Derd.. derd.. derd..
Evan menautkan kedua alisnya dengan tangan kiri megang handuk kecil yang tetap dalam posisi mengeringkan rambut saat melihat panggilan di telponnya tanpa nama "siapa?" Gumamnya, tangan kanannya lalu menggenggam telepon dan menjawab panggaialan tersebut."Halo?.." suara wanita disebrang sana terdengar sedikit ragu.
"Iya? Siapa?" Jawab evan.
"Ini gue sarah, lo Evankan?"
Evan menerawang mengingat-ngingat siapa sarah " Oh.. lo cwe yang tadi di taman sekolah ya?"
"Emhh.. iya"
"Oh, ada apa?"
"Besokkan libur, gue.. rencana mau ngajak lo ketemu ada yang pengen gue omongin bisa gak ya?"
Evan bingung mau jawab apa karena niatnya besok mau ngajak Elva jalan, tapi.. dia juga belum pasti sih karena belum hubungin Elva dan itupun belum tentu Elva gak ada acara secara diakan punya pacar mana mungkin kalo gak ada kegiatan. Tak ada jawaban dari Evan dia masih menimbang-nimbang apa yang harus dijawabnya, hingga akhirnya suara di sebrang sana kembali terdengar.
"Gue pengen ngomongin hal penting menurut gue, kalo lo gak keberatan lo dateng aja ya ke Cafe Taria yang depan sekolah. Gue tunggu jam 1 siang, makasih.." Dengan segera Sarah menutup telponnya.
Tut.. tut.. tut..
"Ishhh.." dengan gusar Evan melempar handphone nya ke kasur lalu mendiamkan handuk kecilnya yang membentang menutup kepalanya dan terduduk di pinggir kasur sambil memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya.
####
12:45
Evan pergi mengendari Vespa antiknya menuju 'Cafe Taria', yahh.. akhirnya Evan memutuskan untuk pergi menemui Sarah karena Evan mengurungkan niatnya untuk mengajak Elva jalan sebelum Sony menjelaskan apa yang ingin dia jelaskan kemarin pagi di toilet.
Evan mengendarai Vespa merahnya santai sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan di kota bandung dengan pohon-pohon hijau yang memberikan kesejukan dan kesegaran di siang yang teriknya terhalang oleh pepohonan. Lelaki blasteran Jerman ini sangat senang pergi bersama Vespa antiknya itu apalagi untuk sekedar ketempat-tempat yang tak terlalu jauh sambil menikmati keindahan yang tak bisa digambarkan sensasinya namun hanya biasa ia rasakan.
Evan terus menyusuri jalan hingga tak terasa ia sampai di tempat yang ditujunya lalu dengan segera memarkirkan motornya dan masuk kedalam, dilihatnya Sarah yang melambaikan tangan sambil tersenyum menyadari Evan yang celingukan mencarinya dengan santai Evan berjalan menghampiri Sarah dan duduk didepannya.
"Makasih ya Van, gue kira lu gak akan datang" Jawabnya lega.
Yang dibalas anggukan oleh Evan "Lu mau ngomong apa?" Tanyanya to the point.
Sarah menunduk, menghembusan nafasnya kasar "Sorry Van sebelumnya, kemaren gak sengaja gue denger di koridor lo ngobrol sama Sony dan Syahrul". Diam sejenak "Emhh.. jadi kalin bertiga udah kenal satu sama lain?".
Ya ampun jangan bilang dia juga denger soal gue sama Elva " Apa aja yang lo denger kemaren?" Tanya Evan sedikit kesal.
"Sorry, semuanya". Menunduk tak berani menatap mata Evan dan merasa sangat bersalah.
"Soal gue dan Elva?".
"Iya gue denger, emh,, tapi bukan itu yang pengen gue tau sekali lagi gue minta maaf Van. Sebenernya gue pengen tau tentang Sony gue rasa lo tau tentang dia karena lo kan temennya, sebelumnya gue pengen nanya sama Syahrul tapi dia terlalu cuek buat peduli jadi gue gak bisa minta tolong ke dia".
Evan melihat tak percaya dia kira Sarah suka padanya *hahaha GR banget si Evan XD* " Ada hubungan apa lo sama si Sony?" Tanya Evan penuh selidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE MEMORIES
Genç KurguSemua kehidupan ini memanglah misteri termasuk Cinta yang tidak tau akan berakhir seperti apa, namun ini lah akhir cerita cinta kami. -Evan dan Elvira- The memories