Hai, pagiiiii!!!
Nah, tadi Leander, sekarang Our Apartement After Story. Tenang ini belum ending kok. Endingnya di part depan ya.. cuma belum di tulis. hehe
Dua hari yang lalu mendadak dapat hidayah buat tamatin kedua cerita ini. Leander dan Our Apartment After Story. Soalnya kedua cerita ini yang lagi on going kan. Jadi begitulah, langsung deh, nulis paragraf demi paragraf. Pertama aku nulis part ini dulu, baru deh nulis endingnya Leander.
Pengennya publish barengan tuh, endingnya Leander sama Our Apartment After Story. Cuma ya, biar kalian nggak kerasa banget, aku keep dulu endingnya OAAS. Keep di kepala maksudnya hahaha
Well, part ini menurutku ngebosenin gitu. A : trus kenapa di post juga? B: ya sesukanya gue dong yaa wkwkwk
Okay, enjoy this part!
HAPPY READING!
AWAS TYPO!
oOoOoOoOo
Kantor pusat tempat Justin bekerja memang sangat menakjubkan. Di gedung tersebut ada beberapa lantai dan kantor-kantor perusahaan lain. Namun Justin juga menyewa beberapa lantai untuk kantornya. Dan suaminya yang kaya raya itu tentu saja menyewa lantai teratas.
Untuk menuju kantor Justin, mereka bisa masuk melalui pintu utama, atau bisa melalui pribadi di dekat parkiran. Entah suaminya itu ingin pamer atau bagaimana, Justin menghentikan mobilnya tepat di depan lobi dan langsung di sambut oleh petugas.
Hari ini Nicole terpaksa harus mengikuti Justin seharian karena keanehan yang-kemungkinan akibat kehamilannya-membuat Justin tidak bisa jauh darinya. Ketika mereka terpaut jarak sekian meter, laki-laki itu langsung muntah-muntah hebat. Nicole juga tidak mengerti kenapa bisa seperti itu.
Jadi, karena iba melihat Justin muntah-muntah, Nicole langsung memutuskan untuk mengambil izin sakit. Pihak sekolah juga memperbolehkan mengingat dia sedang hamil muda.
"Senyummu lebar sekali, Just," komentar Nicole.
"Tentu saja," sahut Justin cepat. "Aku ditemani istriku pergi bekerja. Suami mana yang tidak senang?"
Nicole mengabaikannya saat melihat Justin tengah menatapnya dengan tatapan yang membuat Nicole ingin melemparkan diri ke dalam pelukan suaminya itu. Oh Tuhan, pikiran macam apa itu?!
"Pagi Mr. Dan Mrs. Bieber," sapa Bella saat mereka memasuki ruangan Justin.
"Pagi, Bella," balas Justin. "Kau tahu, aku sepertinya mengalami fase mengidam. Aku tidak bisa berjauhan dengan Nicole. Kalau dia terlalu jauh, aku akan muntah-muntah. Keren, bukan?"
Nicole berusaha untuk tidak memutar bola matanya, namun gagal. "Sepertinya kau senang sekali padahal kau muntah-muntah sampai nyaris sepucat hantu."
"Gara-gara ini aku bisa berdekatan terus denganmu," balas Justin sambil tersenyum. "Apa jadwalku hari ini?"
Bella mulai membacakan jadwal kegiatan Justin selama hari itu. "Sebelum jam makan siang, kau akan rapat bersama beberapa manajer keuangan. Di sini."
Justin mengangguk. "Baiklah." Dia menarik lengan Nicole memasuki ruangannya. "Ayo masuk, Sayang."
"Suasana hatimu benar-benar sedang baik, ya." Nicole tidak tahan untuk tidak berkomentar.
Nicole duduk di hadapan Justin dengan meja yang memisahkan mereka. Justin sibuk memeriksa laporan yang masuk, baik berupa hasil cetakan, maupun laporan yang berupa file. Sementara untuk mengusir kebosanan akut yang menderanya, Nicole browsing tanpa tujuan yang jelas. Membuka instagram, kemudian menyukai foto-foto temannya yang bermunculan di beranda. Sampai kemudian, dia melihat sebuah capture dari salah satu portal internet terkait berita pernikahan Jean McMillan.