Udah dari pagi gue di sini, tapi belum juga ketemu Adit. Dit, kamu di mana sih sayang? Katanya nyisir rute hiking, tapi kok nggak balik-balik?
Di sela-sela kegiatan panitia camping bersama peserta Fia mencari-cari Adit. Ia Bertanya pada teman-teman yang sama-sama jadi porter bersama Adit.
"Than, lo tadi nyisir rute hiking bareng Adit, Aldo, dan Doni katanya?" tanya Fia kepada Ethan.
"Iya Fi, tapi tadi pas udah mau sampe lokasi pos terakhir gue pisah sama Adit,
Adit nya mau istirahat bentar katanya, sambil cari lokasi yang pas buat pos terakhir gitu," jawab Ethan.Dan sampai hari hampir gelap belum ada tanda-tanda Adit kembali. Ethan, Aldo, dan Doni pun mulai gelisah, khawatir karena tadi mereka meninggalkan Adit sendirian.
"Fi, gue sama Doni mau ke tempat tadi nyusulin Adit dulu ya, udah jam segini nih, harusnya Adit udah balik dari tadi, dia pamit istirahatnya cuma bentar padahal!" Ethan tidak bisa menyembunyikan kepanikannya karena Adit belum juga kembali.
"Iya, Than, gue mau ikut sebenernya, tapi nggak bisa nih soalnya bentar lagi acara ramah tamah sama panitia, gue mesti ngecek rundown nya."
"Iya Fi, nggak papa. Lo nggak usah khawatir, semoga aja Adit nggak kenapa-kenapa." ujar Ethan berusaha menenangkan Fia.
"Oke, Than, segera kabarin gue kalau Adit ketemu ya!"
Tiba-tiba Vika menghampiri mereka berempat sambil terengah-engah.
"Fi, Adit udah ketemu! Tapi...,"
"Syukurlah, tadinya gue udah mau nyusulin dia ke bukit sebelah," ucap Ethan.
"Tapi kenapa Vik?" sahut Fia sambil menggigit bibir bawahnya, kekhawatirannya makin memuncak karena Vika belum menyelesaikan kata tapi nya.
"Tadi Adit ditemuin warga sekitar bukit sebelah dalam keadaan pingsan Fi, tergeletak di rerumputan. Kemudian warga membawa Adit ke rumah pak RT. Sekarang Adit masih di rumah pak RT. Tadi salah satu warga ke camping ground kita sambil bawa kartu pelajarnya Adit," jawab Vika.
"Ya Tuhan, Adit pingsan? Ayo Vik, kita susulin cepet ke rumah pak RT!" Fia panik bukan kepalang mendengar kabar dari Vika tentang Adit.
"Iya Fi, ayo!"
Mereka pun bergegas menuju pemukiman warga dekat camping ground.
Sesampainya di rumah pak RT Fia segera minta izin untuk melihat keadaan Adit. Adit terbaring di salah satu kamar tamu di rumah pak RT. Wajahnya terlihat sangat lelah, agak pucat. Walau matanya terpejam tapi alis Adit terlihat sedikit berkerut seperti menahan sakit. Di pipinya ada luka gores namun sangat tipis, dan lengan kirinya tampak agak bengkak.
"Apa yg terjadi sama kamu Dit? Kok bisa kaya gini sih?" gumam Fia sambil membelai rambut Adit.
"Sebenarnya bagaimana kejadiannya, Pak?"
Fia bertanya kepada pak RT."Saya juga kurang paham, Mbak, tapi kalau mendengar keterangan warga yang menemukan Nak Adit, sepertinya Nak Adit sebelum pingsan diserang sesuatu. Hanya saja kami juga tidak paham apa yang menyerangnya."
Fia kaget mendengar penjelasan pak RT, karena sebelumnya tidak ada kabar adanya binatang buas yang berkeliaran di sekitar camping ground. Lokasi tersebut sudah sering dipakai untuk kegiatan camping banyak sekolah, dan selama itu pun keadaan aman, tidak ada kejadian aneh seperti yg dialami Adit.
"Ya sudah kalau begitu Pak, saya minta izin bawa teman saya ke rumah sakit saja, Pak, saya takut lukanya ternyata butuh perawatan lebih." Fia meminta izin untuk membawa Adit dari rumah pak RT ke rumah sakit terdekat.
"Oh, silakan Mbak, semoga temennya lekas sembuh Mbak!"
"Baik Pak, saya juga ucapin banyak terimakasih Bapak sudah berkenan menolong teman saya."
Oh, iya mbak, sama-sama. Bukankah sudah jadi kewajiban sesama manusia untuk saling tolong menolong, Mbak?"
"Iya Pak, sekali lagi saya ucapkan terima kasih banyak."
Fia segera berpamitan kepada warga dan bergegas membawa Adit ke rumah sakit setelah sebelumnya melimpahkan tanggung jawabnya sebagai panitia kepada teman-temannya.
Malam itu Fia harus melawan rasa takutnya terhadap rumah sakit demi menemani kekasihnya yang terbaring lemah tak berdaya. Setelah sampai di rumah sakit Adit langsung mendapat penanganan dari dokter.
"Gimana keadaan temen saya, Dok?" tanya Fia setelah dokter selesai menangani Adit.
Kami belum bisa memastikan keadaannya, Mbak, tetapi sepertinya luka di lengan kirinya cukup serius. Sudah dilakukan perawatan sesuai SOP untuk luka di lengannya. Tapi kami perlu melakukan tes darah juga. Mungkin hasilnya akan keluar besok pagi, Mbak. Kita tunggu hasil Lab nya besok ya! Sementara keadaan tanda vital pasien masih stabil." dokter menjelaskan.
"Baik, Dok, terima kasih. Semoga semua baik-baik saja."
Setelah mendengar penjelasan dokter Fia pun bergegas menuju ruang perawatan. Wajahnya sedikit pucat, perutnya mual, pengaruh phobia nya. Namun Fia tetap bertekad untuk menemani Adit setidaknya sampai besok pagi.
Di ruang perawatan Adit terlihat sedikit segar, karena jarum infus telah tertancap di tangannya. Bajunya telah diganti dengan baju khas rumah sakit, membuat Fia makin mual. Lengan kirinya telah diperban tetapi masih bengkak.
Fia menggenggam tangan Adit dan mencium punggung tangannya.
"Kamu betah banget tidurnya, Dit, capek banget ya? Bangun dong... sebentar aja... aku udah kangen banget tauk? Ketemu-ketemu langsung dalam keadaan pingsan begini. Bangun Dit! Sebentar aja!"
Fia memohon sambil memejamkan matanya mencoba istirahat sejenak.
Tiba-tiba tangan Adit bergerak, matanya pun perlahan terbuka.
"Ya Tuhan, Adit, kamu udah sadar? Aku panggil dokter dulu ya!"
Fia segera beranjak dari tempat duduknya, namun segera ditahan oleh Adit. Adit tidak mau melepaskan genggaman tangan Fia.
"Aku nggak papa kok, Non, nggak usah panggil dokter, kamu aja udah cukup bikin aku sembuh." ujar Adit lirih sambil tersenyum kecil. Sesekali dahinya mengkerut menahan nyeri.
"Adit, kamu bikin aku takut tau nggak? Sebenernya kamu kenapa? Apa yang menyerang kamu sampai lengan kamu bengkak gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me (Revisi-Repost)
Vampire#75 in VAMPIRE (29/04/2017) #40 in VAMPIRE (01/05/2017) Sedang dalam proses edit. Sentuhan adalah salah satu ekspresi perasaan cinta dan kasih sayang seseorang pada orang lain. Namun bagaimana jika sentuhan itu berubah menjadi sesuatu yang menyakit...