Kakak

2.8K 252 20
                                    

[Lykos Pov]

Suara tepuk tangan memecah keheningan malam. Sambil mengatur nafasku aku dengan cepat mengedarkan pandangku mencari sumber suara tepuk tangan itu. Tidak selamanya memiliki insting tajam itu menguntungkan, cotohnya dalam hal ini. Ketegangan dari suara tepuk tangan itu membuatku waspada berlebih yang menyebabkan resah.

"Pertempuran kecil yang hebat!" suara nyaring terdengar membuatku menoleh pada salah satu balkon.

Itu luna, yang duduk di atas pagar pembatas sambil mengayunkan kakinya dan menyatukan telapak tangannya didepannya. Senyum seperti anak kecil menghiasi wajahnya, namun tiba tiba senyum itu menghilang dan tampak raut wajah kecewa

"Sayang sudah berakhir"

Tak ada yang menanggapinya, suasana menjadi hening. Hembusan angin ganjil berhembus di sisi kiriku. Kusadari bahwa kakek luna telah berada di sampingku dengan sebuah pedang terayun menuju leherku. Dengan cepat aku menangkisnya, ia terus menyarang. Walau lebih lamban dari quito tapi pedang besar dua tangan yang ia ayun dengan tenaga besar membuatku terdorong mundur.

Ia mengayunkan pedangnya dari atas kepala, kondisi yang tidak seimbang membuatku tak bisa mengunakan pertahanan maksimal. Aku menyilangkan kedua pedangku di atas kepala. Ketika pedang kami berbenturan tekanan kuat darinya membuatku gemetar. Pedang besar itu terangkat, aku hendak mundur namun tersandung batu, pedang itu kembali terayun seperti tadi, akibat dorongan dari atas aku terjatuh cukup keras terduduk di tanah.

Aku yang sudah lelah di pertarungan awal membuat kondisiku semakin buruk ditambah lagi kakiku yang terasa lemas tak mampu berdiri. Pedang besar itu terayun dari samping aku tak lagi bisa menangkisnya atau menghindarinya tepat waktu jadi saat itu aku mengarahkan angin sangat besar dan berhasil mendorongnya mundur.

Aku berdiri dengan cepat dan mengambil jarak yang cukup. Kedua pedangku menjadi cahaya dan menghilang. Lalu aku merentangkan tangan kananku kedepan, angin besar muncul mengelilingi kakek luna. Angin itu berputar semakin kencang bahkan selain aku dan luna seolah ikut terseret menuju pusaran angin itu. Suara koyakan kain terdengar, jubah panjang yang di kenakan kakek luna terkoyak menjadi sepihan kecil.

Dibalik jubahnya ia mengenakan full armor tebal keemasannya. Sinar bulan purnama menerangi membuatnya tampak berbahaya. Tak satupun goresan anginku dapat mengores armornya. Ia menebas angin dan muncul angin yang lebih kuat seolah anginku tak ada. Gelombang angin itu menuju padaku. Aku melompat tinggi menghindarinya.

"Kau ingin bermain anak muda?" ucap kakek luna lalu ia kembali mengayunkan pedangnya membuat gelombang angin besar menuju padaku.

"Jika kau tidak serius kau akan mati" kakek luna berlari ke arahku yang masih melayang di udara.

Ia sudah di depanku ketika aku masih setengah meter sebelum mencapai tanah. Dari jarak kurang dari 2 meter ia mengayunkan pedangnya. Kondisiku yang masih melayang menyusahkan aku untuk bertahan maupun menghindar lagi pula sudah tak sempat. Aku memanggil kedua pedangku kembali dan menjadikannya tameng di sampingku.

Tapi setelah bunyi benturan dua logam itu aku terpantal jauh. Namun saat hendak menabrak tembok dengan sigap aku mendaratkan kaki ku pada dinding.

•°•°•°•°•°
[Theo Pov]

Setelah benturan keras itu kakak menambarak tembok. Dentuman keras terdengar tampaknya tembok itu rubuh. Di balik debu yang berterbangan aku melihat kakak yang menunjukan sosok ood eyesnya. Tak seperti werewolf pada umumnya, sosok lykos saat ini hanya memunculkan telinga putih dan taring panjangnya serta 3 ekor putihnya. Tangannya tak memunculkan bulu seperti werewolf tapi memiliki cakar merah seperti dari batu ruby. Matanya juga menjadi biru dan merah.

OOD EYES II : the existence of illicitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang