Chapter 9

1.8K 202 63
                                    

Chapter 9

Warning : Typo bertebaran, alur cerita tidak jelas, ide pasaran.

Setelah Jeonghan tahu dari Mingyu bahwa Seungcheol selalu datang menemui Doyoon, Jeonghan hanya diam saja dan tidak membahas mengenai masalah ini pada Seungcheol. Ia akan mengalah pada Doyoon untuk sementara waktu sampai Doyoon merasa lebih baik. Namun ada hal yang mengejutkan Jeonghan. Suatu hari Doyoon datang menemui Jeonghan di rumah sakit dan meminta Jeonghan untuk melakukan terapi lagi padanya. Doyoon mengatakan bahwa ia ingin mencoba menyembuhkan depresinya lagi. Jeonghan merasa bingung dengan sikap Doyoon namun sebagian hatinya merasa lega. Itu artinya Doyoon memiliki keinginan untuk sembuh. Maka sejak hari itu, Doyoon rutin datang menemui Jeonghan lagi untuk konsultasi dan terapi.

*****

Awal pertemuan Doyoon dan Jeonghan kembali setelah beberapa waktu lalu terjadi insiden menjadi sangat canggung. Lima menit awal pertemuan, mereka berdua hanya berada dalam kebisuan yang entah kapan berakhir. Jeonghan terlalu takut untuk memulai pembicaraan meskipun di matanya Doyoon justru terlihat sangat tenang. Sedangkan ekspresi wajah Doyoon terlihat datar dimata Jeonghan, membuat si pria cantik menerka-nerka apa yang dipikirkan oleh mantan kekasih Seungcheol itu. Apabila diperhatikan seksama, Doyoon sangat berbeda dengan Doyoon yang pertama kali dilihat oleh Jeonghan diruangan ini dulu. Doyoon yang dulu terlihat lugu dan manis sedangkan Doyoon yang saat ini ada didepannya sungguh sulit untuk dimengerti. Entah kenapa keberadaan Doyoon didekatnya membuat ia sedikit bergidik. Ia tak tahu atas dasar apa ketakutan yang hadir dalam dirinya. Ia hanya terus berusaha untuk mengendalikan diri dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Jeonghan sempat terkejut dan tak menyangka bahwa tujuan kedatangannya saat itu menemui Jeonghan adalah untuk meminta bantuan lagi kepada kepada Jeonghan untuk menyembuhkan depresinya dan melanjutkan sesi terapinya. Jeonghan tak menyangka bahwa setelah kebohongan yang ia lakukan, Doyoon masih mau mempercayainya. Awalnya Jeonghan merasa ragu untuk memenuhi permintaan Doyoon. Namun setelah terjadi pembicaraan antara dia dengan Doyoon, akhirnya ia memutuskan untuk menjadi psikiater Doyoon lagi.

Beberapa kali menjalani terapi dan sesi konsultasi membuat Jeonghan mengerti bahwa semua tak lagi sama. Ia dan Doyoon tak bisa sedekat dulu dan hubungan mereka sangatlah kaku. Jeonghan berusaha untuk menjadi lebih dekat lagi tapi Doyoon seperti membatasi diri. Sikap lelaki itu membuat Jeonghan terheran. Untuk apa Doyoon meminta bantuan padanya mengatasi depresinya apabila mantan kekasih Seungcheol itu tidak mampu membuka diri padanya. Namun sekali lagi, tak ada yang mampu Jeonghan perbuat. Ia telah mencoba segala cara namun Doyoon seperti memiliki dunia sendiri sekarang.

Siang itu Doyoon baru saja melakukan sesi konsultasi padanya dan tak ada perubahan yang berarti. Merasa lelah dan lapar Jeonghan memutuskan untuk keluar makan siang. Saat keluar ruangan, ada Mingyu yang sudah menunggunya. Jeonghan merasa heran, kenapa pria tampan itu sering menemuinya akhir-akhir ini. Entah untuk mengajak makan siang ataupun sekedar mengobrol. Sejujurnya ia merasa tak nyaman dengan sikap Mingyu yang menjadi sangat perhatian padanya akhir-akhir ini. Ia takut kedekatan Mingyu dengannya akan menimbulkan kesalahpahaman. Meskipun tak banyak yang tau mengenai status Jeonghan yang sudah menikah, tapi ia tetap tak mau orang lain salah paham mengenai hubungannya dengan Mingyu. Namun Jeonghan yang pada dasarnya sangat ramah akhirnya tak dapat menolak kehadiran Mingyu.

"Annyeong Jeonghan-ah," Jeonghan membalas sapaan Mingyu dengan senyum kecil dan anggukan kepala.

"Biar kutebak, kau pasti ingin makan siang. Bagaimana kalau kutemani ?"

"Eummm, baiklah. Di kafe biasa bagaimana ?" Jeonghan menyanggupi permintaan Mingyu menemani makan siang.

"Baiklah, ayo."

Selama perjalanan menuju kafe, Mingyu terus mengajak berbicara Jeonghan berbicara yang hanya dibalas dengan kata-kata singkat oleh Jeonghan. Bukannya tak sopan, tapi memang Jeonghan tak tahu harus menanggapi seperti apa. Tak terasa kini mereka telah sampai di kafe. Mingyu memutuskan memesan steak sedangkan Jeonghan memutuskan memesan spaghetti. Makan siang mereka hanya berlangsung singkat dan tak banyak pembicaraan diantara mereka. Tiba-tiba saja Jeonghan merasa rindu pada suaminya. Ia mengingat lagi kapan terakhir kali ia makan siang bersama Seungcheol dan ternyata sudah sangat lama.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang