Author's Note : Heyo~!! Thx atas vomment-nya! Author bener2 seneng masih ada yang mau nge-vomment nih cerita. Oke, chap ini author dedikasikan buat temen baik author yang satu lagi, pradipataruni, otaku, dan juga suka bikin fanfic. Kalo sempet, coba cek cerita yang dia bikin~! Langsung aja, balik ke cerita!
Sekian dulu note-nya, Selamat berhorror ria~!
-
"From now on, you should watch your back."
-Detik itu juga, nafasku tersendat-sendat. Peluh membasahi dahiku. Aku seakan kehabisan darah. Kepalaku pusing dan jantungku berdegup cepat sekali.
Aku tak dapat melihat dengan jelas, tetapi sepertinya makhluk itu mencoba untuk menoleh padaku. Tubuhnya perlahan berputar ke arahku.
Ya tuhan, tolong aku!
Makhluk itu begitu mengerikan. Bisa-bisa aku mati lemas saking ketakutan. Bagaimana tidak? Coba kalian bayangkan, kalian sedang berada di kamar kalian sendirian. Namun tiba-tiba kalian ditemani makhluk tak berkepala yang sedang mengenakan piyama ibumu dan terduduk manis disampingmu.
Dan kini berusaha untuk menggamit lenganmu. Tubuhku bergemetaran hebat.Kurasa inilah akhir dari hayat seorang Aquanetta Wynstelle.
Aku terus berdo'a di dalam hati sambil berharap agar kematianku lebih cepat, namun spontan, hawa dingin menusuk kulitku. Aku terkejut ketika seseorang seketika muncul dari sudut kamarku dan menusuk leher makhluk itu dengan sebuah tombak.
Tidak, tidak....kurasa itu adalah lembing.
Wajahku terkena cipratan darah segar hasil perbuatan wanita itu. Tapi setidaknya, aku bersyukur wanita itu datang tepat waktu. Tunggu! Wanita itu? Wanita itu adalah penyusup rumahku! Kenapa dia bisa ada di sudut kamarku?!
Mataku terbelalak. Wanita misterius ini menyeret makhluk mengerikan itu dan kemudian menginjak dadanya. Dari dalam potongan lehernya, darah kembali tersembur. Lalu, ujung lembing yang runcing itu, tertancap pada leher makhluk itu. Sepertinya wanita ini berusaha untuk memutuskan urat nadi makhluk itu. Aku terperangah ketakutan sekaligus kebingungan. Dari awal, makhluk itu tidak mempunyai kepala, kenapa butuh perjuangan untuk memutuskan urat nadi jika kepalanya saja sudah buntung?
Tapi kubiarkan pertanyaan itu berlalu. Yang paling penting adalah; Apa yang sebenarnya terjadi disini?!
Seusai "kegiatan"nya, wanita itu menengadahkan kepalanya dan bergumam. Aku memiringkan kepala dan bertanya-tanya dalam hati. Tapi pertanyaanku sepertinya tidak akan terjawab, karena wanita itu sudah terlanjur melompat keluar dari kamarku melalui jendela. Aku lagi-lagi dibuatnya terpana. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa seseorang meloncat keluar dan mendarat sempurna dengan kedua kaki di permukaan aspal? Lembing yang ia gunakan, tergantung di punggungnya. Wanita itu pun berlari. Menghilang dari pandanganku.
Sebenarnya, untuk apa wanita itu datang? Tidak mungkin dia datang ke rumahku hanya untuk bertamu dan melindungiku. Ya kan?
-
Beberapa jam kemudian, rumah duka pun kembali sunyi. Hanya tersisa kami bertiga--aku plus ayah dan adikku.
Aku masih trauma dengan apa yang sempat terjadi tadi. Mayat makhluk tak berkepala tersebut masih terbaring di atas tempat tidurku, namun setiap aku meminta para pelayan untuk menyingkirkannya, mereka hanya tersenyum dan berkata bahwa aku hanya butuh istirahat. Bagaimana aku bisa beristirahat jika makhluk itu masih di berada di kamarku.
Tiap detik, menit, dan jam, kuhabiskan untuk berpikir bagaimana untuk menyingkirkan mayat ini. Jika kuputuskam untuk membuangnya di tempat sampah utama seperti barang biasa, bisa-bisa tetanggaku akan mencurigaiku dengan yang tidak-tidak. Lagipula, aku tak habis pikir kenapa para butler dan maids tidak dapat melihat ada sebuah mayat membusuk di kamarku. Apakah baunya tidak tercium sama sekali? Itu tidak mungkin. Bagiku, itu bahkan dapat tercium oleh seluruh warga perumahan.
Aku kehabisan akal. Aku sendiri tidak tau bagaimana cara untuk menyingkirkannya. Bisa saja kubuang dengan kedua tanganku sendiri, tapi bagaimana kalau infeksi? Bisa gawat jadinya.
Aku menyerah, kuputuskan untuk tidur lebih awal hari ini. Tapi tidak di kamarku. Aku akan tidur di kamat cadangan yang terletak di lantai satu di sebelah ruang cuci. Walau sedikit bising, aku tidak keberatan. Lebih baik begini.
Dengan lunglai, akhirnya sampai juga. Aku sangat letih. Berpikir keras ternyata juga menguras tenaga banyak ya?
Tanpa basa-basi, kuhempaskan tubuh dan memejamkan mataku.
-
Suara bising apa itu?
Aku menguap dan terduduk di kasurku. Nampaknya aku terbangun setelah mendengar suara ribut.
Seperti ada yang menggedor dinding kamarku.
Namun biasanya, suara ini terdengar di siang hari, ketika salah satu butler sibuk mencuci di ruangan belakang.Malam hari mana ada yang masih bekerja?
Kulirik jam dinding. Wajahnya menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Astaga! Mana mungkin itu suara mesin cuci.
Siapa memangnya yang cukup rajin dan iseng untuk mencuci pakaian dini hari seperti ini?Kuberanikan diri untuk mengintip lewat lubang pintu. Jika memang ada yang bekerja di ruang cuci, pasti akan terlihat. Tapi mataku sama sekali tidak menangkap apapun. Diluar sana gelap gulita.
Segelap-gelapnya rumahku, aku belum pernah melihat rumahku gelap bak dasar samudra.
Namun tiba-tiba aku melihat sepasang mata berwarna putih. Nafasku tersendat-sendat kembali. Dan mataku mendelik.
Makhluk apa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Zero
HorrorSebuah kisah psikopat yang akan mengantar kalian ke dalam mimpi terburuk kalian. Ini hanyalah pandanganku tentang bagaimana seharusnya seorang psikopat bertindak. Dari kisah tragis dan pola pemikiran yang berbeda. Aku tahu kebanyakan cerita psikopat...