PART 3

60 8 0
                                    

   Anggi menatap mejanya heran. Dia melihat sebuket bunga mawar merah. Anggi melihat kelas dan hasilnya sepi. Tidak ada siapapun. Ia mengambil bunga itu dan melihat-lihat. Tak ada yang mencurigakan.

   Saat Anggi ingin menaruh lagi bunga itu, ia melihat secarik kertas di selip-selip bunga. Anggi yang penasaran segera membacanya.

   Lo cantik hari ini. Topi yang lo pake, gue suka.

   "Hah?" Anggi mengernyit. Baru kali ini, ia melihat isi tulisan yang sangat aneh menurutnya.

   Anggi melihat-lihat kelas lagi, dan hasilnya tetap nihil. Daripada pusing-pusing, Anggi menaruh kembali bunga itu dan mengambil gitar. Lalu ia pergi keluar kelas dan tak lupa dengan sebuket bunga yang dibawanya. Anggi menaruhnya di lokernya. Setelah itu, ia kembali ke tujuannya, taman belakang bersama teman-temannya.

   "Ey! Ada berita baru!" Anggi berteriak setelah duduk diantar Hana dan Vivi. Mereka berempat sedang duduk melingkar.

   "Apaan?" Tanya Hana tak sabar.

   "Ada yang taro bunga lagi di meja gue."

   "Lagi? Apa isinya?"

   "Katanya 'lo cantik hari ini. Topi yang lo pake, gue suka.' Gitu. Aneh kan? Gue penasaran siapa itu orang. Cowok apa cewek ya,"

   "Ya cowok lah!"

   "Udahlah. Mendingan nyanyi daripada mikirin yang gak jelas." Lerai Hana. Anggi, Klara dan Vivi mengangguk cepat. "Nyanyi apaan?"

   "Hey everybody!"

***

   "Udah, jangan bengong mulu! Kenapa sih, lo? Akhir-akhir ini lo beda banget." Ucap Rian pada Revan.

   Revan mendelik. "Akhir-akhir ini? Baru juga beberapa jam yang lalu gue bengong. Ngarang cerita lo,"
 
   "Lo emangnya kenapa sering bengong sekarang?" Rico akhirnya bersuara.

   "Gak. Menurut lo Klara gimana?" Tanya Revan. Rico terdiam sebentar sambil menatap dalam mata Revan.

   "Kode keras, cuy!" Teriak Rian dan Rafa. Rico dan Revan menatap mereka berdua tajam. "Lanjutkan."

   "Menurut gue... baik, lugu, pinter, manis. Udah. Tumben lo nanya tentang cewek ke gue. Biasanya juga lo ogah-ogahan."

   Revan menggeleng pelan. "Nothing."

***

   Seorang cowok itu hanya diam menatap kosong makanan dihadapannya. "Dimakan, sayang. Bukan di aduk-aduk gitu,"

   Cowok itu hanya mengabaikan ucapan ibunya dan mengaduk-aduk makanan. "Ma, orang yang sedang jatuh cinta itu selalu nanyain orang yang dia suka ya?"

   Ibu Rico sedang memikirkan pertanyaan anaknya. "Memangnya kenapa, sayang? Kamu lagi jatuh cinta?"

   Rico dengan cepat menggeleng. "Gak, kok. Tadi si Revan nanyain tentang Klara. Ya udah Rico jawab kalo Klara baik, manis, lugu."

   "Kamu cemburu?" Rico terdiam, lalu menggeleng. Ibu Rico tersenyum simpul. "Ya udah, habisin makanan kamu. Dari tadi kamu cuman ngaduk-ngaduk gak jelas,"

   "Papa kapan pulang, Ma?" Tanya Rico sebelum memasukan makanan kedalam mulut.

   "Lusa katanya. Kenapa? Kamu kangen?"

   "Bisa di bilang iya."

   Rico menatap langit-langit kamarnya sambil tiduran di ranjangnya. Pikirannya sekarang sedang berkecamuk tidak jelas. Pertanyaan Revan tentang Klara padanya masih terngiang. Bahkan saat ia menjawabnya tadi terasa ada yang kurang baginya. Bukan hanya baik, lugu, pintar dan manis. Tetapi ada lagi yang ingin dikatakan olehnya. Sayangnya, ia tidak tahu apa itu.

Change My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang