Sebelas.

2.3K 138 0
                                    

4 November 2015,

Riuh suara penonton memasuki indra pendengaranku saat kuinjakkan kaki di Gedung olahraga salah satu sekolah favorit di jakarta.

Mereka menyanyikan yel yel untuk jagoan mereka masing masing. Memberi dukungan penuh agar mereka bisa pulang dari tempat ini dengan penuh rasa bahagia.

Ini pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini. Jika bukan karena dia aku mungkin tidak akan pernah menginjakkan kaki di tempat seramai ini.

Aku terus berjalan mencari tempat duduk yang mungkin cocok untuk ku. Ku telusuri seluruh penjuru stadion- uh maksudku, gedung olahraga- dan voila! Pandanganku berhenti pada sebuah kursi kosong di barisan belakang. Pun kulangkahkan kakiku mantap menuju kursi tersebut.

Beruntungnya aku mendapatkan tempat se-strategis ini. Aku segera mengeluarkan kamera dari tas dan mencari objek bagus yang bisa di potret, untung untung bisa dijadikan  bahan pameran fotografi nanti.

Tanganku bergerak refleks memperbaiki posisi kacamata ku. Ku dekatkan kembali kamera itu pada mataku, mengatur fokus dari lensa kamera dan...

Cekrek

Jika kau berpikir suara itu adalah suara dari kamera ku, maka kau salah.

Aku segera menoleh ke arah sumber suara kamera tersebut. Kudapati seorang cowok berperawakan tinggi sedang berdiri tepat di depan kursi di sebelahku, tersenyum ramah dan oh tak lupa sebuah kamera bergantung di lehernya.

"Gue boleh duduk di sini?" tanya cowok itu sambil menunjuk kursi di sebelahku.

"Boleh kok" aku mengangguk mantap dan tersenyum kepadanya.

Ia membalas senyumku. Senyumnya sangat manis.

"Lo sendirian?" tanyanya lagi, memecah keheningan.

"Iya" jawabku sambil tetap fokus pada kamera.

"Gak ada temen atau lagi nonton pacar main?"

Sontak aku berbalik menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Gak ada temen" jawabku asal dan segera fokus kembali ke kameraku.

Pertanyaannya sukses membuat ku lemas. Kalimat "lagi nonton pacar main" hanyalah sebuah harapan.

Maksudku, ya. Aku disini untuk menonton seseorang dan aku -sangat- berharap, aku duduk disini, sebagai pacarnya. Bukan pengagum rahasianya.

I have a hopeless crush on someone I have no chance with.

Unrequited Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang