PERTEMUAN PERTAMA

1.2K 8 0
                                    

Sore ini aku masih berkutat dengan beberapa dokumen di meja kerjaku, dan sepertinya akan pulang telat karena bahan presentasiku belum selesai.

Aku menghela nafas panjang dan merenggangkan tangan serta memijit pundak ku sendiri,"rasanya capek pinggang ku kayak mau patah" gerutu ku. Tapi tetap ku lanjutkan pekerjaanku karena deadline nya besok pagi. Sebenarnya aku bisa saja mengerjakan dirumah,tapi aku tipe orang yang gak suka menunda pekerjaan. Dan akhirnya tugasku selesai pas azan magrib.

Aku langsung berkemas pulang, tak lupa sebelumnya aku mampir sholat dulu di mushola kantor,lanjut pulang dengan memacu "Scoppydo" sepeda motor kesayangan ku. "Tumben sore ini jalanan agak sepi,padahal ini kan malam minggu?" tapi buat ku nggak ada bedanya malam minggu atau malam-malam yang lain,maklum jomblo akut nggak ada yang ngapelin atau ngajak kencan hahaha.

Sesampai nya di rumah ibu menyambutku dengan riang dan semangat sekali lalu menyuruhku mandi dan berias yang cantik katanya akan ada tamu datang nanti malam. Tumben ibu terlihat begitu sumringah sekali. Jadi heran, kira-kira siapa tamunya?

Aku menurut saja apa kata ibu ku sampai rumah aku langsung mandi dan berias natural hanya memoleskan BB cream dan bedak padat tipis diwajahku dan dipadukan dengan lip gloss soft pink yang senada dengan warna alami bibirku , malam ini aku mengenakan dres katun selutut dengan corak bunga crysan kuning. Aku becermin di kaca besar kamarku, dengan tinggi ku 160cm,badan ku langsing tapi lumayan berisi, di usia ku yang sudah seperempat abad wajahku terlihat lebih muda dari umurku,mungkin karena kulitku yang putih langsat dan potongan rambut sebahu yang lurus dan pipi yang lumayan chubby,rasanya penampilan ku menipu umurku hahaha....

Setelah puas mengagumi diriku di pantulan cermin,aku pergi ke dapur membantu mbok diyem. Aku menyiapkan minuman dan kue kering untuk sajian tamu bapak dan ibu. Sementara mbok diyem sedang menata meja makan dengan berbagai menu lengkap yang terlihat sangat lezat,membuat ku merasa lapar lebih cepat.

Aku jadi makin penasaran sebenarnya siapa tamu nya ibu dan bapak kok persiapan nya heboh begini?

Gak begitu lama menunggu samar-samar terdegar suara mobil masuk halaman,"sepertinya tamu nya bapak sudah datang", aku mengintip dari balik tirai sepasang paruh baya seumuran ibu dan bapak ku sedang bersalaman dengan kedua orang tuaku dan saling berpelukan dengan bapak dan ibu sepertinya mereka sangat akrab.

Lalu ibu memanggilku untuk mengenalkan ku pada mereka,ternyata mereka ini Bapak dan Ibu Prawira. Pak Prawira adalah komandan bapak ku selama di TNI dulu sementara bapak adalah ajudan beliau. Rasanya aku pernah ketemu mereka dulu,dulu sekali waktu aku masih SD tapi aku tidak terlalu ingat.

"Ini anak saya bungsu saya bu, Shadina ya cuma ini yang tinggal dirumah kalau kakak-kakaknya Sandi sama Safix sudah berkeluarga sekarang tinggalnya jauh-jauh" ibu ku memperkenalkan ku lalu aku menjabat tangan bapak dan ibu prawira.

"wah ini dina?sudah dewasa ya sekarang cantik banget ya jeng putri mu persis ibunya,balas bu nanik

"wah jeng nanik ini bisa saja,saya jadi malu lho ,udah tua begini dibilang cantik.

Mereka pun tertawa riang sekali... lalu seseorang pria masuk rumah menyusul bapak dan ibu prawira .

Bu nanik prawira memperkenalkan kalau dia itu putra bungsunya namanya Galih Candra Prawira.

Tampilan fisiknya tinggi mungkin sekitar 175cm soalnya tinggiku Cuma sebahunya saja,badan nya tegap atletis,kulitnya bersih,pakaian nya rapi dengan kemeja warna biru donker yang lengannya di gulung sampai siku dan dia tampan. Tampan khas Indonesia banget,nggak ada bule-bule nya atau pun chinesse gak ada pokonya tampan Indonesia tulen. Eh kok jadi ngelantur.

Aku sempat bersalaman sebentar dengan nya,tangan nya lembut dan dia melempar senyum tipis padaku.

Setelah perkenalan dan basa-basi sedikit, aku masuk ke dapur untuk mengambil minuman serta kue-kue kering yang kusiapkan tadi. Setelahnya ku suguhkan dengan sopan pada tamu bapak dan ibu.

Sewaktu aku mau kembali masuk ke dapur ibu lebih dulu menarik tangan ku lalu mendudukan ku di sofa sebelah tempat duduk nya.

Tamu mulai menikmati apa yang aku suguhkan, sambil bercengkarama dengan bapak dan ibuku. Sementara Galih lebih banyak diam,sesekali dia melihat ke arahku dan aku hanya membalas dengan senyum tipis dan agak kaku. Wajahnya dingin tanpa ekspresi yang berarti ,aku jadi bingung sebenarnya apa yang difikirkan orang itu.

Obrolan orang tua pun masuk ke sesi yang agak serius.

CINTA 17 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang