Ch. 17 - New Code 4

4.5K 405 144
                                    

nb: yg kemarin baca ch.16  dihari pertama pas saya update, silakan dibaca ulang, ada beberapa part yang saya edit, tapi terserah, sih.. happy reading~

-----------------------------------------------------------------------------

Pria tua itu terbelalak melihat kondisiku, seketika tubuhnya mematung. "Ana??"

"K... k.. kakek s.. sud--"

"APA YANG KAU LAKUKAN???" Pekik Tuan Reinhart seraya berlari tergopoh-gopoh ke arahku dengan kaki-kaki tuanya.

"AARGH!!"

Rasa sakit ini semakin menjalar, menjalar menuju dada, kemudian kepala. 

A-apa.. i-ini... 

Dadaku sesak, napasku tersengal-sengal, penglihatankupun semakin kabur dan berputar-putar. Bunga tulip merah imitasi yang terangkai di dalam vas bunga kuno di atas rak buku rendah milik Nenek kini bahkan hanya terlihat sebuah titik merah pudar. Kurasakan kulitku semakin basah dan lengket, cucuran keringat di sekujur tubuh pun membasahi setiap helai benang bajuku. Seluruh tubuhku terasa bergemetar.

Aku tak dapat melihat sosok Tuan Reinhart dengan jelas, namun bayangan tubuh mungilnya terlihat mendekatiku, ia sedang mencoba menarik tangan kananku begitu kuat.

"Lepaskan tanganmu, Ana!!" 

Kepalaku pusing, seakan sedang berputar, dan... sakit...

"Ana!! Pikirkan tentang--" 

Bahkan teriakan Tuan Reinhart terdengar semakin kecil dan kabur. Dia sedang berbicara sesuatu, tapi aku tidak dapat mendengarnya. Apa yang ia katakan? 

Aku sudah tidak kuat...


***


Ana...

N-nenek?

Ana...

Apa itu kau?

Percayalah padanya, Ana...

Apa maksudmu, Nek?

Percayalah padanya...

Pada siapa, Nek?

Dia akan berkorban untuk kalian...

Nenek? Jangan tinggalkan aku

Dia mempertaruhkan nyawanya...

Nenek!

Ana...


"Ana?"

Aku terbangun. Aku terbangun oleh suara berat seorang pria yang berada tak jauh dari posisiku berbaring. Perlahan kubuka kelopak mataku yang terasa begitu berat. Tak terasa air mata yang mungkin sejak tadi tergenang di pelupuk pun mulai menetes jatuh membasahi pipi.

Tubuhku terasa ringan dan dingin. Sepertinya ada yang merawatku dan membaringkan tubuhku diatas kasur Nenek.

"Ana?"

Terlihat bayangan seorang pria, sosoknya tertutupi kilauan sinar matahari pagi yang menembus jendela dibelakang tubuhnya. Tanganku yang lemah mencoba menghalangi cahaya itu dari pandanganku untuk dapat melihat sosoknya lebih jelas. Cahayapun memudar, menjernihkan lekuk wajah siluet itu. Tampak pria berambut cepak dengan alis tebal dan mata coklat terang khasnya menatapku nanar, wajah dengan janggut tipis di setiap rahangnya, dan bibir pucat yang terus memanggil namaku itu menampakkan kegelisahan.

Book From 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang