Bego.

51 8 0
                                    

"Mereka yang bersikap normal, justru mempunyai sifat lain yang tak pernah diketahui siapapun ; termasuk dirinya sendiri"




Malam itu terasa dingin. Bahkan aku tidak dapat merasakan jari-jari kakiku. Sunyi. Yang dapat kudengar hanyalah dengungan AC dan suara degupan hatiku yang tak karuan. Kalian pasti pernah membaca novel romance 'kan? Saat sang tokoh utama merasakan jantungnya berdebar kencang ketika bertemu dengan pujaan hatinya. Tetapi ini lain. Debaran jantung yang kurasakan bukan seperti itu. Sama sekali bukan. Ini seperti berada di sebuah terowongan gelap dengan perbekalan senter saja. Terowongan gelap tak berujung, namun kau dapat mendengarkan suara rintihan-rintihan serta ringisan di setiap sisi. Itulah yang kurasakan sekarang. Perasaan menegangkan yang dapat membuat jantungmu--bahkan seluruh organmu--berhenti bekerja.

Aku mencoba untuk memejamkan kedua kelopak mataku, kendati ku tahu makhluk itu akan terus mengintai dari luar kamarku.

Seriously, ada apa dengan hari ini?!

Bertemu dengan wanita asing? Oke itu biasa saja.

Melihat bibiku kejang-kejang tanpa sebab? Itu aneh.

Bertemu sleepy hollow yang berpakaian seperti ibuku? Itu mengerikan.

Dan sekarang, tertidur di kamar cadangan dan ada sosok makhluk menakutkan (lagi) memata-matai di luar pintu kamarku?

God, kill me now.

Tapi aku harus berpikir positif. Tidak mungkin ada yang lebih buruk dari ini, ya 'kan?

Suara dengungan AC berhenti seketika. Aku salah. Ternyata ada yang lebih buruk daripada ini. Mengapa lebih buruk? Karena jika suara AC berhenti, tidak ada lagi yang memisahkan diriku dengan kesunyian.

Yang dapat kudengar hanyalah degupan jantungku. Dan itu sangat menakutkan.

Aku hanya bisa memohon kepada tuhan untuk segera mengakhiri malam ini. Atau setidaknya jika memang ada yang berniat untuk membunuhku, percepatlah! Aku tidak ingin kematianku menjadi begitu menyakitkan.

Aku menarik selimut sehingga menutupi tubuhku sepenuhnya. Keringat dingin membasahi tubuhku dan aku berdoa semoga malam ini cepat berakhir. Tak lama setelah itu, AC kembil berdengung, dan aku dapat merasakan suhu semakin dingin.

Aku berterima kasih atas suara AC. Menjaga agar tidak terlalu sepi. Namun sepertinya aku salah fokus. Aku terlalu fokus dengan suara AC, sampai-sampai aku tidak memperdulikan;

Suara pintu berderik.

Aku terbelalak. Tidak berani untuk membuka mataku. Takut akan sesuatu yang menungguku. Meski hanya dibatasi dengan lapisan tipis, aku tetap menganggap bahwa aku aman. Bodohnya aku. Aku malah membuka selimut.

Dan ternyata..

...tidak ada apa-apa.

Aku menghela nafas lega. Kubalikkan badanku. Dan disitulah letak kesalahanku. Saat kututupi tubuhku dengan selimut, aku menghadap tembok. Namun ketika kubuka selimut dan tidak dapat melihat sesuatu yang aneh, kubalikkan tubuhku untuk mengambil bernafas. Dan disitulah letak kebodohanku.

Ia tersenyum.

Mengerikan. Ya tuhan, tolong aku!

Matanya yang putih belum seberapa ketika dibandingkan dengan kulitnya yang hitam legam. Dan kukunya yang begitu runcing. Tak kalah runcing dengan taring-taring yang menghiasi mulutnya.

"Belom tidur ya?" lirihnya.

Aku tidak bisa bergerak. Sama sekali. Mematung di ranjang, menunggunya untuk mengoyak-ngoyak wajahku.

Tetapi tiba-tiba terdapat sebuah pisau menancap di kepala makhluk itu.
Aku terkejut dan mencari-cari darimana asal pisau itu.

"Apa kau baik-baik saja?!" teriak orang itu.

Wanita tadi.

Wanita asing yang menyusup ke dalam rumahku dan menghilang begitu saja.

Ternyata itu adalah dia.

Aku sudah menduga bahwa wanita itu akan kembali lagi, tapi aku tidak pernah menyangka bahwa ia akan kembali dalam situasi seperti ini.

Kurasa benar juga firasatku. Wanita itu datang untuk melindungiku. Apa memang aku yang kegeeran?

"...baik."

Banyak sekali yang ingin kutanyakan padanya tetapi hanya sepatah kata yang dapat kuucapkan.

Masih banyak lagi yang ingin ku ketahui.

ZeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang