Cahayaku (Assalamualaikum Beijing)

1K 29 0
                                    

"Ashima!"

Zhongwen terkejut bukan main saat memergoki sang istri yang nyaris saja jatuh di depan pintu rumah. Zhongwen yang semula tengah sibuk memperbaiki motornya langsung berhambur ke arah Asma, sang istri yang tengah mengandung anak pertama mereka.

Tangan kekar Zhongwen meraih tangan Asma dan melingkarkan ke lehernya. Zhongwen membantu menopang tubuh Asma. Matanya menyiratkan kecemasan yang sangat. Asma yang masih sadar tersenyum tipis.

"Aku gak apa-apa, Zhongwen."

Zhongwen menggeleng dan menuntun Asma agar duduk di kursi kayu yang ada di teras rumah tinggal mereka saat ini. Mereka berdua memutuskan untuk tinggal di Indonesia, setelah sebelumnya sempat tinggal di China sampai usia kandungan Asma menginjak angka empat bulan.

"Sudah minum obat?" Tanya Zhongwen, berlutut di hadapan Asma. Masih cemas.

Asma terkekeh kecil dan menganggukkan kepala. "Sudah. Alhamdulillah, aku gak apa-apa. Gak usah pasang wajah panik kayak gitu. Aku emang sempat pusing tadi tapi, cuma sebentar."

"Dokter?"

Asma menggeleng. "Gak usah. Aku gak apa-apa, beneran. Sebentar lagi juga sembuh. Lebih baik, sekarang kita mulai diskusi tentang nama untuk calon anak kita. Kamu sudah dapat nama yang bagus?" Tanya Asma, berusaha mengalihkan kecemasan di mata Zhongwen.

Zhongwen mengangkat satu alisnya. Asma masih tersenyum manis kepadanya.

"Boleh kita menamainya 'Nur'?"

Asma mengernyitkan dahi. "Kenapa dengan 'Nur'?"

Zhongwen tersenyum bangga. "Aku baca Al-Quran hari ini. Ada kata Nur di sana. Saat aku cari apa artinya, Nur adalah Cahaya."

Asma tersenyum puas dan menganggukkan kepala. "Terdengar bagus. Jika dia laki-laki, bagaimana dengan Nur Rasyid? Rasyid berarti cerdas. Selain menjadi cahaya, anak kita kelak juga harus menjadi cerdas." Zhongwen mengangguk setuju.

"Jika dia wanita...aku juga mencari arti dari Annisa. Itu berarti wanita. Aku ingin anak kita kelak menjadi seorang wanita sesungguhnya, yang bercahaya. Bercahaya dalam artian selalu berada dalam lindungan Allah SWT." Kali ini, Asma yang mengangguk senang. Mata Zhongwen berkilat bahagia.

Zhongwen bangkit dan meraih tubuh Asma ke dalam pelukan hangatnya. Asma awalnya terkejut namun, senyuman tak pernah hilang dari bibirnya. Wanita Muslimah itu balas memeluk teman hidupnya tersebut.

"Ashima...terima kasih telah menjadi Cahayaku."

Ucapan Zhongwen membuat mata Asma berkaca-kaca terharu.


TAMAT.



Kumpulan Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang