Chapter 2

1.9K 119 2
                                    

Sejak kejadian di halte bus itu, tiffany dan luhan semakin dekat malah bisa dibilang sangat dekat. Walaupun mereka saling dekat, namun tiffany tidak pernah cerita tentang sehun dan tentang kandungannya. Tiffany tidak pernah cerita kerna dia takut luhan akan meninggalkannya setelah mengetahuinya. Malam ini adalah malam dimana sudah 3 bulan tiffany dan luhan saling mengenali satu sama lain. Malam ini juga tiffany akan keluar bersama luhan untuk merayakan hari anniversery mereka.

Tiffany dengan gaun selututnya berjalan keluar dari apartmennya lalu menunggu di depan pagar. Malam ini adalah malam dimana tiffany akan memberitahu perkara sebenar tentang dirinya dan juga kandungan yang dikandungnya sebelum luhan mengetahuinya sendiri dengan melihat perubahan di perutnya.

Dalam beberapa minit tiffany menunggu, lalu datang mobil yang dibawa luhan berhenti betul-betul di depannya. Luhan turun dari mobilnya lalu berjalan mendekati tiffany.

"Hai. Wow kamu cantik sekali malam ini tiff." Luhan menatap tiffany dengan matanya yang tidak berkedip walau sedikitpun. Luhan sebetulnya sedang terpaku dengan kecantikan tiffany yang menurutnya simple tapi menawan.

Tiffany sedikit tertawa mendengar pujian daripada luhan lalu tersenyum kearah luhan.

"Thanks lu. Kamu juga tampan sekali malam ini." Tiffany balik memuji luhan kerna memang sebetulnya malam ini luhan terlihat lebih berbeda dari sebelumnya.

****

Tiffany memasuki restauran yang dibawa luhan dengan perasaan yang sangat menakjubkan. Sudah begitu lama tiffany tidak pernah makan di restauran yang seperti ini. Tiffany mengikuti luhan lalu duduk di meja yang disediakan oleh luhan mungkin.

"Kamu mahu pesan apa?" Tanya luhan yang langsung dapat menolehkan wajahku memandangnya.

"Apa aja deh. Aku nggak tahu apa yang enak di sini kamu tolong ordernya untuk aku ya." Luhan tersenyum kearahku lalu segera diordernya makanan buatku dan buatnya pada pelayan yang sudah ada disebelah kami.

Setelah beberapa minit menunggu, akhirnya makanan yang dipesan sampai. Kami masing-masing menikmati makanan kami sehingga akhirnya aku yang membuka bicara.

"Luhan." Panggilku lembut selembut yang mungkin agar tidak menganggu makannya.

Luhan menatapku dengan sebuah senyuman yang sangat manis.
"Ada apa tiff?"

"Ada perkara yang ingin aku bicarakan sama kamu." Aku lihat luhan berhenti dari makannya lalu 100% menatapku. Aku menelan ludahku.

"Sebenarnya ada perkara yang kamu belum tahu tentangku. Sesuatu yang sangat penting." Aku memberhentikan kataku lalu menundukkan kepalaku ke bawah.

"Perkara apa tiff?" Luhan masih setia menatapku tanpa mengalihkan pandangannya. Aku yang dari tadi menunduk terus menegakkan kepalaku menatapnya.

"Tapi.. kamu harus janji satu hal padaku." Luhan mengerutkan dahinya.

"Apa itu?"

"Kamu tidak boleh marah dan benci sama aku setelah mengetahuinya. Bolehkan?" Aku menatap luhan ragu. Aku harap luhan tidak menanyakan lebih dan hanya mengangguk dengan pernyataanku. Akhirnya untuk beberapa detik luhan tidak bergeming, akhirnya luhan menganggukkan kepalanya seperti apa yang ku harapkan.

"Iya tiff aku janji. Sekarang kasi tahu aku apa itu." Luhan masih memberi senyuman tulusnya padaku. Aku dapat merasakan kalau ini akan menjadi senyuman yang terakhir untukku kerna setelah dia mengetahui ini pasti dia akan membenciku malah tidak ingin bertemu denganku lagi.

"Aku hamil luhan." Aku dapat melihat wajah luhan berubah. Aku tidak tahu apa yang sedang difikir olehnya tapi dapatku rasakan wajahnya mengingat kalau aku lagi bercanda.

Luhan ketawa.
"Hahaha... ini tidak lucu tiff. Bagaimana kamu bisa hamil sedangkan kita tidak pernah melakukan apa-apa." Luhan sambung memakan makanannya kembali dan aku hanya menatapnya kosong.

"Luhan, aku serius. Aku hamil sudah 5 bulan dan ini bukan anakmu." Luhan berhenti dari makannya dan menatapku dengan tatapan yang sukar ditafsirkan.

"Kalau itu bukan anakku lalu anak siapa? Kamu tidak pernah cerita kalau kamu sudah bernikah."

"Aku tidak menikah, luhan. Ini... ini anak aku dengan lelaki lain yang sememangnya kamu tidak mengenalinya." Aku menundukkan wajahku sepertinya aku mahu menangis. Aku tidak tahan melihat luhan yang sepertinya sudah memandangku dengan jijik.

"Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Jujur aku kecewa sama kamu tiff. Permisi." Luhan pergi meninggalkanku begitu saja. Sekarang air mata yang tadiku tahan sudah mengalir deras disudut mataku. Aku sudah menduga perkara ini akan terjadi. Semua lelaki pasti tidak dapat menerimaku dan anak di kandunganku ini mestipun ia adalah ayahnya sendiri. Aku menghapus air mataku lalu keluar dari restauran itu.

My MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang