Pregnant?

17.2K 893 92
                                    


Halo semua! Selamat siang!

Setelah dua bulan, akhirnya saya muncul lagi! Biasa, ide baru ngumpul sepenuhnya dan baru di ketik beberapa hari belakangan. Hmm.. ngomong kalian udah pada pesan THBV after story versi novel belum sih? wkwkwk

Rencannya, ntar our apartment juga mau jadiin novel. Yang pertama atau after story ini? masih bingung. Kalo thbv yang awal, aku rada-rada nggak yakin. mesti ngedit semua part nya dulu, dan aku udah males duluan karena ada 191 part wkwkwk salah sendiri, nulis cerita kok ya sepanjang itu!

Nah, ini dia lanjutan Our Apartment After Story.

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

*kalo typo silahkan komen

oOoOoOoOo

Pagi itu Nicole kembali dibangunkan oleh suara muntah-muntah yang berasal dari kamar mandi. Setelah memakai gaun tidurnya, dia berjalan menghampiri sumber suara, dan mendapati Justin masih sibuk mengeluarkan sesuatu yang tidak diterima oleh perutnya.

"Jangan ke sini," cegat Justin saat melihat Nicole akan menghampirinya. Dia buru-buru menutup kloset, lalu berjalan ke wastafel.

Akhirnya Nicole berdiri di pintu, dengan menumpukan berat tubuhnya pada kusen. "Kau masih sakit?"

"Aku baik-baik saja."

"Lalu kenapa muntah-muntah?"

Justin mengangkat bahu, lalu mencuci wajahnya. "Aku mual, lalu muntah-muntah."

"Sebaiknya—"

Justin langsung mengangkat sebelah tangannya saat mendengar Nicole mulai bicara. Dia tahu apa yang akan dikatakan oleh gadis itu. "Aku harus masuk hari ini. Ada rapat final."

Nicole memutar bola matanya. "Kau masih pucat. Lihat cermin di depanmu."

"Aku baik-baik saja."

"Tidak," bantah Nicole.

"Aku tahu diriku, Nic." Justin membantah. "Ini rapat penting."

"Kesehatanmu juga penting," omel Nicole.

"Tapi rapat ini membawa pengaruh baik untuk hotel!"

Nicole melotot kesal. "Kau pikir aku akan hidup sampai mati dengan hotel sialanmu itu?!"

Justin membalik tubuhnya lalu berkacak pinggang, menatap Nicole tak kalah kesal. "Nasib ribuan karyawanku tergantung padaku! Bagaimana mungkin aku tidak masuk kantor dan melewatkan rapat hanya karena mual seperti ini?!"

"Lebih baik kau istirahat satu hari saat ini, dari pada terbaring di rumah sakit selama seminggu penuh di masa depan!"

"Lebih baik aku menghadiri rapat hari ini, dari pada terjadi kerugian besar-besaran pada hotel di masa depan!"

Nicole menggigit bibirnya, nyaris saja menjerit karena Justin tidak mau mengalah sama sekali. Dia menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan. "Terserah. Silahkan kau cari uang yang banyak. Aku tidak peduli!" Dia menyambar handuk, lalu masuk ke tabung pancuran.

"Aku bekerja seperti ini juga untuk masa depan kita, Nic! Kau pikir, aku ini gila harta?"

"Dengar ya Just, seminggu kemarin kau sudah sibuk di kantor. Selalu pulang larut malam, bahkan mengambil hari dari bulan madu kita, bukan?" tuntut Nicole. "Aku menyuruhmu istirahat bukan karena melarangmu bekerja, tapi karena kau tampak tidak sehat. Kalau kau terlihat baik-baik saja di mataku, aku tidak melarangmu. Aku tidak pernah melakukannya, kan?" Dia pun bersidekap di depan dada. "Aku tidak peduli pada hartamu. Jika kau mati, semua itu tidak ada gunanya bukan? Jika kau mati, karyawanmu mungkin berduka, tapi mereka tetap melanjutkan hidup. Lalu bagaimana denganku? Apa menurutmu aku akan baik-baik saja karena kau meninggalkan harta yang cukup banyak untukku? Atau tumpukan uangmu ini bisa membuatmu hidup selamanya?!"

Our Apartment After StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang