Twenty Five

22 3 0
                                    

Pic: -

***

Azareel dan Elaine. Sepasang anak manusia itu berdiri bersebelahan di backstage. Entah mengapa, Evan jadi keranjingan mengajak Elaine dalam setiap acaranya.

Azareel berdeham, lalu memutuskan untuk menyapa Elaine yang terus menunduk dari tadi.

"Cam. Apa kabar??" Azareel menoleh, memaksa Elaine mengangkat pandangannya.

"It's El now, Reel,"balas Elaine dengan senyum tipis. Ia mengusap tato di tangannya, pertanda grogi.

"Oke. Jadi... How are you , El?? I'm Areel, nice to meet you again."

***

Derby menuang bubur yang baru saja di masaknya ke dalam mangkok. Ia baru bersiap berbalik badan saat suara Arshel menghentikannya.

"Biar aku saja. Pasti kamu sudah lelah. Aku tidak keberatan mengantarnya untuk Key."

Namun Derby terkekeh. "Dasar modus,"cibirnya.

"Hahaha.... Nggak lah, Derbz. Hatiku cuma milikmu kok."

Deg.

Derby otomatis berhenti beraktivitas. Ia menatap Arshel dengan pandangan sulit diartikan.

***

"Thank you sudah datang. Mama sudah sangat merindukanmu."

Kierra tersenyum mendengar cipika - cipiki Alona, sementara Alona masih berceloteh dengan riangnya.

Ya, ia memang berada di rumah Alvaro sekarang. Rumah Alvaro, yang berarti rumah ayahnya juga.

"Ehmm... Alvaro..."

"Nggak ada, dia sedang sibuk di pekerjaan sampingannya,"potong Alona cepat. Tangannya tak lupa menyeret Kierra agar memasuki rumahnya lebih dalam.

"Kierra!! Nice to meet you again."

Kierra tersenyum dan segera menghampiri mama Alvaro dan Alona itu. Berpelukan layaknya sudah lama tak jumpa.

"Kamu dan Varo sudah putus ya?? Aku ikut bersedih, tapi kamu anakku juga kan berarti??"

Kierra terpaku. Alona mencubit mamanya gemas sambil melotot.

"Mama apaan sih?? Ah udah ah, Key, ayo ke kamarku. Ada Daisy lagi main."

Dengan itu, Kierra dan Alona pun menghilang menuju kamar Alona. Mengabaikan mamanya yang terkekeh tak jelas.

***

Alvaro adalah barista Starbucks sekarang. Ia memutuskan mengambil pekerjaan itu untuk mengisi waktu luangnya.

Saat ini, Starbucks sedang ramai. Alvaro mondar-mandir kesana kemari menyiapkan pesanan.

"A venti cotton candy please."

Alvaro mengangguk seraya mengambil sebuah gelas yang dipesan. Ia baru ingin membuka mulut untuk bertanya saat si pemesan menyebutkan namanya duluan.

"It's Irish."

***

"Maafkan mama, ya, Key. Dia sebetulnya sangat menyukai kamu dan Alvaro bersama, tapi..."

"It's okay, Al. I know."

Kierra tersenyum, lalu melayangkan pandang pada Daisy. Teman Alona itu sedang asyik memainkan tabletnya, tak menghiraukan Alona dan Kierra yang baru saja masuk ke kamar itu.

"Daisy, ini Kierra. Kukira kamu sudah tahu,"ujar Alona sambil mengangkat bahu, namun Daisy tak menggubris.

"DAISY!!!"

Kali ini Daisy tersentak. Ia nyengir sambil melempat tabletnya ke kasur.

"Hai, Kierra. Aku sudah banyak mendengar tentangmu dan Alvaro dari anak tengil ini."

Ctak. Alona segera saja menjewer telinga sahabatnya itu, sementara Kierra terkekeh garing.

"Yang benar saja, kamu menghina sahabatmu ini?? Enyahlah Daisy dari kamarku,"ambek Alona, melipat tangannya di depan dada dengan wajah cemberut.

Daisy dan Kierra dengan segera menertawainya.

***

Alvaro baru saja duduk untuk beristirahat ketika sebuah suara wanita memanggilnya.

"Uhmm.. Hei.. Kamu??"

Alvaro menunjuk dirinya yang masih mengenakan celemek Starbucks, lalu berdiri untuk melayani gadis yang memanggilnya itu.

"Ada apa, nona??"tanya Alvaro sopan.

"Aku Irish yang tadi memesan cotton candy ukuran venti. Tetapi aku diberikan ukuran tall??"

Irish menyodorkan struknya yang segera diterima Alvaro.

Melihatnya, Alvaro segera tersenyum meminta maaf. Alvaro sudah bersiap membuatkan minuman yang baru untuk Irish, saat suara gadis itu menghentikannya.

"Tidak usah minuman baru. Bagaimana jika setelah shift-mu... Bolehkah kita berjalan bersama??"

Alvaro terdiam.

***

Di dalam flat, tepatnya di kamar Arshel yang rapi.

Derby berada di sana, duduk di samping Arshel. Keduanya tidak melakukan apa pun, hanya duduk diam seperti patung.

"Derby.. Kamu tahukan aku mencintaimu??"

Derby tak merespon. Ia mengernyitkan dahi seolah berpikir.

"Ayolah, ekspresimu itu membuatku ingin menciummu!!"

Segera saja Arshel memperoleh tatapan ganas ala Derby.

"Dasar calon dokter mesum!!"hina Derby, lalu membuang wajahnya ke arah lain.

Arshel terkekeh. Ia merangkul Derby agar mereka jadi mendekat, lalu berbisik di samping telinga kiri Derby.

"I 'm deeply in love with you more than we know. I don't know why but I want to know. Do you love me??"

Diakhiri kecupan ringan di daun telinga Derby yang menyebabkan gadis itu terhenyak geli.

Tanpa sadar Derby mengangguk, dan... Perang pun dimulai.

Went AwayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang