Broken Home #4

732 29 0
                                    

In Season THE BATTLE (part 4)

Keesokan harinya adalah final kejuaraan basket antar kampus. Saat itu, tim putra Universitas Zohar telah mengalahkan lawannya dan memastikan diri sebagai juara di tim putra. Sedangkan tim putri, akan menghadapi tim Universitas Harapan. Sang juara bertahan selama 5 tahun berturut-turut.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pertandingan final basket putri dimulai. Sejak awal pertandingan, tim Harapan merasa kualahan menghadapi tim Zohar yang terus bermain menyerang dan tak dapat dikendalikan terutama Vanesha. Banyak angka yang telah ia cetak melalui 3 point dan bola rebound.

Seperti yang telah diprediksi oleh tim Zohar, di quarter pertama dan kedua, tim Harapan belum menyadari tak-tik yang sebenarnya hingga mereka tertinggal jauh dengan skor 32:20. Dan ketika quarter ketiga dan keempat, merekapun telah menyadarinya dan bermain sangat keras. Hingga wasit mengeluarkan 2 kartu merah untuk tim Harapan. Keadaan itu sangat menguntungkan untuk tim Zohar. Apalagi kedudukan mereka semakin jauh meninggalkan tim Harapan yaitu 56:40.

Walaupun timnya sudah menerima 2 kartu merah, tim Harapan tetap saja bermain kasar. Hingga Vanesha berkali-kali jatuh tersungkur. Dan tanpa Vanesha sadari ternyata saat ia terjatuh, kalung pemberian ibunya yang selalu ia pakai dengan liontin lingkaran yang didalamnya ada huruf K yang artinya Kartika (ibu kandungnya) terlihat dan Pragma yang saat itu juga menonton pertandingan itu, melihat kalung yang dikenakan Vanesha. Melihat itu, Pragma sangat kaget dan tidak ragu lagi menganggap Vanesha yang ada dihadapannya sekarang adalah Eca. Anaknya yang telah ia telantarkan selama bertahun-tahun.

Dan 5 menit kemudian, wasit meniup panjang tanda pertandingan telah usai dengan skor 67:51 yang dimenangkan oleh tim Zohar. Semua pendukung tim Zohar pun sangat bahagia dan bersorak ria. Karena selain menjadi pemenang, juga top skorernya diraih oleh pemain dari tim Zohar yaitu pemain bernomor punggung 7 yang bernama Vanesha Putri.

Setelah pertandingan itu, Vanesha berjalan keluar lapangan dengan menahan rasa sakit di kakinya akibat berkali-kali terjatuh. Sambil membawa piala kemenangan bersama teman-teman yang lainnya serta seluruh pendukung tim Zohar.

Tak lama kemudian, ia bertemu dengan Pragma. Dan iapun langsung menyerahkan piala itu kepada Pragma dan berkata, "Kami telah berhasil mempersembahkan apa yang anda minta. Tentunya anda masih ingat dengan kata-kata saya waktu itu. Ketika saya berhasil membawakan kemenangan, maka lubang itu yang akan mencincang anda. Jadi anda harus berhati-hati." Dengan sangat tenang.

Mendengar itu, Pragma langsung kaget dan mulai terpancing emosi.

"kurang ajar. Lagi-lagi kamu memancing kemarahanku. Kamu harus ingat. Aku bisa aja mengeluarkanmu dari kampus. Ngerti?!" katanya.

"Kalau memang itu yang harus saya terima, saya ikhlas menerimanya. Tapi, atas kesalahan apa saya dikeluarkan?!" Senyum dingin.

"Kamu tidak punya sopan santun sedikitpun kepada pemilik kampus. Jadi kamu yang harus hati-hati." Kata Pragma yang berusaha meredam amarahnya.

"Untuk apa saya harus menunjukkan sikap sopan santun pada orang yang telah menelantarkan anaknya selama bertahun-tahun?! Apakah pantas seseorang yang telah menyia-nyiakan anaknya, mendapatkan kehormatan yang tinggi?!" tertawa dingin dengan maksud menyindir.

Sejenak suasana hening. Semua orang diam terkaget-kaget mendengarnya. Sedangkan Pragma semakin marah dan tak sengaja melihat kalung yang dipakai Vanesha dan tanpa ragu, iapun menarik kalung itu hingga terlepas dari lehernya.

"Kamu dapat darimana kalung ini?!" tanyanya yang masih memuncak.

"Kembalikan kalung itu! Anda nggak berhak memegang kalung itu!!!" Vanesha terpancing emosi.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang