Selamat malam :)
Saya kembali lebih awal kan? Belakangan ini lagi pengen nulis aja hehe tapi ntar sekalinya malas langsung ngilang dua bulan wkwkwk
Aku suka part ini. Well, tapi ending-nya aja *ditabok masa haha Jadi, maaf-maaf aja nih kalo ke jebak bosan di tengah cerita hehe
HAPPY READING!
AWAS TYPO!
PS. BACA JUGA CERITA LEANDER!
Ketika mendengar bunyi bel yang tak kunjung berhenti, Nicole mengambil guling di sebelahnya dan menutup telinganya dengan benda itu. Demi apa pun di muka bumi, dia benar-benar butuh tidur! Tidak peduli jika presiden sekali pun yang datang ke apartemen itu, dia tidak akan meninggalkan ranjangnya sama sekali.
Well, hari memang masih siang. Atau menjelang sore, dia tidak yakin. Tapi dia sangat mengantuk. Dia hanya tidur sebentar tadi malam karena bertengkar dengan Justin. Lalu pagi tadi mereka berbaikan—syukurlah— dan bukannya melanjutkan sarapan, mereka malah segera berguling-guling di tempat tidur. Tidak secara harfiah tentunya. Mereka melakukannya lagi dan lagi, hingga terkapar seperti saat ini. Bukan sesuatu yang patut diprotes mengingat mereka masih pengantin baru.
"Demi Tuhan!"
Nicole terkikik pelan di balik bantal saat mendengar Justin mengumpat di sampingnya.
"Siapa bertamu sesiang ini?!" Justin mengomel. "Memangnya dia tidak sadar di luar sana salju sedang turun?"
Nicole terkejut ketika Justin menarik bantal yang menutupi wajahnya dengan tiba-tiba. Buru-buru dia memejamkan, seperti orang yang sedang tidur nyenyak.
"Aku tahu kau sudah bangun," sungut Justin.
Perlahan, Nicole membuka matanya dan tersenyum konyol pada Justin. "Aku tidak akan meninggalkan ranjang ini."
"Dan membiarkan tamu itu terus memencet bel?" protes Justin. "Lebih baik kau membuka pintu untuknya, atau paling tidak, matikan bel sialan itu! Aku benar-benar butuh tidur."
Nicole mengerjap beberapa kali. Justin mengumpat lagi. Bukankah seharusnya itu kebiasannya dirinya? Bukankah selama ini dia yang selalu tidak sabaran, lalu kenapa sekarang malah sebaliknya? "Kau mengumpat?"
"Kau lebih sering melakukannya dari pada aku."
Nicole mengerucutkan bibirnya. Sementara bel terus berbunyi nyaring. "Akan lebih cepat jika kau yang mengecek keluar sana. Kau hanya perlu memakai celana, bukan?" Dia tersenyum manis bak anak kecil yang polos, tapi sepertinya itu tidak berhasil menipu suaminya.
"Aku tidak akan bergerak satu senti pun dari ranjang ini."
"Aku juga," sahut Nicole cepat. "Mungkin tamu itu akan lelah lalu memutuskan pergi."
"Benar," Justin mengamini. "Lebih baik kita makan siang."
Nicole terkesiap saat Justin segera berguling ke atas tubuhnya. "Kau bilang, makan siang."
Justin menyeringai dan mencuri sebuah ciuman dari bibir Nicole. "Ini menu pembuka."
Nicole berhasil mendorong kepala Justin saat laki-laki itu menunduk untuk menciumnya lagi. "Hentikan, dasar maniak!"
Sambil terkekeh, Justin menjauhkan tubuhnya sedikit. Saat Nicole lengah, dia memegang kedua lengan gadis itu, lalu berguling dengan menarik Nicole bersamanya. Keadaan pun berubah dengan Nicole yang berada di atas tubuhnya. "Lihat siapa yang maniak?"
Nicole terkekeh lalu mencubit pipi Justin karena geram. "Kau curang. Sekarang lepaskan aku."
"Kita harus berusaha keras untuk membuat Bieber Junior hadir ke dunia. Bukankah begitu?"