PART 12

41 7 0
                                    

Rico memberhentikan mobilnya di depan restoran keluarganya yang berada di tepi pantai. Ia menoleh ke samping dan menemukan gadis yang dicintainya sedang terlelap. Ia memperhatikan seluruh wajah gadis itu dengan teliti. Alis tebalnya, bulu mata yang lurus dan lentik, hidung mancung dan bibirnya yang tebal namun kecil dan pipi yang agak tirus sukses membuat Rico tidak mengenali siapa gadis itu yang di pandanginya.

Wajah polosnya yang sedang tertidur membuat Rico tersenyum melihatnya. Bahkan Rico heran dengan dirinya sendri kenapa ia bisa menyukai bahkan mencintai gadis di hadapannya. Dulu, ia hanya memandang sebelah mata gadis itu.

Saat mereka kelas IX, Rico mengetahui Klara menyukai dirinya. Saat itu Rico juga belum mengenal baik Klara. Klara dan Rico kenal berawal dari Vivi dan Rian. Klara yang awalnya sangat penasaran dengan laki-laki itupun sering menanyai semua tentang Rico membuat Vivi jengah mendengarnya. Meskipun mereka belum bertemu, entah darimana gadis itu sudah menyukai Rico. Padahal ia belum melihat wajahnya sama sekali, sedangkan Rico mengenal gadis itu hanya dari foto yang di perlihatkan oleh Vivi.

Hingga mereka memasuki Jason Highschool, Klara dan Rico bertemu. Perasaan suka gadis itu pada Rico sudah hilang seiring berjalannya waktu. Sifat dingin dan judes Klara keluar pada laki-laki, entah karena apa. Meskipun Rico memandang sebelah mata, ia juga memperhatikan kegiatan Klara sedikit.

Rico menepuk pelan pipi kanan Klara. "Hei, wake up," bisiknya di telinga kanan Klara membuat gadis itu menggerakkan kepalanya. Ia tersenyum melihat gerakan lucu ketika Klara bangun.

"Ini... dimana?" Tanya Klara setengah sadar. Gadis itu memperhatikan sekeliling. "Pantai?" Klara menoleh pada Rico yang diangguki laki-laki itu.

"Ayo keluar." Ajak Rico keluar dari mobilnya dan diikuti oleh Klara.

Angin sepoi-sepoi malam hari membuat Klara merinding, namun ia menikmatinya. Tangan kanannya dia genggam oleh tunangannya dan berjalan memasuki restoran. Rico memilih di atas agar bisa melihat pantai yang indah dimalam hari.
"Co, ini bukannya udah malam, ya?" Klara melihat isi restoran yang tampak sepi dan hanya mereka berdualah pelanggannya.

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Gak apa-apa, sih. Tapikan ini tempat mau tutup," ucap Klara sambil menghela napas.

"Tenang aja. Gak usah di pikirin." Ucap Rico santai.

Pesanan mereka akhirnya datang. Klara melihat-lihat makanan itu. "Abis gak nih?"

"Abis, kok. Gue tau lo lapar,"

Klara dan Rico menghabiskan makanan mereka dalam 10 menit. Rico tidak banyak makan, hanya Klara saja yang tampak kelaparan. Rico hanya memakan makanan kecil seperti roti dan pudding. Gadis itu terus saja memakan tanpa di ketahuinya kalau Rico memandanginya.

"Apa?" Klara mendongakkan kepalanya karena merasa di tatap oleh tunangannya, dan itu membuat ia merasa risih kalau ditatap.

Rico menggeleng pelan sambil terkekeh. Ia mengambil selembar tisu dan mendaratkan tangannya di dagu Klara yang belepotan karena ada saus coklat disana. Klara langsung mengambil tisu tersebut dengan cepat dan mengelapnya sendiri.

"Gak usah modus, deh. Kalau ada saus bilang aja. Gak usah ngambil kesempatan." Kata Klara ketus. "Pulang yuk. Gue ngantuk nih," ucap Klara sambil menguap kecil.

Rico menggeleng sambil tersenyum. "Kita gak pulang." Klara mengernyit bingung mendengar ucapan Rico. Ia merasa aneh sekarang. "Tempat kafe ini ke rumah jauh. Lebih baik kita nginep di villa gue aja."

"What?! Nginep? Bareng lo berdua? Never."

"Memangnya kenapa? Lo mau nanti kecelakaan dijalan karena gue ngantuk? Gak mau kan. Ya udah jalan satu-satunya kita nginep. Lagipula gak jauh kok tempatnya. Cuman jalan 100 meter dari sini."

Klara tampak berpikir mendengar penjelasan Rico. Benar juga. Kalau laki-laki itu mengantuk sambil menyetir dengan keadaan mengantuk akan sangat berbahaya.

Klara mengangguk pelan. Ia tampak ragu sekarang. "Ya udah. Ayo cepetan. Gue ngantuk banget nih--huaaa..."

*****

Kedua makhluk itu memasuki villa dengan suasana yang dipenuhi kayu-kayu yang membuat menjadi nyaman. Villa itu besar dengan dua tingkat dan menghadap langsung pantai.

"Kamarnya dimana?" Tanya Klara langsung. Ia menatap Rico yang sedang duduk di sofa.

"Di atas. Kesana aja. Langsung ketemu, kok."

Klara mengangguk dan langsung keatas. Sampai di atas, ia langsung melihat pintu kamar berwarna hitam di pojok. Lalu ia menjalankan kakinya dan membuka pintu itu.

Gadis itu membaringkan tubuhnya diatas ranjang yang berukuran king size dengan sprei berwarna putih dan polkadot hitam. Ia memejamkan matanya sambil menghela napas. Sekarang tubuhnya mulai panas dan gerah akan keringat. Ia masuk kamar mandi.

Untung saja ada baju kaos hitam besar dan celana pendek selutut. Ia yakin kalau pakaian itu punya Rico. Tanpa bilang ke yang punya, ia langsung memakainya. Masa bodoh dengan Rico yang mengomelinya atau yang lainnya. Yang terpenting sekarang ia membutuhkan tidur yang nyenyak. Untung saja besok hari libur, jadi besok subuh, ia bisa menikmati pantai.

Rico memasuki kamar dan melihat gadis itu sudah tertidur dengan pakaiannya yang disengaja ia tinggalkan. Ia tersenyum lembut melihat Klara yang tidur lagi dengan memeluk guling. "Dasar tukang tidur," gumam Rico memasuki kamar mandi sambil menggelengkan kepalanya.

*****

Gadis itu melenguh ketika mendengar suara ombak pantai. Ia dengan perlahan mengerjapkan matanya dan melihat langit masih lumayan gelap. Ia dengan perlahan bangun dari tidurnya ke posisi duduk. Gadis itu memasuki kamar mandi dan berwudhu, lalu sholat.

Klara mendengar suara erangan kecil di belakangnya. Ia menoleh dan mendapati seorang laki-laki sedang mencoba duduk dengan mata yang tertutup.

"Kenapa lo disini?!" Teriak Klara sambil menunjuk Rico yang menatapnya sayu.

"Gue? Tidurlah... ngapain lagi kalau bukan tidur? Aneh lo." Ucap Rico dengan suara serak khas bangun tidur. Suara berat dan serak itu terdengar seksi di telinga Klara. Ia langsung menggelengkan kepalanya menghilangkan pemikiran yang tidak jelas itu.

"Sholat sono!" Klara melemparkan sajadah ke depan wajah bantal Rico.

"Iya-iya! Jangan galak-galak. Ini masih pagi. Dasar cerewet." Ucap Rico asal.

"Gila." Gumam Klara.

Ia berjalan menuju balkon. Pintu kaca yang sudah di bukanya membuat kulitnya merasakan hawa dingin pagi yang menyejukkan. Klara memejamkan matanya menikmati udara dingin. Ia sangat suka tempat ini.

Sebuah tangan yang kekar melingkar di kedua bahu Klara yang terkejut. Ia menoleh ke kanan dan menemukan Rico yang sedang memejamkan matanya. "Jangan dilepas! Kalau lo lepas, hukuman menanti." Ucap Rico tiba-tiba.

Klara mendecak kesal dan melipat tangannya di dada. Namun tidak bisa di pungkiri kalau dirinya merasa nyaman dan hangat sekarang. Tanpa disadarinya, ia telah menyenderkan kepalanya di bahu kanan Rico. Rico tersenyum.

"Ra," Klara menjawabnya menggumam. "Lo masih marah sama gue?"

"Pertanyaan bodoh." Sahut Klara sambil terkekeh. "Gak. Cuman lo itu ngeselin."

"Boleh gue minta satu hal?" Tanya Rico sambil memainkan rambut Klara.

"Tapi jangan yang macem-macem."

Rico menghembuskan napas pelan. Ia gugup sekarang ini. "Will you marry me?"

*****

Hahahaha.... gue sok banget. Sok di misteriusin. Tapi gak apa-apalah...

Don't forget to...... VOMMENTS guys!

Change My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang