Dua puluh satu

1.1K 87 10
                                    

18 November 2015,
Dinah's POV

Going back to the corner
Where I first saw you
Gonna camp in my sleeping back
I'm not gonna move..

Alunan lagu The Man Who Can Be Move dari The Script menyambut ku dan Reynand saat kami menginjakkan kaki di toko buku yang berada di dalam pusat perbelanjaan.

Mata Reynand berbinar binar saat melihat ruangan penuh buku ini. Apalagi saat ia mendekati sebuah rak buku yang dipadati oleh buku bank soal. Aku meringis melihatnya.

Aku segera meninggalkan Reynand menuju rak buku yang berada di belakangnya. Tak lain dan tak bukan rak yang ku datangi berkategori fiksi.

Mataku meneliti setiap novel yang berjejer di rak itu. Pandanganku terhenti saat menemukan satu buku dengan judul yang uhm... Ngena.

Jatuh cinta diam diam

Novel karya dwitasari ini memang sudah sejak lama aku cari. Aku segera membalikkan buku ini untuk mengecek harganya. Siapa tau saja uang ku tidak cukup kan?

Aku lalu membaca sinopsis buku ini dengan fokus penuh. Tiba tiba tersengar suara derap langkah seseorang di belakangku.

"Din udah selesai?" seru seseorang yang berada di belakangku itu.

"Iya udah. Yuk jalan" seru ku sambil menyembunyikan novel tadi di belakang punggungku. Bukan apa apa, hanya saja aku takut saat ia melihat novel tersebut ia akan menanyakan yang macam macam.

Setelah membayar, kami segera beranjak meninggalkan toko buku, dan kalimat terkahir dari lagu The Man Who Can be Moved menjadi salam sampai jumpa toko buku pada kami.

How can I move on when I'm still in love with you?

What a nice goodbye.
***

"Caramel Frappucino satu, sama cheesecake satu mbak" pintaku pada mbak mbak pelayan kafe.

"Gue Caramel Macchiato aja mbak" seru Reynand.

Ia memesan Caramel juga?

"Lo suka caramel?" tanyanya seakan akan tau apa yang sedang ku pikirkan.

Aku mengangguk pelan."Iya. Lo juga?"

"Iya. Haha kok sama ya?" lirihnya.

Mungkin kita jodoh?
Eh?

"Ya kan di dunia ini yang suka caramel bukan lo doang." jawabku sok menantang.

Ia hanya mengangguk pelan dan tersenyum manis. Sungguh. Senyumnya kali ini adalah versi senyum termanis yang pernah ia lontarkan padaku.

Kurasa tidurku akan nyenyak malam ini..

Kedatangan pelayan membuyarkan lamunanku. Aku yang memang haus langsung menyeruput pesananku itu.

"Ini kayaknya punya lo deh. Rasanya beda" seru Reynand padaku tepat saat aku telah menyeruput seperempat gelas minumannya.

Aku terkesiap dan segera memindahkan bibirku dari ujung sedotan.

"Lo yakin? Kok gue gak ngerasa ini beda ya? Lo mau tukeran?" sergahku ragu sambil menggoyang goyangkan ujung sedotan.

Reynand menggeleng. "Nggak kok. Ini enak juga. Selera lo bagus Din"

Semburat merah muncul di pipiku. "Haha thanks" jawabku malu.

Hening menyelimuti kami berdua. Sembari menunggu makanan yang kupesan, aku mengambil novel yang tadi kubeli untuk menghilangkan bosan.

Belum semenit aku membaca novelku, Reynand bersuara.

"Din?"

Tanpa menurunkan novelku, aku menjawab. "Iya?"

"Lo sedeket apa sama Kak Putra?" tanyanya dengan nada yang terkesan sedih.

Aku segera menurunkan novelku dan menatapnya tak percaya.

"Gue? Kak Putra? Gak kok. Kita gak ada apa apa." jawabku sambil menggeleng gelengkan kepala.

Reynand memberiku sorot penasaran,
"Lo beneran? Kemarin lo nge-date kan?"

Aku tertawa hambar.
Secercah harapan muncul di hatiku.
Mungkinkah ia cemburu?

"Gak. Kemaren itu kita cuma makan doang. Kak Putra itu emang sering ngajakin gue jalan. Dia suka curhat sama gue. Dia juga udah gue anggap kayak kakak gue sendiri" jelasku sambil menakankan kata kakak.

Reynand manggut manggut mengerti. "Lo gak baper? Lo gak pernah mikir kalo dia suka sama lo gitu?"

LO GAK PERNAH MIKIR KALO GUE SUKA SAMA LO GITU???
Gadis batinku berteriak.

Aku hanya tersenyum. "Ya nggak lah. Gue tau kok siapa orang yang Kak Putra suka."

Reynand kembali manggut manggut lalu melamun. Ia terlihat gelisah. Apa yang terjadi pada anak ini? Tak ingin berlarut larut dalam masalah Reynand, Pun aku melanjutkan bacaanku.

Namun belum semenit aku membaca, lagi lagi suara Reynand menginterupsi.

"Din?"

Lagi, tanpa mengalihkan pandangan dari novelku, aku menyahut. "Iyaa"

"Gue lagi jatuh cinta deh kayaknya."

Apa itu?
Apa seorang Reynand baru saja mengatakan bahwa ia jatuh cinta?
Jika ini mimpi, seseorang tolong bangunkan aku.

Aku menelan ludah. Aku menyeruput kembali minumanku hingga gelas itu kosong. Aku mengela napas dalam lalu memfokuskan pikiranku kembali.

"Lo jatuh cinta sama siapa Rey?" tanyaku sambil menatap matanya lekat.

"Gak tau ah Din. Gue masih ragu. Nanti gue kasih tau ke lo deh ya." jawabnya lirih.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Padahal dalam pikiranku sejuta pertanyaan terus menerus terngiang.

Siapa orang itu?
Siapa yang berhasil menerobos pertahanan hati seorang Reynand?
Mungkin kah dia adalah aku?
Atau mungkinkah dia.. Wanda?

A/n
Nahlohhh itu si Reynand kenapaaa wkwkw
Sorry ya kalo chapter ini kurang apalah apalah. Makasih banget juga udah setia nungguin. I love youuu xx

P.s comments yakk

Unrequited Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang