Pic : Kierra's & Alvaro's
***
Kierra tiba di tempat pesta adiknya Alvaro. Ia tersenyum senang karena garden party ini benar-benar terlihat natural. Suasananya menyenangkan, dan Kierra dapat mencium aroma makanan dari pintu depan.
Di sampingnya, Alvaro tersenyum sambil meraih tangan Kierra untuk menggandengnya.
"Adikku namanya Al. Dia yang desain ini sendiri. Kebetulan papa lagi ke Brazil, jadi... Nanti ketemu mamaku aja ya??"ucap Alvaro di sela - sela kekaguman Kierra.
Kierra pun menoleh cepat. "Ketemu mama kamu??"
Alvaro mengangguk yakin. "Yuk masuk."
***
Pestanya nampak meriah namun sederhana. Beberapa orang dikenali Kierra sebagai adik kelas di kampusnya, namun lebih banyak yang tidak diketahui Kierra.
"Aku memang baru pindah ke sini, tapi adikku lahir dan besar disini. Jadi.. Dia sudah banyak teman,"jelas Alvaro.
Kini kedua anak manusia itu tampak membelah lautan manusia, dengan tujuan mencari adik Al.
"Cake-nya keren. Aku selalu bermimpi memakan semua kue ini,"ucap Kierra, saat mereka melintasi cake tingkat 5 milik Al.
"Sakit perut nanti. Ohya, Daisy!! Al mana ya??"
Seorang gadis yang ditanyai oleh Alvaro menunjuk satu arah, lalu gadis itu melanjutkan langkahnya.
"Nah, adikku disana. Ayo, aku kenalkan!!"ajak Alvaro semangat. Ia menggandeng Kierra layaknya tuan putri, sedang Kierra mengikuti dengan santai. Meski jantungnya-lah yang tidak santai.
***
Kierra POV
Adik Al terlihat manis. Ia mengenakan dress yang waktu itu dibelikan Alvaro. Ingat saat kami mencari kado untuknya bersama?? Nah iya, ia memakai dress itu. Sesuai dugaanku, dress itu tampak sangat pas dan menawan di tubuhnya.
"Al, ini Kierra. Kierra, ini Al."
Sontak aku membentuk huruf O dengan mulutku. Sepertinya wajahnya familiar. Karena itu aku mengernyitkan kening, berusaha mengingat. Sedangkan Al, ia tampak sama terkejutnya denganku.
"Key!! Alv, dia mantannya Evan!!"seru Al sambil menunjuk wajahku. Tidak sopan sekali. Tapi...
"Alona? Yang di toilet?" Ingatanku melayang ke saat itu, dan tentu saja. Al ini adalah Alona yang menanyakan soal Evan di toilet.
"Kalian sudah saling kenal??"tanya Alvaro bingung. Ia merangkulku, sedang Alona memberi tatapan tajam padaku.
"Alv!! Dia sombong lho. Dan dia itu mantannya Evan Ueno. Kamu bisa apa deh??"tanya Alona dengan nada meremehkan. Sontak Alvaro pun mencubit pipi Alona.
"Key, ini adikku, Alona Jesse Houston. Maaf ya, dia agak kurang ajar gitu,"kekeh Alvaro. Alhasil Alona makin merengut.
"Alona, happy birthday ya.. Maaf waktu itu aku berkesan sombong, soalnya aku lagi badmood waktu itu. Dan.. Kalian ngomongin mantanku, jadi.. Happy birthday adiknya Alvaro,"ucapku sambil tersenyum manis. Aku mengulurkan tanganku pada Alona, yang masih diam.
"Ayo Al.. Jangan gitu ih!!"
"Iya iya.. Thank you Key."
Aku mengangguk. "But Houston?? It's my father's family name."
"Thought you're Athlesen??"tanya Alona. Kini ia tampak sudah bisa menerimaku, meski masih menunjukkan ketidaksukaan.
"Itu nama belakang ayah tiriku. Well, Alona, I wanna go to restroom. May I??"
Alona mengangguk. "Alv, anterin tuh!! Awas kalo macem-macem ya!!"
Alvaro meringis, lalu menepuk kecil pundak adiknya sebelum membawaku pergi.
***
Vee's POV
"Jadi kamu betul-betul Key yang mantannya Evan Ueno, seorang model itu??"
"Please, jangan mengulang-ulang kata mantan. Disgusting. Dan.. Memangnya kenapa??"
Alvaro menggeleng, seraya mengambil segelas cocktail.
"Mantanmu Evan Ueno. Dia model dan sudah berpenghasilan. Aku punya apa yang lebih baik dari dia??" Kemudian lelaki itu berdeham. "Kamu mau ke toilet? Ada di sebelah sana." Alvaro menunjuk suatu titik dengan raut salah tingkah.
Kini Kierra yang menggeleng sambil terkekeh kecil. Baru saja hatinya berdesir aneh saat Alvaro mengucapkan kalimat pertamanya tadi.
"Nggak, sudah nggak pingin kok Alv. Ehm.. Emangnya kamu suka sama aku??"
Sedetik kemudian Kierra menutup mulutnya demi pertanyaannya yang terlalu polos itu.
***
Louis menepuk - nepuk punggung Laurent dengan sayang. Pasalnya, sudah sejak kemarin kembarannya itu tidak berhenti menangis.
"Stop crying, Lau. Crying doesn't finish anything!! Realize that crying only throw up your energy!!"
Dan Laurent masih sesenggukan. Tangannya bergerak mengelap ingusnya.
"He's bastard, Lou! Asshole!!"
Louis pun menghela nafas, berusaha sabar, lalu memberikan selembar tissue lagi pada Laurent.
"Do you know, my little angel?? Kalau kamu bukan kembaranku, tentunya aku nggak akan keberatan untuk gantiin posisi dia. Jadi, believe me. There's any other man waiting for you."
Laurent mengangguk sambil menyedot ingusnya.
"Kamu nggak cocok untuk jadi bijak, Lou. You better be my stupid Louis."
Kali ini Laurent berucap sambil tersenyum, sehingga Louis pun mengacak rambut kecoklatan milik Laurent.
"Janji jangan nangis lagi??"
Laurent mengangguk, lalu keduanya berpelukan layaknya Teletubbies, pertama kalinya dalam usia dewasa mereka.
"Kamu tahu? Kalau suasana sedang seperti biasa, aku akan menuntut perusakan nama baik yang baru saja kamu lakukan, Lau."
Mendengarnya, Laurent terkekeh sambil memeluk Louis lebih erat. Tawanya terdengar sumbang karena masih ada sisa tangis, namun kekehannya itu membuat Louis tersenyum. Setidaknya ia sudah bisa menenangkan Laurent.
KAMU SEDANG MEMBACA
Went Away
Teen FictionKierra Athlesen, Alvaro Springton, dan Evan Ueno. Berlatar di New York City yang elegan. Disertai lika - liku kehidupan yang penuh warna. Berusaha menerima kenyataan, yang tidak selalu seindah keinginan. *** Sudah tamat? Iya. Mau baca? Silakan, Vee...