WEDDING

1.2K 4 0
                                    


Dan saatnya pun datang,ini hari pernikahan ku.. aku sama sekali tidak bahagia hanya saja aku harus menebar senyum palsu dimana-mana. Aku tidak mau mempermalukan Bapak dan Ibu ku. Dari sejak terakhir di caffe itu aku tidak lagi bertemu galih, dia pun tidak lagi berkunjung kerumah jadi hari ini adalah pertemuan ku yang ke 3 dengan galih ya.. pertemuan ke 3 sekaligus hari pernikahan kami. Hanya tadi subuh dia sempat mengirim sms.

Sms galih: " hari ini aku mohon tersenyumlah dik, walau kamu tidak ingin tapi aku minta dengan sangat bahagialah untuk hari ini,walaupun hanya berpura-pura"

Aku diam tercengang dengan permintaan galih,apa maksudnya kirim sms seperti ini. Aku tidak membalas sms tersebut. Pagi ini setelah mandi aku lalu dirias dengan adat jawa. Dengan sanggul,make up yang mulus aku pun kaget melihat diriku di cermin, begitu anggun cantik sekali dengan kebaya putih.

Seandainya aku menikah dengan lelaki yang ku cintai,pastilah aku bahagia dengan keadaan ku saat ini. Tapi miris ya aku menikah dengan lelaki yang tak ku kenal sama sekali, apalah arti dandanan cantik ini,hanya membuat ku semakin sesak saja. Aku tersenyum getir menertawakan diriku di hadapan cermin, malang nya nasibku. Hari pernikahan yang bahagia yang ku impikan dari dulu hanya tinggal harapan belaka.

Lalu setelahnya aku dituntun ibu ku untuk ijab qobul , kulirik galih dengan tuxedo berwarna silver terlihat gagah dan tampan kata ibuku, rambutnya terlihat rapi wajahnya bersih tanpa kumis atau pun bulu-bulu yang lain. Aku tidak peduli setampan apapun dia,dia tetap orang asing bagiku.

Menyadari kehadiran ku yang di gandeng ibu, Galih menatapku lekat-lekat dari kepala sampai kaki ku, membuat ku risih. Apa sih yang di fikirkan orang ini,pandangan nya membuatku gelisah saja,tak bisakah dia bersikapbiasa saja.

Penghulu : "saudara Galih Candra Prawira saya nikahkan engkau dengan Shadina Amarin binti Ibnu Amarin dengan maskawin seperangkat alat sholat tunai.

Galih : Saya terima nikah dan kawin nya Shadina Amarin binti Ibnu amarin dengan mas kawin tersebut tunai.

Penghulu : sah....

Saksi bersorak: sahhhhhh.....

Ijab qobul selesai,sekarang aku sudah jadi istri orang tepatnya jadi istri orang asing. Sungguh aku belum percaya sepenuhnya jika lelaki asing di sebelahku ini adalah suami ku. Acara nya dilanjutkan dengan resepsi, aku berganti kostum dengan gaun berwarna Tosca dan galih juga dengan pakaian berwarna senada. Seharian aku berdiri bersama galih di pelaminan, menyalami ratusan bahkan ribuan tamu undangan yang hadir.

Kebanyakan dari mereka adalah sahabat dan relasi orang tua kami dan juga kolega-kolega mas Galih. Beberapa teman kerja ku pun datang, termasuk atasan ku Pak Haris Handoko. Pak Haris menyalami ku tapi entah kenapa aku tidak melihat raut wajah bahagia pada dirinnya, dia terkesan kecewa padaku. Padahal teman-teman kerja ku yang lain pada heboh menyelamati ku dan Galih.

Tak lama setelah rombongan teman kantor ku berlalu datang lah segerombolan bule menghampiri kami. Pertamanya akau bingung,kenapa banyak bule di pernikahanku,lalu aku teringat kata mbak sarah kalau galih pernah kuliah di luar negeri,jadi itu mungkin temannya.

"Damn!!!, man your wife so beautifull, kata seorang teman bule mas Galih. Kebanyakan mereka memuji cantiknya istri Galih ya itu aku yang dipuji. Sementara galih sedari tadi merangkul pinggangku dengan posesif,aku risih tapi setiap aku berusaha melepas tangannya,yang ada dia makin mengeratkan rangkulannya.

Kalau saja tidak banyak orang dan dia bukan suamiku,pasti sudah ku tampar dari tadi. Berani sekali orang asing ini menyentuhku, tapi aku harus gimana,aku harus menerima kenyataan orang asing ini adalah suami sah ku sekarang. Aku tak ingin berbuat dosa dengan menolaknya atau pun berbuat kasar padanya, aku masih ngerti agama.

Galih pun mengenal kan ku dengan teman-teman bulenya, Alexander yang berjambang lebat, Justin yang tinggi menjulang dengan wajah tampan ala artis Hollywood, Jhon yang sedari tadi menatapku tanpa berkedip dan membuatku risih. Dan beberapa teman lainnya. Mereka sangat ramah pada ku. Aku punmenanggapi mereka dengan ramah,walaupun bahasa inggris ku tak fasih setidaknya aku mengerti apa yang mereka katakan, lain halnya dengan suami ku eh maksud ku Galih. Dia berkomunikasi dengan bahasa inggris dengansangat lancar tanpa kikuk. Ini mungkin karena dia pernah kuliah di luar negeri juga kali ya,jadi buat dia hal yang biasa.

CINTA 17 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang