Prolog

165 11 4
                                    

Dear diary♡

Namaku Elva Syavira, umurku 18 tahun dan aku pelajar SMA kelas3 semester 2 akhir, ini pertamakalinya aku menulis Diary alasannya karena semua orang yg aku tulis dalam diaryku ini tidak bisa lagi membantuku T-T dan temanku tidak bisa aku jadikan tempat curhat untuk masalah yang satu ini. Besok adalah pernikahanku, entah apa yang terjadi pacarku melamarku dan ayah merestuinya. Ini tidak mungkinkan April moop ??

Ini benar - benar gila, Matilah aku kenapa semua ini bisa terjadi. Aku sudah menolak semua itu mulai dari membujuk ayah yang tidak biasanya bersikap seperti ini, namun semua itu nihil termasuk menyuruh ibu untuk membujuk ayah dan meyuruh Evan (pacarku) mengundur pernikahan ini.

Sekarang sudah jelaskan alasan aku untuk tidak bercerita pada temanku, yapsss betul alasannya aku malu kalo nanti diperolokan oleh mereka "luluslangsungnikah" apalagi aku menikah sebelum lulus!

Aku tidak percaya dengan semua ini, bahagia dan gelisah melandaku. Usaha apapun yang aku lakukan untuk menghentikan semua sepertinya akan sia - sia aku melihat jelas kesungguhan dimata mereka dan aku tidak tau penyembab semua itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain berdo'a semoga semua ini yang terbaik,,

Oh tidaaaaakkk!! Aku mulai kehilangan moodku untuk menulis lebih banyak lagi, byeeeeee!. >_<

April 2015

ElvaPOV

Setelah kusimpan diaryku didalam laci kini aku merebahkan badanku diatas kasur dan menghembuskan napas kasar, sepersekian detik kuambil handphone di atas nakas dan kucari kontak bernamakan MyOtherHalf♡ dan sambungan telponpun berbunyi.

Disela sela kesunyian ini dering kedua telpon telah diangkat oleh seseorang bersuarakan berat miliknya.

"Yes, my wife?" Suaranya terdengar begitu lelah, mungkin karena semua yang harus dia lakukan untuk mempersiapkan pernikahan kita besok. Aku sangat sedih mendengar suara itu dia teman sekelasku sekaligus pacarku, di usianya yang semuda ini dia harus sibuk dengan keputusannya untuk menikahiku bodoh!.

"Halo, my wife you there?"

"Oh ii,,iya gue disini, van lo kayanya cape banget deh. Ko lo sebodoh ini sih? Masa depan kita masih panjang Van kenapa harus secepat ini?" Kataku dengan nada serendah mungkin.

"Ell, apa lo ragu sama keputusan gue?" Nada sedih terdengar dari suara lelahnya itu.

"Bukan gitu, tapi apa lo sadar sama semua keputusan lo?"

"Iya El gue yakin sama semua ini kalo engga, mana mungkin ayah lo setuju sama gue. El tolong percaya sama gue jadilah penyemangat hidup gue." dengan tegas evan mengucapkan semua kata itu.

Aku hanya terdiam mendengar dia berkata seperti itu dan menahan tangisku. Bukan aku tidak ingin menikah dengannya hanya saja aku berpikir masa depanku dan dia masihlah panjang dan yang membuatku ragu dia selalu bercerita padaku bahwa dia ingin berkuliah di universitas ternama di Jerman. Namun semua itu mungkin tak akan terwujud karena dia memilih menikahiku dan bekerja di perusahaan ayahnya.

"El percaya ya sama gue, gue bakal jagain lo dan gue yakin dengan keputusan ini."

"Iya Van, maafin gue. Gue makin sayang aja sama lo." Ku ucapkan dengan nada bercanda dan sedikit tertawa agar air mataku tidak jatuh dan menambah kesedihan Evan.

"Ck, udah lo istirahat siap-siap buat besok ya dan ____ "

"Van ada yang pengen gue omongin tentang besok sama lo tapi gue malu kalo sekarang diomongin jadi besok gua omongin sama lo ya, selamat malam Evankuh *Muachh* byee,,". Belum selesai Evan berbicara Elva sudah langsung memotong pembicaraan Evan dan menutup telponnya.

PhoneEnd


"Huhhh, yaampunn ko senerveous ini ya??, mungkin efek nikah kemudaan hhaa." Elva tertawa kecil dan memejamkan matanya.




-votcom nya ya, newbie nih-^-^-




THE MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang