setelah kami berusaha semampu dan sekuat tenaga kami. Al berdoa dalam hati sambil menatap Ily lekat.

Al pindah posisi di belakang Ily, lalu memeluknya, memberi kenyamanan dan perlindungan. Al mulai membuka alam mimpinya bersama Ily.

Segala urusan jika kita lalui dengan tulus dan ikhlas, percaya Tuhan akan selalu ikut campur di setiap langkah dan segala keputusan yang kita ambil. Beban jika diangkat bersama akan terasa ringan, begitupun perjuangan, jika kita hadapi bersama, pasti akan terasa mudah.

###########

Terima kasih vote dan komentarnya.

PERNIKAHAN DINI (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang