NB: yang di multimedia adalah Denis Oh sebagai Bagas. Jadi biar bisa langsung dibayangkan gitu wajahnya hehe...
Dion melempar tapak demi tapak kakinya penuh keraguan, menyusuri pelan lantai koridor rumah sakit menuju ruang instalasi gawat darurat. Dia sama sekali tidak terlihat seperti seorang suami yang tengah kebingungan ataupun terburu-buru ingin segera melihat kondisi istri tercinta.
Sebenarnya terselip juga rasa khawatir dalam benak Dion bagaimana kondisi Erlina saat ini. Namun tidak cukup kuat untuk mengalahkan rasa panik, takut dan akward yang sedari tadi mendera hebat pikirannya sebab akan bertemu lagi dengan pria bernama Bagas itu. Pria yang sudah Dion putuskan untuk dihapus selamanya dari pikiran dan hatinya.
Sungguh jika diperbolehkan, Dion ingin segera memutar langkah kakinya kembali menuju ke halaman parkir rumah sakit. Rasanya dia ingin balik saja, kembali ke kantor atau langsung pulang ke rumah.
Beberapa kali, mulut pria manis berlesung pipit yang mulai dipenuhi kumis di bagian atasnya itu tampak menghembuskan nafas panjang. Keringat dinginnya pun mulai mengalir dari ujung pelipisnya, membuat badannya sesekali bergetar menggigil kedinginan. Dia gugup luar biasa. Ketegangan terasa sesak menghimpit dadanya. Dia seperti seorang terpidana bersalah yang sedang menuju ruang pengadilan untuk mendengarkan vonis hukuman dari sang hakim.
Namun aneh, seketika perasaan itu sirna saat kedua mata Dion mendapati seorang pria yang berparas tampan nan tegas, tengah berdiri di depan pintu ruang UGD tempat istrinya dirawat. Pria itu langsung melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Dion yang berjalan mendekat. Sebuah sambutan hangat yang Dion tidak pernah duga sebelumnya. Semua yang ditakutkan Dion tidak menjadi kenyataan. Pria yang bernama Bagas itu terlihat sama sekali tidak membencinya ataupun dendam setelah apa yang Dion lakukan padanya tiga tahun yang lalu.
Dion bisa bernafas lega sekarang, meski dia belum bisa percaya seratus persen sikap welcome Bagas padanya. Namun setidaknya, bayangan Bagas yang akan menghajarnya habis-habisan tidak sampai kejadian. Sebab Dion memang selalu kalah jika beradu fisik dengan Bagas karena perawakannya yang lebih tinggi dan kekar.
"Hai... Dy. Bagaimana kabarmu? Wah, kamu tampak lebih gemukan yah sekarang." Bagas langsung menyodorkan tangan kanannya saat mantan kekasihnya itu sudah berada di dekatnya. Dia pun tersenyum sambil menatap dalam-dalam kedua manik mata Dion.
"Ba-baik, Gas," ucap Dion canggung sambil membalas jabat tangan Bagas.
Astaga, Bagas ternyata tetap menawan seperti saat Dion terakhir melihatnya tiga tahun silam. Dia terlihat sangat tampan dan gagah seperti yang masih membekas dalam ingatan Dion. Tatapan kedua matanya pun masih tetap bisa meneduhkan dan menenangkan hati Dion. Sungguh tidak ada yang berubah dalam diri mantan kekasihnya itu, malah terlihat semakin menawan dan berkharisma.
Sementara Dion sendiri kini sudah semakin membuncit di bagian perut dan sedikit kurang rapi, terkesan kurang terawat. Dion jadi merasa malu sambil mulai merutuk dalam hati karena jarang berolah raga. Rasa minder pun perlahan mulai muncul dalam benak pria itu.
"Apa kamu bahagia dengan pernikahanmu, Dy?" Tanpa banyak basa-basi, pria tampan itu melayangkan sebuah pertanyaan to the point sambil tersenyum lurus ke arah Dion yang berdiri tepat di hadapannya.
Dion terdiam sejenak. Dia bukan tidak bisa menjawab sebab Dion merasa bahagia dengan pernikahannya meski pada awalnya sedikit sulit untuk mencintai Erlina dan kondisi rumah tangganya yang mendingin belakangan.
Namun ada sesuatu yang mengirim pria itu dalam kebisuan. Dion mendadak menangkap sorot mata Bagas berubah menjadi tajam penuh intimidasi. Dia tidak lagi bisa mengartikan arti tatapan mantan kekasihnya itu. Sorot mata yang belum pernah dia lihat sebelumnya dari seorang Bagas.
![](https://img.wattpad.com/cover/56023051-288-k433796.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen BxB Story
DiversosKarena aku ini penulis abal-abal yang nggak fokus, maka aku buat kumpulan cerpen ini biar bisa ngelanjutin hutang cerita yang lain hihi... Karena saking banyaknya ide yang bermunculan di otakku yang kalau nggak disalurkan bisa bikin galau gimana, ka...