Chapter 8

903 70 12
                                    

Hari ini merupakan pagi yang cerah dengan cuaca yang sangat enak untuk bangun kesiangan. Tiffany tidak mau merosakkan pagi ini walau sedikit pun lalu kembali memejamkan matanya. Dia sempat melirik luhan di sebelahnya yang masih ketiduran. Hari ini luhan tidak berangkat kerja kerna cuti umum dan bukankah itu berarti kalau tiffany bisa berdua-duaan dengannya? Akankah tiffany memanfaatkan waktu itu?

Tiffany memeluk luhan di sampingnya lalu memegang wajah tidur luhan. Dia mendekatkan bibirnya pada wajah luhan lalu menciumnya manja. Tiba-tiba luhan tersenyum dan mencapai wajah tiffany.

"Kau senyap-senyap menciumku,eoh? Aku tidak mau di pipi tapi aku mau di sini." Luhan memuncungkan bibirnya. Tiffany menjauhkan wajahnya dari luhan

"Ya! Untung aku mau mencium mu,eoh. Luhan kau.." tiffany terputus katanya apabila luhan sudah mencium bibirnya. Tiffany membulatkan matanya lalu meletakkan tangannya pada leher luhan. Dia tau dia sudah lama tidak melakukan ini semenjak adanya miyoung. Jadi kerna itu, dia sangat merindukannya.

"Hmpp! Kau terlalu agresif, tiff." Kata luhan disela-sela ciuman mereka. Tiffany yang sangat merindukannya mencium luhan dengan lembut dan teratur. Memang terlihat agresif dimata luhan tapi sebenarnya tiffany ingin menikmati ciumannya itu. Kalau boleh untuk hari ini dia tidak mau diganggu oleh sesiapapun termasuklah miyoung. Dia hanya inginkan luhan dan dirinya di kamar sambil melakukan ciuman itu. Mungkin sehingga mereka kehabisan oksigen.

Tiffany menghentikan ciumannya sebentar kerna memerlukan oksigen. Sebenarnya dia juga sudah lelah. Luhan hanya diam dari tadi. Kenapa hanya tiffany yang terlihat agresif tapi tidak dengan luhan? Dia malah diam dan membiarkan tiffany melakukan apa saja pada dirinya. Aneh bukan? Seharusnya dia membalasnya. Tiffany menatap luhan tajam.

"Kenapa kau tidak membalas ciumanku?" Tanya tiffany dengan suara yang terlihat marah. Luhan mengangkat alisnya.

"Memangnya kenapa? Aku hanya ingin melihat cara permainanmu saja." Katanya santai. Tiffany tidak percaya. Sebenarnya luhan memang terlihat happy tapi wajahnya juga ada menggambarkan keresahan. Dan dia kelihatan gugup. Tiffany tidak tau apa yang dipikirkan luhan tapi jawaban luhan tadi memang tidak bisa diterima. Tiffany kembali menatap luhan tajam.

"Kau bohong, lu. A-pa kau sudah tidak punya perasaan lagi denganku?" Kata tiffany serius. Luhan melotot.

"Ya! Apa yang kau mengarutkan ini? Jadi kau mau tau alasannya kenapa?" Kata luhan frustasi mendengar tuduhan tiffany padanya. Tiffany menganggukkan kepalanya.

"Apa alasannya?"

Luhan menelan ludahnya. "Aku tidak tahan. Aku tidak bisa membalasnya kerna aku takut aku akan bertindak lebih dari itu. Kau pahamkan maksudku?" Tiffany menggeleng. Luhan menghela nafasnya melihat tiffany.

"Aku takut pagi-pagi ini lagi kita sudah melakukan itu, tiff. Aku tidak mau itu terjadi kerna itu aku tidak bisa membalasmu."

"Kenapa kamu tidak mau itu terjadi?" Tanya tiffany masih dengan wajah seriusnya itu. Luhan menatapnya dalam.

"Kerna aku tau kau pasti tidak akan menyukainya. Daripada nanti kau menolaknya, lebih baik aku tidak memulakannya. Iyakan?!" Kata luhan pada tiffany sambil meninggikan suaranya sewaktu mengatakan iyakan pada tiffany. Tiffany masih saja dengan wajah seriusnya itu.

"Kenapa kau boleh mengira begitu? Tidak salahkan jika kita punya anak lagi selain miyoung? Anak aku denganmu? Hmmm?" Tanya tiffany kepada luhan dengan suara menggodanya. Terlihat luhan tersenyum singkat lalu mendekati tiffany.

"Kau tidak keberatan jika punya anak denganku? Tidak apa-apakah kita punya anak lagi selain miyoung?" Kali ini luhan pula menggoda tiffany sambil memain-mainkan rambutnya. Tiffany juga jadi tersenyum mendengar godaan luhan.

"Ani. Aku tidak keberatan sama sekali. Sekarang ini masa depanku adalah dirimu luhan. Aku mau hanya kau yang menjadi suami kepadaku dan ayah kepada miyoung. Tidak orang lain dan tiada sesiapa pun yang bisa menggantikanmu dari posisi hidupku. Jadiku mohon, lakukan apa saja yang kau mau walaupun itu tanpa kebenaranku. Aku akan sentiasa oke jika itu adalah kamu, lu." Kata tiffany yang langsung dapat membuat senyuman manis luhan mengembang. Dia terharu dan sangat terharu. Tanpa menunggu waktu lagi dengan perlahan luhan membuka satu persatu kancing kemeja tiffany sehingga menampakkan singklet hitamnya. Luhan sempat memainkan wajah tiffany sebelum mencium dada mulus milik tiffany. Tiffany hanya diam dan sesekali memainkan rambut belakang luhan. Kali ini, dia membiarkan luhan yang mengetuai permainan ini.

Selang beberapa menit, kali ini tiffany pula yang bertindak membuka pakaian luhan sambil masih bibir mereka saling berpautan. Setelah tiffany berjaya membukanya, tereksposlah dada bidang luhan yang dapat membuat tiffany gila untuk saat ini. Tiffany lalu mendorong tubuh luhan sehingga ke lantai. Kali ini tiffany pula yang berada di atas luhan dan melakukan aksinya. Tiffany mula mencium bibir luhan lalu memainkan dada bidangnya menggunakan tangannya yang bebas. Mereka sedang asik melakukan itu tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka.

"Eomma?! Appa?!" Miyoung masuk ke kamar itu lalu mendekati tiffany dan luhan. Tiffany kaget lantas melepaskan ciuman mereka dan bangun daru posisinya yang berada di atas luhan. Luhan kaget dengan pelakuan tiffany tiba-tiba.

"Kenapa kau berhenti?" Tanya luhan aneh. Tiffany tidak mengatakan apapun tapi memberikan isyarat pada luhan menggunakan mulutnya jika miyoung berada di belakangnya.

"Mwo? Ya kau bilang kalau pagi ini aku bis-" tiffany menutup mulut luhan dengan tangannya lalu menolehkan wajah luhan ke belakang. Luhan kaget melihat miyoung sedang berdiri tegak di depan mereka. Adakah tadi dia sempat melihat tiffany dan luhan melakukan itu? Haisshh.. katakan tidak miyoung-a.

Luhan masih shock melihat miyoung di depannya. Selang beberapa saat, tiba-tiba miyoung bergerak ke arah luhan dan duduk di atas ribanya. Miyoung lalu memainkan boneka yang dibawanya tadi di riba luhan. Luhan yang tidak berbaju akhirnya mengarahkan tiffany mengambil bajunya memandangkan ada miyoung di sana. Tiffany mengangguk lalu memberikan baju yang luhan pakai tadi kepadanya. Luhan mengangkat miyoung sebentar lalu memakaikan bajunya. Tiffany juga sekarang dia kembali memakai kameja kebesarannya itu lalu duduk di atas kasur melihat luhan dan miyoung.

"Miyoung-a sudah bangun? Mau susu ya?" Tanya luhan pada miyoung yang sekarang sudah berada di atas pangkuannya. Miyoung yang masih main dengan bonekanya lalu menatap luhan.

"Appa tati tedang latutan apa ya?" Tanya miyoung polos. Tiffany melotot lalu menggelengkan kepalanya pada luhan. Luhan hanya menggarukan lehernya yang tidak gatal kerna tidak tau harus menjawab apa pada miyoung. Detik selanjutnya dia mengangkat tubuh miyoung dan menggendongnya. Dia membawa miyoung ke dapur tapi sebelum itu dia sempat melirik tiffany dan mengisyaratkannya agar ikut sekali ke dapur. Mungkin untuk menyiapkan sarapan dan susu buat miyoung. Tanpa waktu yang lama tiffany membuntuti luhan dan miyoung dari belakang.

"Lu, hari ini kamu mau makan apa?" Tanya tiffany pada luhan yang sekarang duduk di meja makan bersama miyoung. Luhan menatap tiffany.

"Apa saja deh. Aku bisa makan apa saja kalau itu kamu yang masak. Tapi sebelum itu, sediakan susu miyoung terlebih dulu ya. Kasian dia lapar." Luhan memainkan rambut lembut miyoung lalu menciumnya. Sebenarnya dia masih kecewa gara-gara rencananya dengan tiffany tadi gagal kerna miyoung yang masuk ke kamar mereka mendadak. Hampir saja tadi. Sedikit lagi. Adusshh... Tidak apa-apalah mungkin belum ada rejeki. Lagian siapa suruh tidak mengunci pintukan? ㅋㅋㅋ
Miyoung miyoung.. menganggu aja deh

TBC

Mian baru sekarang baru postnya..

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang