"Jadi, kamu mau pindah ke Jakarta?" Pria tampan berwajah Chinese itu bertanya kepada gadis cantik di hadapannya. Gadis itu terdiam sebelum menggelengkan kepala ragu. "Aku gak tau, Gan. Kata Papa, cuma dinas tapi, waktunya belum di tentukan sampai kapan." Jawab gadis cantik itu.
"Aku gak mau kehilangan kamu," lirih sang pria seraya menundukkan kepala. Gadisnya tersenyum sedih sebelum meraih tangan pria itu dan menggenggamnya. Dia menggerakkan tangan pria itu ke dada si pria sambil berkata, "aku akan selalu ada di sana. Di hati kamu. Yang terdalam."
Pria itu akhirnya mengangkat wajahnya dan berkata parau. "Tanpa kamu ngasih tau aku, aku selalu tau itu."
"Kalo kamu tau hal itu, kenapa kamu takut buat kehilangan aku? Aku akan tetap ada di hati kamu. Selamanya. Kamu harus percaya akan hal itu." Sang gadis tersenyum, berusaha memberi sinar semangat kepada prianya. Si pria akhirnya tersenyum walaupun, sangat tipis.
"Tanggal 25 Mei nanti, kamu balik ke sini, kan?" Tanya pria itu.
Gadis itu menganggukkan kepala antusias. "Pasti, dong. Mana mungkin aku gak ke sini. Aku gak akan lupa tanggal itu. Tanggal di mana orang paling nyebelin sedunia lahir dari rahim seorang wanita baik hati." Gadis itu terkekeh kecil sementara si pria mulai menggerakkan jari-jari tangannya untuk menggeliti pinggang gadis itu.
"Kamu bilang apa tadi?" Tanya pria itu masih menggelitiki si gadis yang mulai meliuk-liukan tubuhnya tak tahan.
"Gak bilang apa-apa. Ih, geli, Gan! Udah! Ampun!" Gadis itu bangkit berdiri dan berlari menghindari si pria yang juga bangkit dan berusaha mengejarnya.
***
Morgan dan Aelke. Mereka berdua terkenal sebagai pasangan paling serasi yang ada di Singkawang. Mereka berdua berpacaran sejak keduanya sama-sama masih duduk di bangku SMA hingga sekarang, keduanya duduk di bangku kuliahan.
Morgan dan Aelke sangat dikenal banyak orang karena, keduanya memang pasangan yang benar-benar dikatakan serasi. Yang satu tampan dan digilai banyak gadis, yang satu cantik dan digilai banyak pria. Mereka terlihat sempurna saat berjalan berdampingan.
Seperti saat ini, pasangan kekasih itu tengah berjalan di trotoar kota Singkawang. Sesekali sambil mengobrol dan bercanda tawa. Membiarkan orang-orang lainnya menatap kemesraan mereka iri.
"Aku laper." Aelke mengucapkan dua kata itu dengan wajah polosnya. Membuat Morgan menghentikan langkahnya dan berbalik. Morgan berjalan mendekati Aelke dan bertanya lembut, "mau makan apa hari ini?"
"Apa aja. Yang penting, bikin perut kenyang." Jawab Aelke santai. Morgan mengerucutkan bibirnya seraya mencubit pipi Aelke gemas. "Jangan kebanyakan makan, deh. Liat, nih, pipi udah kayak bakpao. Tinggal di gigit doang!"
"Biarin kayak bakpao. Berarti, enak rasanya." Aelke menjulurkan lidahnya sebelum melangkah melewati Morgan. Morgan tersenyum dan mengikuti langkah kaki Aelke dari belakang.
Langkah kedua sejoli itu terhenti di sebuah toko bakmie. Aelke yang terlebih dahulu menginjakkan kaki di toko itu, baru Morgan. Tanpa bertanya kepada Morgan, apa pesanannya, Aelke sudah langsung memesan, "Ko, bakmie biasa dua porsi. Makan di sini. Yang satu pedas, yang satu enggak. Minumnya es teh aja. Gak pake lama."
Setelah memesan, Aelke segera menghampiri Morgan yang sudah mengambil tempat duduk untuk mereka berdua. Aelke duduk berhadapan dengan Morgan. Keduanya saling tatap cukup lama sebelum tertawa.
"Kenapa ketawa?" Morgan bertanya bingung, menghentikan tawanya. Aelke ikut menghentikan tawanya dan mengedikkan bahu. "Aku juga gak tau. Dari dulu, kayaknya, hobi kita emang nertawain satu sama lain, deh." Mereka berdua kembali tertawa setelahnya.
Selang beberapa puluh menit kemudian, pesanan mereka berdua tiba. Dua porsi bakmie. Yang pedas untuk Morgan sedangkan, yang tidak pedas untuk Aelke. Dua gelas es teh juga di hidangkan di atas meja pasangan itu.
Keduanya mulai memakan makanan masing-masing sampai tiba-tiba saja, handphone Aelke bergetar. Aelke menghentikan kegiatan makannya, begitupun Morgan, yang penasaran. Aelke membaca kilat pesan yang masuk ke dalam handphone-nya sebelum meletakkan handphone itu kembali di atas meja.
"Sms?" Tanya Morgan. Aelke menganggukkan kepalanya.
"Dari siapa?" Morgan kembali bertanya.
"Dari operator. Biasalah, promo jaringan baru." Jawab Aelke seraya kembali makan. Aelke berusaha untuk bersikap santai, walaupun dia tau, Morgan bukan tipikal pria yang bisa dibohongi.
***
Seharusnya ini adalah hari terakhir Aelke berada di Singkawang tapi, rasanya, gadis itu tidak mau pergi dari Singkawang. Seharian penuh, dia menghabiskan waktunya bersama Morgan, pria yang sangat mencintainya.
Terkadang, Aelke bertanya, apakah dia benar memperlakukan Morgan seperti ini? Maksudnya, Morgan terlalu baik untuk Aelke dan Morgan bahkan tidak pernah sedikitpun menyakiti Aelke. Pria itu selalu membuat Aelke nyaman berada di dekatnya tapi, Aelke tidak bisa terus bersama dengan Morgan.
Aelke punya banyak rahasia, yang pasti akan membuat Morgan menjauhinya. Salah satunya adalah..ada seorang pria. Pria yang menunggunya di Jakarta.
"Kamu ngapain di luar, Ke? Udah malem. Kamu tidur. Besok pagi kita berangkat." Lily (nama ibunda Aelke) mengintip dari balik pintu rumah. Aelke memang belum masuk ke rumah sejak Morgan mengantarnya pulang. Padahal, sekarang sudah jam 9 malam.
"Nanti aku masuk, Ma," ujar Aelke.
"Nanti? Kamu gak liat sekarang jam berapa? Masuk sekarang. Tidur. Besok bangun pagi dan berangkat." Lily menekankan. Aelke menganggukkan kepala pasrah sebelum akhirnya berjalan menuju ke kamarnya untuk tidur.
***
Morgan menatap ke luar jendela kamarnya. Ini sudah hari ke sepuluh Aelke berada di Jakarta dan gadis itu belum juga menghubungi Morgan. Padahal, Morgan sudah menghubunginya beberapa kali. Menanyakan kabar, kondisi kesehatan, kegiatan, dan lain-lain. Tapi, tak ada yang Aelke balas. Padahal, nanti malam..ah, sudahlah.
"Kak!"
Morgan terkejut mendengar suara kencang itu disertai tepukan pada bahunya. Morgan menoleh dan mendapati adiknya yang berdiri di belakangnya sambil terkekeh geli. Nama adiknya Thomas.
"Loe kalo masuk kamar orang, ngomong dulu, dong! Jangan nyelonong aja. Loe punya sopan santun, kan?" Omel Morgan merubah posisi duduknya. Thomas mengerucutkan bibirnya. "Gue udah manggil loe berulang kali tapi, loe-nya aja yang budek. Gue panggil-panggil gak ada jawaban. Makanya, jangan ngegalau terus!"
"Siapa yang galau?" Morgan memicingkan matanya.
"Itu anak kucing tetangga." Thomas menjawab tak sabaran sebelum menyodorkan sebuah amplop kepada Morgan. Morgan meraih amplop tersebut dengan bingung. "Apaan, nih?"
"Gaji loe." Celetuk Thomas.
"Sejak kapan gue gajian?" Morgan balas bertanya bingung.
"Sejak Doraemon nikah sama Tinkerbell! Duh, loe kenapa, sih, Kak? Kok, loe jadi lemot gini? Udah tau itu surat, ya, isinya pasti kertas tulisan! Ngapain loe nanya lagi ke gue?" Thomas berujar kesal. Morgan terkekeh. "Ya, maap. Udah sono, ke luar! Gue mau baca suratnya!" Morgan mendorong Thomas agar ke luar dari kamarnya.
