Flashback

100 9 0
                                    

Elvira POV

3 tahun yang lalu tepatnya aku kelas 9 dan masih dismester awal, zamannya SMP facebook dulu medsos yang ngeHitz banget sampe - sampe kelas 9tuh masih sering aja mainan facebook LOL. Hingga suatu ketika inbox aku terisi oleh pesan dengan id Evan Narendra nah disitulah facebook aku mulai berwarna setiap harinya, soalnya Evan ga pernah alfa buat chat aku (tapi ga tiap detik juga ya -_- ). Evan itu ganteng banget selain ganteng dia juga humoris siapa coba yang bakal bosen di chat sama Evan yang kaya begitu dan hebatnya lagi diatuh gapernah kehabisan topik tiap harinya, pasti topiknya ganti dan ga boring aslian dehhh.

Hingga 1 tahun berlalu bersamanya dan Evan lenyap berhenti memberiku pesan-pesan yang mewarnai dunia mayaku, dia menghilang begitu saja dan pesan terakhirnya dia kirim 1 minggu sebelum Ujian Nasional

"Beauty, Semangat Ujian Nasionalnya". 09.00

Bagaikan cerita Laila dan Majnun, anggaplah aku sebagai Laila dan Evan sebagai Qais (Majnun) namun aku tak sesempurana Laila hanya saja cintaku pada Evan seperti cinta Laila pada Qais yang sudah terpaut pada seorang dan tak pernah ingin berpaling. Namun kini bukan Qais yang terpisah dengan Laila karena orang tuanya tak merestui, tapi Elva yang terpisah dengan Evan karena facebook tak kunjung memberikan suara "tingtung" yang menandakan pesan masuk dari seorang Evan.

Kini 5 bulan sudah berlalu dan aku sudahlah duduk dibangku SMA yang menjadi incaranku, tapi hatiku masih saja gelisah dengan seorang pria Jakarta yang tak kunjung menanam berbagai bungan kembali dihatiku dan membuat dunia mayaku berwarna lagi dan kini warna itu hanyalah abu - abu seperti rok ku. Lelaki dikota metroplotian itu sudah berhasil memporak porandakan hati seorang mojang Bandung Elva Syafira.

Terkutuklah gengsi ini yang tak mau memulai untuk mengirim pesan walaupun untuk menanyakan kabarnya ;(, meskipun hati ini sudah berapi api karena dilanda kegelisahan cinta dan tak bisa dipadamkan lagi. Namun semua itu dibiarkan saja berkobar olehnya didalam hati dan membuatnya panas seakan akan taklama akan membuncah dan semakin membakar hati.

Aku kira dia hanyalah ingin aku untuk fokus Ujian Nasional tapi setelah lama dia tak kunjung memberiku pesan, aku menyimpulkan dia hanyalah mempermainkanku ohh bukan bukan, buka seperti itu mungkin ini hanyalah persaan wajar seorang wanita yang menginginkan lebih atau mungkin aku yang terlalu berlebihan dan menyalah artikan semuanya. Aku pasrah dia berhasil masuk kedalam hatiku.




####
Koridor sekolah

Dua orang pria ini tak kunjung menjauh dariku dia selalu saja mengikutiku, banyak yang bilang mereka menyukaiku tapi hatiku terlalu terluka sehingga tak bisa merasakan itu. Mereka sahabatku dari SMP kelas8 dan anehnya kenapa aku malah satu SMA dengan mereka bukannya dengan sahabat wanitaku.

"ELVA CANTIKK!!" Teriak Sony

"Sibego jangan teriak - teriak ini sekolah, malu - maluin ajah pergi jauh sana jangan deket gue!"

"Wihh masih aja ya tu orang jakarta ngefek ke Eluu" kicauan Syahrul dan memeberi tekanan pada kata Eluu.

"Apaan sih udah deh kalian pergi sanah yang jauhhhh, bikin badmood aja deh toh kalian jugakan dari Jakarta". Cerocos Elvira murka

"Eitsss loh ko kita sih Va, kitakan udah dari SMP pindah ke Bandung mana mungkin ngefek ke eluu". Tungkas Sony tak mau kalah

"Tuh liat aja lu masih pake kata 'eluu' kegue, ga ngefek apa - apa tinggal lama di Bandung bagi kalian bedua". Balas Elva penuh dengan kemenangan

"Lah elu son kaga bener dahh, ampun"

Mereka asik berHAHAHIHI, hingga tiba-tiba mata Elva melihat kesosok yang tak asing lagi didepannnya dan membuat Elva berhenti tertawa dan terus memperhatikan sosok itu yang semakin mendekat bersama seorang wanita berumur 40 tahunnan yang masih terlihat sangat cantik. Elva tau dia siapa tapi Elva merasa tak percaya dan menganggap semua itu hanya ilusi.

"Hi". Cengiran yang memperlihatkan deretan gigi putih nan bersih itu terlihat begitu bahagia tak terlihat rasa bersalah yang muncul disana.
'Tees' air mata berhasil mengalir dimata sebelah kiri elva yang menandakan kepedihan yang mencuat kepermukaan.

Kata singkat namun berhasil membuat Elva merasakan sakit dihatinya, lelaki di icon F dalam kotak biru itu benar-benar ada di hidupnya bukan lagi dunia maya tapi nyata. Elva benar-benar tak menyangka dengan semua yang terjadi padanya saat ini yang bisa dia lakukan hanya berlari menjauhi kedua sahabatnya itu karena tak ingin mereka melihat air matanya. Dan disinilah dia sekarang didalam toilet wanita karena inilah temoat satusatunya yang tak akan pernah dimasuki oleh kedua sahabatnya itu.

"Kenapa? Kenapa dia datang kesini, apa mungkin dia ingin melihat kesedihanku? Penderitaanku? Karena dia berhasil mencuri hatiku, kenapa? Kenapa dia begitu kejam membuat aku seperti ini di saat aku gelisah memikirkannnya dia datang dengan wajah tanpa dosanya itu. Aku benci tak ingin lagi mengulang rasa perih ini, ini terlalu sakit aku tak boleh memiliki persaan ini. Ini harus dimusnahkan dia bukanlah siapa-siapa ini kesalahanku yang terlalu terpesona olehnya jadi dia tidaklah salah dan akulah yang salah, aku harus memusnahkan semuanya, persaan ini." Tangisnya membanjiri pipi mulus nan merona itu mulutnya didekap agar tak mengeluarkan suara, hanya isakan kecil yang bisa terdengar olehnya saja.

3 mnt cukup untuk semuanya dia kembali pada dirinya segera dia membersihkan wajahnya agar tak terlihat menyedihkan dan menunjukan bahwa dia baik-baik saja dan tak berlebihan dengan perasaanya. Merenung, bersedih tidaklah berguna untuk cinta monyet ini. Bersikaplah sewajarnya hadapi semuanya dan berhentilah mengaharapkan cintanya.

Melihat kedepan cermin terdapat pantulan wajahnya 3 mnt membuatnya berantakan segera dia bersihkan, tersenyum senyum untuk menghilangkan kegugupan, kesedihan dan menunjukan senyuman palsunya ____nanti.
Segera dia keluar dari kamar mandi dan bersikap sebagaimana mestinya kini dia terus berjalan menuju kelasnya dan duduk dibangku ketiga baris pertama dan dibelakangnya sudah ada kedua sahabatnya yang memandangi Elva dengan tanda tanya.

"Va abis dimana?" Tanya sony

"Toilet".

"Oh, ngapain?"

"Apaan sih, di toilet ko nanya ngapain. Hhaa".

"Abis tadi lo buru-buru kabur aja sih".

"Hhaaa, iya abis gue kebelet masa iya gue harus laporan dulu sama lu sih Son"

"Hahaha, iya ga juga sihh".

Tok tak tok tak suara sepatu Bu Rima terdengar memasuki ruang kelas bersama____ Evan. Mata Elva membulat tidak menyangka akan sekelas bersama Evan Narendra tapi buru-buru iya bersikap sebiasa mungkin untuk menghilangkan kecurigaan temannya yang sedari tadi memperhatikann Elva penuh selidik.

"Anak - anak ini teman baru kalian dia pindahan dari Jakarta, ayo nak perkenalakan diri".

"Nama saya Evan Narendra, senang bertemu dengan kalian". Menabar senyuman indahnya.

"Silahakan nak Evan untuk duduuk__ disana bersama Elva".






Whutt? Kaga salah denger gue, bencana!

Votecom nya, sankyu -^-^-






THE MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang