"Aku... aku belum bisa inget apa-apa, Fi. Aku juga bingung gimana aku bisa dapet luka ini," ujar Adit sambil melirik lengan kirinya.
Seingetku aku sedang istirahat di lokasi pos terakhir waktu itu, kemudian aku seperti melihat sepasang mata... arrgghhhh!"
Tiba-tiba saja Adit mengerang kesakitan sambil memegang lengan kirinya."Adit, aku panggil dokter dulu... tahan ya!"
Fia segera bergegas ke ruang dokter.Adit masih mengerang kesakitan ketika dokter tiba di ruangannya. Dokter pun segera menyuntikkan obat penghilang rasa sakit. Perlahan Adit mulai tenang, cengkraman tangan di lengan kirinya mulai melemah, matanya sedikit terpejam, wajahnya mulai rileks.
"Adit, sakit banget ya? Aku mesti ngapain biar kamu ga kesakitan kaya tadi? Bilang sama aku!" Fia terisak-isak sambil memegang tangan Adit. Rasanya hancur banget melihat Adit mengerang kesakitan seperti tadi. Rasanya ia ingin menggantikan posisi Adit yang sekarang sedang terbaring lemah tak berdaya.
Adit tersenyum kecil sambil masih dengan mata terpejam, meremas tangan Fia.
"Kamu kenapa sih, Non pake nangis segala? Aku gapapa kok."
"Kamu tu ga usah sok-sok an nahan sakit gitu, Dit, emang aku nggak bisa liat muka kamu apa? Jangan bilang nggakpapa dong!"
Fia mendadak jadi galak."Santai, Non, iya... tadi emang aku nggak kuat nahan sakit. Udah ku tahan-tahan biar kamu nggak liat aku kesakitan, tapi nggak bisa! Bekas lukaku terasa panas Fi, nyeri banget... maaf ya, Fi... aku cuma nggak pengen kamu khawatir itu aja."
"... Oiya, kamu belum kabarin mami papi aku yg di Florida kan, Fi? Please jangan ya, Non, kamu aja yang nemenin aku di sini."
"Iya aku nggak bakal bilang sama mami papi kamu, tapi kamu harus janji, kamu harus nurut sama aku dan nggak boleh bohong."
"... Jangan sok kuat, kamu boleh rapuh di hadapanku, Dit, aku yang akan menguatkanmu," ucap Fia sambil mengelus-elus pipi Adit.
"Iya... makasih Fia sayang... sekarang aku pengen tidur ya, kayaknya suster tadi kasih aku obat tidur, udah nggak kuat nih mata aku." Selesai berpamitan Adit langsung jatuh tertidur, sepertinya memang pengaruh obat tidur yang diberikan susternya.
"Tidur yg nyenyak ya, Dit. Semoga cepet sembuh," gumam Fia sambil mengecup singkat kening Adit.
Setelah Adit terlelap Fia pun segera ke ruang dokter yang menangani Adit. Dia ingin segera mengetahui hasil tes darah Adit, dan juga analisa dokter.
"Silakan duduk, Mbak!"
Dokter meminta Fia duduk di ruangannya sementara dokter itu masih mengrenyitkan dahi di hadapan kertas hasil Lab darah Adit."Gimana, Dok? Apa ada yg tidak beres?"
"Begini Mbak, sejujurnya saya sebagai seorang dokter senior di rumah sakit ini sangat heran dengan hasil Lab teman mbak. Sepertinya saya perlu waktu lebih lama untuk meneliti hasil Lab ini. Jika perlu saya akan mengambil sampel lagi untuk meyakinkan bahwa sampel yang pertama ini benar-benar diambil dari teman Mbak."
"Memangnya ada masalah apa, Dok? Apakah ada penyakit serius yang dibawa oleh sesuatu yg sudah meninggalkan bekas luka di lengan Adit?" tanya Fia.
"Iya Mbak, Anda benar, tapi ini bukan penyakit, melainkan sebuah gen yang justru sangat membantu teman mbak untuk recovery keadaannya. Hanya saja kadang membuat reaksi yang menyakitkan. Makanya saya ingin melakukan penelitian lebih lanjut. Saya akan bekerjasama dengan beberapa dokter senior di rumah sakit ini supaya teka-teki ini segera terpecahkan," pungkas dokter.
"Baiklah, Dok, bagaimanapun caranya saya ingin Adit mendapat yg terbaik."
__________
Hari ini masuk hari ketiga Adit dirawat di rumah sakit. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Fia berniat keluar sebentar untuk mencari makan malam.
"Adit, aku keluar bentar ya, cari makan perutku laper banget nih! Kamu kalo ada apa-apa pencet aja alarm nya nanti suster langsung ke sini."
"Iya, Non... tapi tolong ambilin selimut yang di lemari itu ya! Entah kenapa aku ngerasa kedinginan nih."
Fia pun segera mengecek keadaan Adit, ia terheran-heran karena cuaca sedang panas, tetapi kenapa Adit malah kedinginan? Fia meletakkan punggung tangannya ke dahi Adit. Benar saja, suhu tubuh Adit memang teraba panas.
"Adit, kamu demam... perasaan tadi baik-baik aja deh, kenapa sekarang jadi demam gini sih?"
"A... a kkkkuu nggggak ttttttahu ssssssayanggg!" Tiba-tiba Adit menggigil kedinginan.
Fia yang sedikit panik pun segera mematikan AC dan menyelimuti tubuh Adit. Posisi tidur Adit pun sudah beralih dari rileks menjadi meringkuk. Giginya sampai saling beradu menahan dingin.
"Ssssssssselimut lllllllagi ssssssayanggg!"
Adit meminta selimutnya ditambah."Iya, Dit, ya Tuhan, aku panggilin dokter aja ya Dit! Kamu bikin aku takut deh," ujar Fia sambil kembali menyelimuti Adit.
"Eeeeenggaak Fii, sssssentuh aaaakuu, ttttangankuu ssssayang!"
Fia mengerti, segera ia meraih tangan Adit, menggenggamnya, menggosoknya sampai terasa hangat. Beberapa saat kemudian Adit mulai rileks, tidak lagi menggigil kedinginan. Namun Fia merasa tubuhnya semakin lemas. Diapun merebahkan kepalanya di sisi tempat tidur. Fia merasa sedikit mengantuk.
*** Adit POV
"Ya Tuhan, aku ini kenapa sebenarnya?
Dingin banget, sial... aku nggak bisa menahan dingin ini! Padahal Fia mau keluar makan malam."Batinku mengutuk diriku sendiri karena tak sanggup melawan dingin ini.
"Adit, aku keluar bentar ya, cari makan perutku laper banget nih! Kamu kalo ada apa-apa pencet aja alarm nya nanti suster langsung ke sini," pamit Fia padaku.
Akupun berusaha menguasai dingin ini.
"Iya, Non... tapi tolong ambilin selimut yang di lemari itu ya! Entah kenapa aku ngerasa kedinginan nih."Fia mengambilkan selimut untukku dan sialnya juga mengecek suhu tubuhku. Dan akhirnya dia tahu aku demam. Akupun bingung kenapa aku bisa tiba-tiba demam. Dan dingin ini benar-benar menyiksaku.
Aku benar-benar menggigil sekarang, tidak bisa kutahan lagi, aku minta diselimuti lagi. Bahkan mulutku sangat sulit bicara. Tiba-tiba sesuatu terlintas di benakku, mungkin tangan Fia bisa menghangatkanku. Fia yang bergegas ingin memanggil dokter pun kularang, ku minta dia menggenggam tanganku.
Dan benar saja saat tangan Fia menggenggam tanganku seperti ada aliran energi masuk ke tubuhku. Dingin yang sebelumnya kurasakan berangsur-angsur menghilang. Namun ketika ku lihat Fia sepertinya tubuhnya melemah. Bahkan ia merebahkan kepalanya di sisi tempat tidur sambil masih menghangatkanku. Fia tertidur sambil masih menggenggam tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me (Revisi-Repost)
Vampire#75 in VAMPIRE (29/04/2017) #40 in VAMPIRE (01/05/2017) Sedang dalam proses edit. Sentuhan adalah salah satu ekspresi perasaan cinta dan kasih sayang seseorang pada orang lain. Namun bagaimana jika sentuhan itu berubah menjadi sesuatu yang menyakit...