Setelah memastikan Thomas ke luar dari kamarnya, barulah Morgan membaca surat tersebut.
***
Aelke menatap pantulan wajahnya di cermin. Dia baru saja selesai membasahi wajahnya. Setelah itu, Aelke berjalan menuju ke kamar. Baru beberapa langkah, tiba-tiba dering tanda alarm itu berbunyi.
Bunyinya adalah lagu dari Shayne Ward yang berjudul Breathless. Lagu favorite Morgan dan Aelke.
Aelke meraih handphone-nya dan melihat tulisan yang tertera di sana. Aelke tersenyum kecil. Tidak, dia tidak lupa. Dia tidak akan pernah lupa akan hari ini. Tanggal ini.
00:00 May 25, 2013
Happy 23rd Birthday, My Perfect Man.
Aelke menundukkan kepala. Ulang tahun Morgan. Yang ke dua puluh tiga tahun. Bagaimana caranya Aelke bisa menepati janjinya untuk datang memberikan kejutan sementara, di sini, Aelke mempunyai pria lain. Pria lain yang sebenarnya sudah ada sejak lama. Sebelum adanya Morgan, malah.
"Happy birthday, ya, Gan. Semoga jadi lebih baik dari sebelumnya. Aku minta maaf karena gak bisa nepatin janji aku. Aku..aku sayang kamu." Lirih Aelke mengingat-ingat wajah tampan pria itu.
***
Morgan baru hendak menutup matanya setelah hampir dua jam, dia menekuni laptopnya saat tiba-tiba beberapa orang masuk ke dalam kamarnya sambil bernyanyi, "happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday, happy birthday, happy birthday Morgan!"
Teman-teman Morgan, beserta orang tua dan adik Morgan datang membawa kue ulang tahun (yang dipegang oleh Eric) dan mendekati Morgan. Morgan bangkit dari tempat tidur dan tersenyum tipis.
"Tiup lilin-nya. Tiup lilin-nya. Tiup lilin-nya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga!" Mereka bernyanyi seraya memperhatikan Morgan yang mulai memasang ancang-ancang hendak meniup lilin yang berapi itu. Morgan menarik nafas sebelum akhirnya meniup api di puncak lilin itu hingga padam.
Semuanya bersorak saat lilin itu padam dan mulai kembali heboh menyanyikan lagu tentang potong kue. Morgan tertawa kecil. Dia berusia 23 tahun sekarang. Lantas, kenapa pesta kejutan ini serasa seperti pesta kejutan untuk anak berusia 5 tahun.
"Kue pertama buat Mama." Morgan menyuapi ibunya dengan potongan pertama kue yang dia potong. Ibunya membuka mulut dan membiarkan kue itu masuk ke dalam mulutnya. Wanita paruh baya itu mengunyah selama beberapa saat sebelum menghadiahi kecupan singkat di pipi putranya.
"Kue kedua buat Papa." Morgan kali ini menyuapi ayahnya dengan potongan kedua kuenya. Ayahnya menerima suapan itu seraya mengacak-acak rambut anaknya.
Lalu, saat Morgan memasang ancang-ancang hendak memotong potongan ketiga, tiba-tiba saja salah satu teman Morgan yang bernama Reza, secara iseng mendorong kue itu hingga menabrak tepat ke wajah tampan Morgan. Setelah itu, Reza dan yang lainnya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Morgan yang belepotan kue.
Morgan menyeka wajahnya (walaupun, dia tau itu sia-sia) dan dengan cepat, bangkit berdiri dan mencoba memeperi teman-temannya dengan kue itu.
Morgan menghabiskan malam pertambahan usianya bersama sahabat-sahabat baiknya dan juga keluarga. Bercanda tawa dan penuh kehangatan.
Walaupun, kehangatan itu belum lengkap tanpa kehadiran sosok-nya. Sosok Aelke.
Seharusnya dia ada di sana sekarang. Seharusnya dia menepati janjinya. Seharusnya, dia ada. Bergabung bersama yang lainnya. Membuat pesta kejutan Morgan terasa lebih berwarna.
Tapi, sayangnya, dia tidak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Pendek
Cerita PendekDi sini berisikan kumpulan cerita pendek dengan tokoh utama Morgan Oey dan personil boyband Smash Indonesia.