ch.5 - First Clues

6.5K 653 35
                                    

Kutatap pria berkaos abu-abu di depanku. Benakku terus bertanya-tanya. Apa dia sedang lelah? Atau dia sedang ada masalah dengan ibunya? Mengapa perilakunya tidak seperti biasanya? apa yang dipikirkannya? Seakan-akan aku mencari terjemahan perilaku pria ini dalam otakku.

Aku memutuskan untuk mengikuti perintah orang itu. "Oke."

Aku semakin yakin dia sedang ada masalah saat kulihat tangannya bergerak cepat mengambil foto dengan tidak disertai wajah 'sumringah-tanpa-henti' yang biasa ia tampilkan setiap saat.

"Sudah ya, aku harus kembali."

Dia memberikan buku polimer itu padaku dan langsung menuju motornya.

"Toni!" Reflek mulutku memanggil nama pria itu. Mungkin aku terlalu penasaran sebenarnya apa yang terjadi. "Katanya mau bercerita tentang ibumu."

Mata pria itu ganjil, seperti seseorang yang bingung, kecewa, atau mungkin sedih? Baru kali ini aku melihatnya seperti itu.
"Lain kali saja, ya!" Ujar pria itu sambil mengenakan helm hitamnya.

Aku tahu setiap kali ia mengunjungi ibunya, Toni selalu terlihat terburu-buru dan sedikit terlihat marah, tapi kali ini berbeda. Aku tahu ibunya sedang sakit... apapun penyakitnya mungkin itu menbuatnya sedih dan kecewa. Kalau aku bertanya mungkin dapat menambah kesedihannya.

"Toni..." panggilku, pria yang kupanggil itu menoleh dari pekarangan rumah yang hanya dibatasi satu anak tangga dari halaman rumah. "Kau sakit?"

"Tidak," jawabnya cepat, dia menaikkan motornya dengan mantap, postur tubuhnya kini begitu sempurna di atas motor. "Aku pamit, ya, assalamu'alaykum."

Dapat kulihat sosoknya menjauh dari pekarangan rumah menuju jalan lingkungan perumahan dan menghilang.

"Wa'alaykumussalam."

Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan. Entahlah, aku merasa malu. Malu dengan apa yang kuperbuat sekarang. Pria itu begitu tulus menolongku, tapi aku tak pernah membantunya.

Aku bangkit dari dudukku lesu dan berjalan masuk dengan gontai. Berkali-kali aku menghela napas untuk melepaskan kegundahan ini. Aku pun masuk ke dalam kamar, kembali dengan selimut dan, tentu, dengan buku itu.

Kubuka halaman dimana percakapaku dan Rei berakhir. Ketika itu aku melihat tulisan hitam yang segera menjadi merah kembali muncul.

---
Hai, Popi.
Maaf aku tidak menjawabmu akhir-akhir ini. Sedang sibuk mengurus istriku.
---
Hai, tidak masalah. Bagaimana kabar istrimu?
---

Meskipun aku tidak mengenalnya, jujur aku merindukan momen ini. Seperti berada di dua waktu yang berbeda itu sangat menyenangkan. Hal itu sedikit membuatku tenang, mengalihkan keresahanku sebelumnya.

---
Masih terbaring. Kemarin sempat menunjukkan indikasi kesembuhan, namun tidak ada reaksi apa-apa dari tubuhnya.
---
Oh ya? Semoga istrimu bisa cepat siuman.
---
Terima kasih.
By the way, ada apa dengan bukunya?
---
Ah ya, teman kantorku ada yang menumpahkan kopi di meja kerjaku dan kebetulan buku ini ada disitu.
---

Book From 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang