Chapter 14

1.1K 93 15
                                    

Author's pov

Tiffany terbangun dari pingsannya lalu menatap di sekeliling ruangan yang terlihat asing baginya.

"Aku dimana?" Tanyanya sambil melihat-lihat ruangan. Luhan yang sejak tadi ada di sampingnya langsung memfokuskan dirinya pada tiffany.

"Ini masih di rumah sakit. Tadi kau pingsan." Jawab luhan sambil mengelus-ngelus rambut tiffany dengan khawatir.

"Sehun mana? Dia dimana sekarang?" Tanya tiffany tidak sabaran. Luhan kembali menenangkannya.

"Sehun di ruangan 110 sekarang. Dia berada di wad kecemasan. Kau tidak lupakan kalau dia koma?" Tanya luhan memastikan kalau tiffany mengetahui tentangnya. Seketika mendengar kata itu, mata tiffany berair. Dia mengira kalau semua itu adalah mimpi ngerinya saja. Tapi ternyata benar. Tiffany menatap luhan dengan wajah sedih dan menyedihkannya.

"A-aku mau bertemu dengannya. Bawa aku ke sana, lu."

***

Tiffany merenung lama sosok namja yang sedang terbaring lemah di atas ranjang. Wajah pucatnya sangat memilukan hati tiffany atau sesiapa saja yang melihatnya. Pelbagai mesin bantuan pernafasan berada di atas dada sehun dan lengannya untuk membantunya bernafas dengan baik walau hakikatnya pernafasannya sangat lemah. Melihat kondisi sehun yang seperti ini perlahan membuat air mata tiffany menetis menuruni di pipi mulusnya.

"Aku.. rasa sangat bersalah, lu. Hiks.." Tiffany menangis sambil memegang erat tangan sehun yang kedinginan. Luhan menatapnya pilu.

"Ini bukan salahmu, tiff. Dia hanya-"

"Ini salahku. Kau tidak mengetahuinya. Sebelum dia kemalangan dia berantem denganku dan-"

"Aku mengetahui segalanya, tiff. Malah setiap satu percakapan diantara kalian didengar dengan baik olehku. Aku menguping perbualan mu dengannya di sebalik tembok." Kata luhan dengan suara paraunya. Tiffany menatapnya tidak percaya.

"Jadi kau mendengar segalanya? Dan kau tidak mempertahankanku? Kau hanya membiarku berantem dengannya tanpa membantuku keluar dari perbualan itu? Kau tau aku sangat memerlukan bantuanmu saat itu. Tapi kau hanya berpura-pura menjadi boneka dan mendengarnya di sebalik tembok. Kau kejam, lu. Hiks.." Tiffany sudah mula menangis. Dia tidak menyangka kalau luhan sanggup melakukan itu padanya. Coba saja jika luhan datang dan membawanya pergi saat itu, tentu sehun tidak akan kemalangan dan koma hanya kerna ingin membantu miyoung. Tiffany masih belum bisa menerima semua ini.

"Aku.. minta maaf. Aku kira semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak mau mengeruhkan lagi keadaan jika aku mencampuri urusan kalian." Kata luhan dengan penuh penyesalan. Tiffany mendengarnya tanpa menoleh ke arah luhan sedikit pun. Tangannya dari tadi terus-menerus mengelus lembut tangan sehun yang kedinginan.

"Tidak apa-apa, lu. Maafkan aku menjadi sensitif sekarang. Mungkin ini kerna effect kehamilanku." Tiffany mengelus lembut perutnya membuat luhan mendekatinya dan mengecup lama kening tiffany.

"Kau harus kuat kerna kau hamil sekarang, tiff. Aku tidak mau sesuatu terjadi padamu dan kandungan ini." Katanya lalu mendapat anggukan singkat dari tiffany.

***

Tiffany's pov

Seperti biasa aku akan ke toko bunga untuk membelikan bunga untuk sehun. Aku berjalan dengan langkah yang sederhana lalu memasuki ruangan yang bernomor 110. Sehun masih di ruangan ini kerna kondisinya tidak pernah stabil. Hanya saat aku meluahkan perasaanku saja denyutan nadinya akan kembali normal. Aku sangat bahagia saat itu tapi ianya tidak berpanjangan. Doktor bilang untuk sadarkan diri masih sangat kecil kesempatannya.

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang