Chapter 6

1.2K 71 5
                                    

"Eomma.. miyoung puyang." Miyoung memanggil eommanya setelah dibukakan pintu oleh luhan. Miyoung mencari-cari eommanya tapi tidak ketemu. Luhan menggendongnya lalu dibawanya ke kamar.

"Eomma pasti ada di dalam kamar. Kita ke sana ya." Luhan yang menggendong miyoung lalu bawanya menuju ke kamar. Luhan membuka pintu kamar dan memang benar ada tiffany di sana. Luhan tidak memanggilnya melainkan hanya menatap tiffany yang sedang menatap pakaian bayi. Dia aneh.

"Eomma cedang tape?" Bisik miyoung pada luhan. Sebetulnya miyoung dapat merasakan kalau eommanya sedang sedih. Luhan menatap miyoung lalu membawanya ke ruang tamu. Dia meletakkan miyoung ke atas sofa lalu menyalakan tv untuk ditonton oleh miyoung.

"Miyoung duduk di sini dulu nanti appa datang bersama eomma. Miyoung nonton tv ya." Luhan sempat membelai rambut miyoung sebelum bergerak ke kamar. Miyoung hanya diam lalu menonton tv yang dinyalakan appanya. Kartun. Semua anak kecil akan menyukainya.

Luhan masuk ke dalam kamar lalu mendekati tiffany yang berada di atas kasur. Luhan duduk di sana.

"Lagi ngapain? Jangan mengingat kisah yang lama, tiff." Kata luhan yang dapat mengkagetkan tiffany yang dari tadi terus mengelamun menatap baju bayi di depannya.

"Nde? Kau sudah pulang luhan. Miyoung mana?" Tanya tiffany dan menukar topik perbicaraan luhan tadi. Luhan menggelengkan kepalanya.

"Miyoung ada di depan menonton tv. Aku nanya kamu ngapain di sini? Kenapa baju bayi ini kamu lihat terus?" Luhan menatap tiffany dalam. Tiffany tidak memandangnya tapi hanya menatap baju bayi di depannya.

"Aku hanya terpikir sewaktu aku membeli baju ini. Doktor bilang kalau anakku nantinya laki-laki tapi malah perempuan." Tiffany melipat baju bayi itu lalu menyimpannya di dalam lemari.

"Iya sih. Banyak bangat baju bayi namja yang kita beli. Tapi keluarnya yeoja, si miyoung yang sekarang ini. Tapi sejujurnya, aku menyukainya. Miyoung sangat mirip dengan wajahmu. Nanti kalau aku merindukan mu aku bisa menatap wajah miyoung." Kata luhan lalu mengelus wajah tiffany. Tiffany memandangnya dalam.

"Bagaimana luhan bisa memandang wajah miyoung sepertiku sedangkan aku hanya melihat wajah sehun di sana. Apa ini kerna aku yang terlalu mengingat tentang sehun? Ah, tidak mungkin. Aku tidak pernah akan mengingat namja itu."-batin tiffany.

"Tiffany? Tiff, gwaenchana?" Tanya luhan khawatir kerna tiffany tidak membalas katanya tapi malah mengelamun. Tiffany tersadar dari lamunannya lalu menatap luhan bingung.

"Nde? Wae?" Tanya tiffany. Luhan menghela nafasnya lalu sedikit tertawa agar tiffany tidak menganggap serius perkara itu.

"Haha.. ngak ada apa-apa tiff. Sudahlah, ayo kita ke depan. Miyoung sedang menunggu kita." Luhan menarik tangan tiffany keluar kamar lalu menuju ke depan buat menemuin miyoung yang sendirian.

***

Sehun sedang memasak ramyeon di dapur lalu chanyeol mendekatinya.

"Kau masak untukku? Gomawo." Kata chanyeol lalu duduk di meja makan. Sehun tidak menatapnya tapi hanya mengacau ramyeonnya.

"Ngak usah geer, chan. Enak aja aku mau masak untukmu. Ini ku punya dan hanya untukku. Jika kau mau masak aja sendiri." Kata sehun lalu mengalihkan ramyeon ke mangkuknya. Chanyeol hanya menatap terliur ramyeon itu.

"Kau selalu begitu. Tidak pinginkah kau memasak untukku? Atau kita kongsi saja berdua." Kata chanyeol lalu mengambil chopsticknya dan mendekati sehun. Sehun yang berada di depannya hanya membiarkan chanyeol memakan ramyeonnya itu. Sehun memang terlihat dingin tapi sebenarnya dia punya hati yang baik.

"Kau tidak sempat bertemu dengan tetangga kita itukan? Sayang sekali." Kata chanyeol sambil memakan ramyeon sehun. Sehun turut makan dan sesekali sempat melirik ke chanyeol.

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang