ch.10 - Someone Who Knews

5K 435 15
                                    

Nb: bisa disearch apa itu micro expression biar lebih menghayati cerita :)

------------------------------------------------------
"Hallo?"

"Toni?? Did you know your grandpa will arrives in Indonesia?" Ujar pria di seberang sana dengan suara parau khasnya. Suara pria itu begitu memekikkan telinga, membuatku harus melepaskan sebelah earphone yang menempel di telingaku.

"Tidak, memang kenapa?" Ujarku sambil mengambil dua botol isotonik di dalam lemari pendingin milik sebuah toko retail di dalam kawasan rumah sakit.

"Tadi siang Ayah menelepon Kakekmu tapi tidak diangkat. Ketika Ayah coba menghubungi Nenek, dia bilang Kakek sudah berangkat ke Indonesia!" Nada bicara pria ini mirip orang yang baru saja kehilangan anaknya. Bahkan ketika anak bungsunya, Timmy, kabur menemui Mama, dia tidak sepanik sekarang.

"Oh... yasudah, nanti aku urus. Kapan kakek akan datang?" Aku menaruh kedua botol itu di atas meja kasir. Kukeluarkan uang lima puluh ribu rupiah di dalam dompet yang kurogoh dari saku celana, kemudian menaruhnya sembarang di atas meja kasir.

"Don't know! Nenek bilang dia sudah berangkat sejak kemarin pagi, seharusnya pagi ini sudah sampai di Jakarta."

"Yasudah, nanti coba kuhubingi Kakek, mungkin dia mau mengangkatnya," ujarku yang sebenernya berniat untuk menghina Ayah. Aku tahu Kakek tidak menyukai keputusan Ayah kembali ke Jerman untuk meninggalkan Mama di sini. Akupun yakin Kakek sengaja tidak memberitahu Ayah tentang kepergiannya ke Indonesia, sebab Ayah pasti tidak akan menyetujui keputusannya itu.

"Tolong ya, Nak, kalau ada sesuatu yang aneh, hubungi Ayah!"

"Ok." Segera kututup sambungan telepon itu dengan menekan tombol yang menggatung pada kabel earphone sebelum Ayah kembali berbicara.

"Ada lagi?" Tanya wanita penjaga kasir di depanku, sepertinya ia menyadari bahwa sejak tadi mataku mengarah ke lemari pendingin terbuka di samping meja kasir. Warna merah anggur di antara jejeran sayur-sayuran dan buah-buahan yang terbungkus rapi di dalam lemari itu memikat perhatianku dan membawaku untuk mendekatinya. Kuambil salah satu tendan anggur di atas wadah pipih sterofoam yang dibalutan plastik tipis. "Ah, sama ini ya, Mbak!" Seruku sambil meletakkan sebungkus anggur itu di meja kasir.

Wanita penjaga kasir mengangguk kecil kemudian mendekatkan bungkusan dan dua botol itu pada scanner barcode, kemudian tangannya mengibaskan sebuah kantung plastik berukuran sedang dan menyentuh salah satu botol yang kutaruh tadi. Namun sebelum dia sempat mengambilnya, botol itu sudah lebih dulu kurebut.

"Ah, tidak usah, Mbak, tidak usah pakai plastik," gumamku.

Wanita itu hanya mengangguk dan menaruh kembali plastik tadi ke tempat semula. "Semuanya tujuh puluh enam ribu rupiah." Wanita itu mengambil uang lima puluh ribu tadi sambil menungguku mengeluarkan uang sisanya.

Kembali kukeluarkan uang lima puluh ribuan kemudian kuserahkan pada wanita itu. "Ambil saja semuanya," ucapku seraya mengambil anggur tadi. Wanita itu pun berterimakasih saat langkah cepatku sudah hampir sampai di ambang pintu.

Setelah keluar dari toko itu, tanganku yang penuh mencoba mengambil ponsel di dalam saku. Namun karena tak kuasa menahan semua barang tetap dalam genggaman, akupun lanjut berjalan menelusuri rumah sakit hingga akhirnya sampai di ruang tunggu. Di ruangan itu terdapat barisan kursi yang beberapa diantaranya sudah diduduki oleh pengunjung. Kuletakkan semua belanjaanku di atas salah satu kursi yang kosong. Aku yakin beberapa orang di sekitarku sekarang sedang memperhatikan pria botak yang sedang sibuk sendiri dengan belanjaannya ini. Memang repot, tapi Aku termasuk salah satu yang tidak suka membuang-buang kantung plastik, demikian pula beberapa anggota keluargaku, dan orang yang paling tidak suka menggunakan plastik yang pernah kukenal adalah Kakek. Dia akan menjadi orang yang paling 'ribut' jika mengetahui di antara keluarga kami membungkus sesuatu dengan plastik ketika berbelanja, bahkan ketika kita membeli sesuatu yang terbungkus plastik.

Book From 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang