Chapter 7

1.7K 194 82
                                    

Chapter 7 (Repost)

Warning : Typo bertebaran, alur cerita tidak jelas, ide pasaran.

"Namanya Doyoon, Jang Doyoon," nama itu terdengar tak asing di telinga Jeonghan, tapi ia masih belum menyadari apapun. Jeonghan tak pernah tau bahwa takdir akan mempertemukannya dengan mantan kekasih suaminya lewat cara yang unik.

"Ahh, baiklah Mingyu-ssi. Kalau begitu sampai bertemu besok."

"Ne dokter."

*****

Jeonghan sedang menunggu Seungcheol pulang, tapi hingga pukul 11 malam suaminya itu belum juga tiba dirumah. Karena terlalu khawatir, akhirnya Jeonghan memutuskan untuk menelpon Seungcheol. Ini adalah panggilan Jeonghan pertama kalinya semenjak seminggu yang lalu. Sampai nada sambung ketiga Seungcheol belum juga mengangkat panggilan itu. Jeonghan jadi semakin cemas dan khawatir. Ia pun memutuskan untuk memanggil ulang ponsel Seungcheol dan masih tak ada jawaban. Saat Jeonghan akan melakukan panggilang untuk ketiga kalinya, pintu apartemen terbuka dan munculah sosok Seungcheol. Entah karena terlalu khawatir, cemas, atau rindu, Jeonghan menerjang tubuh Seungcheol dan memeluknya erat. Seungcheol yang baru saja pulang jadi terkejut mendapat perlakuan seperti itu dari Jeonghan.

"Aku rindu," meskipun Seungcheol masih dalam keadaan bingung tapi ia bisa mendengar suara lirih Jeonghan.

"Hannie-ya, kau baik-baik saja ?" Seungcheol melepas pelukan Jeonghan namun masih dalam keadaan memegang kedua lengan Jeonghan. Ia meneliti tubuh Jeonghan apakah ada yang terluka. Tapi tampaknya Jeonghan baik-baik saja.

"Seungcheol-ah, letakkan tas mu. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu lalu mandilah. Apa kau sudah makan malam ? aku siapkan ya ?" Seungcheol mengernyitkan dahinya tapi ia tetap mengangguk.

"Aku sudah makan dengan klien Hannie-ya, maaf. Lain kali aku akan makan malam dirumah, ne. Kau tidak perlu menyiapkan air hangat, aku akan menyiapkan sendiri. Sekarang tunggu aku di kamar. Sepertinya ada yang harus kita bicarakan," Seungcheol mengatakan itu sambil mengelus pipi Jeonghan dengan penuh kasih sayang. Jeonghan yang mendapatkan perilaku seperti itu hanya bisa mengangguk sambil memberikan senyum terbaiknya pada Seungcheol.

Entah hal apa yang merasuki Jeonghan sampai bisa bersikap seperti itu. Mungkin karena sudah seminggu mereka saling terdiam sehingga Jeonghan merindukan saat-saat bersama suaminya. Jeonghan merasa sangat bahagia sekarang. Perasaan bahagia itu membuncah dalam hatinya seakan-akan ada ribuan kupu-kupu yang terbang disana. Jeonghan memutuskan menunggu Seungcheol mandi sambil berbaring di ranjang. Ia memandang langit-langit kamar dengan tangannya mengelus perutnya pelan. Karena terlalu lelah menunggu Seungcheol pulang dari tadi, Jeonghan pun tertidur.

Seungcheol yang baru saja selesai mandi dan melihat istrinya tidur dengan wajah damai jadi tersenyum dibuatnya. Setelah mengeringkan rambutnya, ia memutuskan untuk ikut berbaring di sebelah Jeonghan sambil memeluk istrinya erat. Ia senang karena Jeonghan sudah bersikap seperti biasanya hari ini. Seungcheol berharap bahwa ini akan menjadi awal yang baik dalam hubungan mereka.

Pagi harinya saat Jeonghan terbangun, ia sudah tidak menemukan Seungcheol di sebelahnya. Apa ia sudah berangkat ?, pikir Jeonghan. Ia bangun dari tempat tidur dan mencari-cari keberadaan Seungcheol tapi yang ia temukan hanyalah sepiring nasi goreng dan sebuah kertas berisi note.

Pagi Hannie-ya :* maaf aku sudah berangkat saat kamu bangun. Aku ada meeting penting dengan klien dari Amerika, jadi aku harus mempersiapkan meeting sepagi mungkin. Aku sudah membuatkan nasi goreng untukmu. Kumohon, makanlah. Aku tidak ingin kau melewatkan sarapan mu. Semoga harimu indah Hannie-ya. Aku menyayangi mu dan Chan :*

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang