Chapter 10

489 60 11
                                    


Leona berjalan melewati beberapa siswa yang tengah melemparkan pandangan ke arahnya. Langkahnya ringan namun rautnya tampak keruh. Iris kelamnya menusuk tajam ke depan tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya.

'Pluk.'

Sebuah tepukan di pundaknya kontan membuat Leona berbalik sambil mengepalkan tangan bersiap menghajar sang penepuk tadi.

"Hey! Kau ingin memukulku?"Ashley melebarkan matanya. Terkejut dengan reaksi berlebihan yang keluar dari gadis itu.

"Jangan mengagetkanku, Ashley! Kupikir kau itu 'mereka'." Leona berdecak kesal. Menurunkan tangannya kemudian menyentil telinga Ashley dengan cukup keras. Gadis itu mengusap-usap daun telinganya yang memerah.

"Ada apa lagi?" tanya Ashley paham dengan maksud kata 'mereka' yang terlontar dari mulut sahabat barunya ini. Siapa lagi kalau bukan Stevan beserta pengikutnya. Dengan statusnya yang masih tergolong pendatang baru, Leona bisa dibilang nekat mengambil langkah berani untuk berurusan dengan siswa yang paling disegani di sekolah ini.

"Hoi?" tegur Ashley lagi saat tak ada satu ucapan pun meluncur dari bibir tipis Leona. Gadis itu diam tetapi mimiknya yang semakin dongkol sudah menjadi jawaban yang cukup jelas untuk Ashley.

Ashley menggeleng-gelengkan kepala sehingga kuncir pirangnya bergerak ke sana ke mari. "Baiklah. Kita ke kelas saja ya?" Tanpa perlu menunggu anggukan dari Leona, gadis itu menggandeng lengannya, lalu berjalan dengan wajah sumringah, kontras dengan gadis yang sedang digamitnya.

"Selamat pagi." Ashley memberi salam saat keduanya melangkahkan kaki ke dalam kelas. Sedangkan Leona cuma bisa diam, tak berniat untuk bersikap hangat dan ceria layaknya Ashley. Bukan tipenya untuk berperangai menyenangkan kepada semua orang. Baginya beramah-tamah dan memamerkan senyum lebar seraya menyapa adalah suatu isyarat dan undangan bagi orang lain untuk bersikap seenaknya dan pertanda dirimu adalah suatu sarana empuk untuk dimanfaatkan. Ia benci itu. Namun agaknya pandangannya sedikit demi sedikit mulai berubah, terbukti dengan senyum kecil –walaupun kaku- yang ia pasang sebagai respon dari sapaan beberapa teman sekelasnya.

"Ashley. Leona." Gadis dengan surai coklat, Ayana menyambut mereka. Bibirnya terkulum. "Leona kau cantik sekali pagi ini," lanjutnya lagi.

Ashley mengangguk dan menepuk dadanya bangga. "Sudah kukatakan Leona ini akan semakin cantik jika rambut panjangnya dikepang samping dengan poni menutupi sedikit bagian dahinya."

Leona tersenyum kikuk. Beribu pujian yang sering ia terima tak pernah membuatnya senang. Menurutnya itu bohong. Karena pada kenyataannya, orang-orang itu cuma hanya sandiwara. Memujinya setinggi langit di depan, menjatuhkan serta menjelekkan dirinya di belakang. Namun dua gadis di hadapannya ini berbeda. Paling tidak itulah yang ia rasa. Meskipun Ashley dan Ayana tidak bisa diperintah seperti para pengikutnya di LA. bahkan cenderung menyebalkan –terutama Ashley-, ia merasa mereka memiliki satu hal yang sulit ia rasakan dari orang lain. Tulus. Dan ia mulai menyukainya.

"Oh, ya. Mr. Richard tidak masuk jam pertama hari ini. Tanggung katanya. Lagipula hari ini ada pertandingan basket antar kelas." Ayana berujar sembari memainkan jarinya.

Ashley menggerutu. " Mr. Richard hanya mencari alasan. Pertandingan basket dimulai saat jam istirahat. Seharusnya ia bisa masuk jam pertama." Matanya melirik gadis surau hitam di sampingnya. "Kita nonton basket, yuk?" ajaknya.

Dengan bosan Leona menopangkan tangan di dagu. "Malas." Ia mengalihkan pandangannya lagi ke arah jendela, menatap apa saja yang terpampang di taman yang terletak tepat di bawah jendelanya.

"Kau tidak ingin mendukung sepupumu? Hari ini pertandingan kelas Kevin lho."

Ucapan Ashley reflek menyegarkan ingatannya. Leona menghela napas. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan hal itu ketika sepupu tampannya itu selalu mewantinya untuk menampakkan batang hidung di kursi penonton saat pemuda itu bertanding nanti.

Arrogant Is My Middle Name [ Slow-Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang