Chapter 4

1.9K 197 68
                                    

Chapter 4

Warning : Typo bertebaran, alur cerita tidak jelas, ide pasaran.

Bagi Seungcheol, hari ini adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan. Entah kenapa ia baru saja menyadari bahwa mempertanggung jawabkan sesuatu tidaklah mudah. Awalnya tekad itu begitu kuat, namun dalam sehari semuanya bisa berantakan. Hanya dengan bertemu Doyoon dan kembali merasakan indahnya saat-saat indah bersamanya, Seungcheol mampu memporak-porandakan seluruh niat kuat yang ia bangun. Ia sempat beranggapan bahwa dengan ia menikahi Jeonghan, lalu memberi tahukan seluruh kenyataan pada Doyoon, dan melepas kekasihnya itu akan terasa mudah dilakukan. Tapi ia salah, salah besar.

Sepulang dari mengantar Doyoon kerumah kekasihnya itu, Seungcheol langsung menuju apartemen untuk beristirahat. Ia sudah tak sabar ingin merebahkan tubuhnya ke atas kasur empuk kesayangan dan menjelajah alam mimpi. Sesampainya di lingkungan apartemen, ia segera memakirkan mobil lalu berjalan memasuki gedung dan melangkahkan kakinya perlahan menuju lift. Tiba-tiba seorang resepsionis memanggil nama Seungcheol dan memberi tahu bahwa ada seorang pria yang mencarinya dan kini tengah menunggu di ruang tunggu gedung itu.

Iapun berjalan menuju ruang tunggu dan mencoba memberi tahukan pada dirinya untuk bersabar lebih lama sebelum bisa beristirahat dengan tenang. Ia sangat terkejut dan rasa kantuk yang tadi melanda langsung hilang entah kemana saat mengetahui siapa yang mencarinya sedari tadi. Seorang pria cantik dengan jeans panjang dan sweater abu-abu yang melekat pas dibadannya. Rambut indahnya yang berwarna coklat itu ia urai sehingga menambah kesan cantik di wajah ayunya. Tentu kita bisa menebak bahwa pria cantik itu adalah Jeonghan, calon istri Seungcheol.

Melihat kedatangan Seungcheol, Jeonghan hanya mampu menyunggingkan senyum tipis nan menawan di bibir indah itu. Setelah hampir dua jam menunggu Seungcheol, akhirnya pria itu datang. Jeonghan sendiri bingung kenapa ia memiliki keinginan untuk mendatangi Seungcheol setelah apa yang ia lihat siang tadi. Apakah Jeonghan marah ? jawabannya tidak. Apakah Jeonghan merasa dibohongi ? jawabannya tidak juga. Kenapa harus merasa dibohongi, sedangkan Jeonghan bukanlah siapa-siapa bagi Seungcheol. Bahkan mungkin dimata Seungcheol, Jeonghan hanyalah orang yang telah menghancurkan masa depan pria tampan itu karena harus membuat Seungcheol bertanggung jawab atas kematian Jisoo, begitu pemikiran si pria cantik.

Seungcheol berjalan pelan ke hadapan Jeonghan yang masih duduk di salah satu sofa dan hanya bisa terdiam cukup lama begitu sampai di depan si pria cantik. Ia bingung. Tidak-tidak. Lebih tepatnya Seungcheol sangat bingung kenapa jeonghan bisa ada disini dan menunggu kedatangannya. Dan yang lebih membuatnya bingung adalah apa yang harus ia lakukan.

"Tidakkah kau berniat untuk membawaku ke dalam apartemenmu saja ? ada yang ingin ku bicarakan Seungcheol-ssi," kata Jeonghan pada Seungcheol sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat kearah Seungcheol. Dahi Seungcheol terlihat mengernyit tipis yang menandakan bahwa si pria tampan tampaknya tengah kebingungan.

"Ouhh, tentu saja. By the way, cukup panggil aku Seungcheol. Panggilan yang baru saja kau ucapkan terdengar terlalu formal di telingaku," Setelah beberapa saat terdiam akhirnya Seungcheol memberi respon. Ia berusaha terlihat santai dan tidak gugup.

"Emmmm." Jeonghan menganggukkan kepalanya pelan.

"Eummm. Kalau begitu ayo. Kita ke apartemen ku saja Jeonghan-ah," setelah mengucapkan itu, Seungcheol mulai berjalan lagi ke apartemennya yang berada di lantai 5 gedung itu dengan Jeonghan yang mengikuti dibelakangnya.

Sampailah mereka di apartemen Seungcheol yang bernomor 503. Jeonghan segera duduk setelah dipersilahkan Seungcheol duduk. Jeonghan meminum teh hangat yang dibuatkan Seungcheol sembari menunggu Seungcheol berganti pakaian. Jeonghan melihat-lihat ke dalam isi apartemen Seungcheol yang cukup rapi untuk ukuran seorang pria. Apalagi menurut cerita, Seungcheol tinggal sendiri di apartemen ini tanpa pembantu. Lima menit kemudian Seungcheol keluar kamar dengan pakaian yang lebih santai. Seungcheol duduk dikursi depan Jeonghan dan menunggu apa yang ingin dibicarakan oleh pria cantik itu.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang