Inspirations

392 17 0
                                    

  "Selamat siang, Sayang. Apa kau sudah melahap habis makananmu?" Aku terdiam. "Daniella," aku dapat merasakan sentuhan lembut tangan seseorang di pundakku. Aku terdiam namun, aku dapat mendengar dan merasakan isak tangis orang tersebut.
Aku memutar arah kursi rodaku untuk menatap orang tersebut. Ibuku--orang yang menyentuh pundakku tadi--nampak sibuk menghapus jejak-jejak air mata diwajahnya saat menyadari tatapanku.
Ibuku membungkukkan tubuhnya untuk mensejajarkan dengan posisi dudukku. "Ma, aku gak suka lihat mama menangis," aku menghapus air mata diwajahnya. Ibuku tersenyum. "Aku punya sesuatu untukmu," aku menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Apa, Ma?"

Ibuku segera menegakkan tubuhnya dan menarik keluar suatu barang dari tas gandengnya. Itu sebuah kaus. Kaus berwarna putih yang masih berada di dalam plastik. Aku tersenyum senang. "Apa itu kaus...," ibuku segera memotong ucapanku, "ya, ini kaus yang telah lama kamu inginkan," ibuku menyodorkan kaus tersebut kepadaku. Aku menerimanya dan segera mengeluarkan kaus tersebut dari plastik bening yang melindunginya. Aku tersenyum sumringah saat merentangkan kaus tersebut dan melihat karikatur pada permukaan kaus tersebut. Karikatur 7 orang lelaki tampan yang selama ini aku idam-idamkan. Aku segera meraih kaus tersebut ke dalam pelukanku. "Makasih, Ma," lirihku. Ibu tersenyum. "Mau dipakai?" Tanya ibuku. Aku mengangguk antusias. Ibu pun membantuku untuk mengenakan kaus ini. Setelah itu, ibu memotret diriku yang tengah mengenakan kaus tersebut.

"Mama harap, SM*SH akan segera menemuimu setelah melihat fotomu ini," lirih ibuku. Aku tersenyum.

Yeah, orang-orang terdekatku nampak sibuk mengabulkan seluruh permintaanku. Selagi aku masih dapat menghirup oksigen dibumi ini. Selagi kakiku masih dapat memapak didunia ini.
Aku, Daniella, seorang gadis berusia 16 tahun yang menderita sebuah penyakit langka yang belum di ketahui obatnya. Aku menderita kelainan pada indra perasaku. Terkadang, aku tak dapat merasakan apapun yang terjadi pada tubuhku. Aku tak dapat merasakan sentuhan seseorang pada kulitku. Aku tak dapat merasakan itu semua.
Hari-hari kulalui di sebuah rumah sakit untuk menjalani kemotherapy. Jujur, aku tak suka semua ini. Kemotraphy ini amat menyiksaku. Bayangkan, mereka selalu saja memaksaku untuk meraba sesuatu. Jelas, aku masih dapat merasakan bagaimana permukaan benda tersebut. Penyakitku belum parah, kan?

"Ma, kapan kakak-kakak SM*SH mau menjengukku?" Tanyaku lirih. Ibuku menatapku miris sebelum akhirnya membelai lembut rambutku. "Secepatnya, Nak. Mereka akan menemuimu,"

***

Sudah hampir 1 bulan aku mendekam di rumah sakit menjalani kemotraphy. Aku sudah tak memperdulikan hasil dari kemoteraphy tersebut. Toh, umur seseorang Tuhan yang menentukan, kan?

"Senyuman ku tak akan pernah luntur lagi, singing all day long. Semangatku tak akan pernah patah lagi, dancing all night long~"

Aku bernyanyi sambil sibuk menggoreskan tinta hitam di permukaan kertas putih bersih. Setelah menulis, aku segera memasukkan kertas tersebut ke dalam sebuah amplop berwarna merah, warna kesukaan Morgan dan Bisma yang adalah member SM*SH favoritku.

"Ma," lirihku. Ibuku menoleh dan mendekatiku. "Ada apa, Sayang?" Lirih ibuku. Aku menyodorkan amplop berisi surat tersebut kepada ibuku. "Aku mau nitip surat itu ke kak Morgan dan kak Bisma, ya, Ma?" Ibuku mengangguk dan meraih surat tersebut. Lagi-lagi air mata mulai mengalir dari kantung matanya.

"Ma," lirihku lagi. Ibuku menghapus air matanya. "Ada apa lagi, Sayang?" Tanya ibuku dengan lembutnya. Aku berusaha untuk meraih wajahnya dan menghapus air matanya namun, apa yang terjadi? Tubuhku seakan mengeras. Tanganku tak dapat ku gerakkan. Kakiku pun begitu. Semua seakan mati rasa. "Kaki sama tangan aku kenapa, Ma? Kenapa gak bisa bergerak?" Ibuku menatapku panik sebelum akhirnya keluar dari kamarku dan berteriak memanggil para dokter yang menanganiku.

Tak lama kemudian, banyak orang yang memakai jas putih yang mendekatiku. Mereka memasangkan berbagai alat medis di tubuhku. Mereka juga terus mengecek pernafasan dan detak jantungku. "Apa yang kau rasakan?" Bisik satu-satunya dokter wanita tepat ditelingaku. Aku hendak menjawab namun, bibirku seakan membisu. Aku tak dapat menggerakkannya. Tuhan, apa yang terjadi? Apa aku harus meninggalkan dunia ini secepat ini?
"Maaf, Nyonya. Anda harus menunggu diluar. Kami berusaha menyelamatkan anak anda," terdengar suara seorang pria yang sepertinya meminta ibuku untuk keluar dari ruangan ini.

Aku terus saja menggerakkan tubuhku. Namun, secara perlahan, aku dapat melihat sebuah bayangan putih mendekatiku. Semakin lama aku semakin silau karena cahaya yang keluar dari tubuhnya.

***

Seorang wanita berjas putih keluar dari sebuah ruangan dengan wajah lesu. "Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Seorang wanita paruh baya segera menghampiri dokter--wanita berjas putih tersebut. "Bagaimana keadaan anak saya, dok? Dia baik-baik aja, kan, Dok?"

Dokter tersebut menyentuh lembut pundak wanita paruh baya tersebut. "Maafkan kami. Kami tak berhasil menyelamatkannya. Ia telah tenang di alam sana," dokter tersebut pun berjalan gontai meninggalkan wanita paruh baya yang nampak terdiam. Sesaat kemudian, wanita tersebut secara membabi buta menerobos masuk ke dalam ruangan dan mendapati tim-tim medis lainnya yang tengah melepaskan alat-alat medis yang menempel ditubuh gadis cantik yang telah tak bernyawa itu. "DANIELLAA..," wanita itu terus saja menangis histeris sambil memeluki jasad putri semata wayangnya itu.

***

"Saya selaku perwakilan dari SM*SH ingin menyampaikan rasa berbela sungkawa kami kepada almh. Daniella. Semoga ia diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa," kata seorang pria berbehel dan berambut gondrong sambil menundukkan kepala.

"Kami juga berterima kasih kepada Daniella karena dia selalu mensupport kami dari awal hingga sekarang ini. Kami mencintaimu, Daniella," seorang pria tampan berwajah chinese dengan kulit hitam lekatnya nampak amat sangat murung. Ia nampak memegang sebuah sebuah amplop berwarna merah.

"We Heart You, Daniella. Dan kami akan menyanyikan lagu favoritenya selama dia hidup. Senyum Semangat,"

Personil SM*SH pun mulai memasang formasi dan memulai penampilan dance menakjubkan mereka sambil bernyanyi,

"Senyumanku tak akan pernah luntur lagi, singing all day long. Semangatku tak akan pernah patah lagi, dancing all night long~"

_____________________________

Dear Kakak SM*SH,

Hai, Kak, namaku Daniella. Aku berusia 15 tahun. Aku menderita sebuah penyakit langka yang sulit untuk disembuhkan, Kak. Awalnya, aku tak bersemangat untuk melanjutkan hidupku setelah mengetahui semua ini. Teman-teman pun selalu memperolokku dengan kata-kata kasar seperti 'Penyakitan'. Tapi, semenjak aku mengenal SM*SH, entah kenapa, semangat hidupku kembali timbul. Hasratku bergebu-gebu untuk bertemu Kak Morgan, Kak Bisma, Kak Rafael, Kak Rangga, Kak Ilham, Kak Dicky dan Kak Reza. Kalian selalu mengispirasiku seperti salah satu penggalan lirik lagu kalian, 'senyumanku tak akan pernah luntur lagi, singing all day long. Semangatku tak akan pernah patah lagi, dancing all night long'.

Harapan terbesarku di akhir hayatku adalah bertemu dengan kalian. Tapi, jika itu tak tersampaikan, tak apa. Asalkan kalian mau menemui SM*SHBLAST lainnya. Aku mendapat banyak motivasi dari teman sesama SM*SHBLAST.
SM*SHBLAST is my second family.

Kak,
Tetap senyum semangat ya,
'Jangan hiraukan mereka yang benci, menghina penuh iri dan melukai hati. Mungkin mereka ingin sepertimu tapi ternyata tak mampu,'

Your SM*SHBLAST,


Daniella.
__________________________________

Fans sejati akan selalu berada disisi idolanya dalam keadaan apapun.
Fans sejati akan selalu menghargai karya-karya idolanya.
Fans sejati tak akan pernah mencampuri urusan pribadi idolanya.
Dan, fans sejati akan selalu mencintai dan mensupport idolanya.


THE END  


Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang