Prolog

432 16 2
                                    

Aku tak bisa berbuat apa-apa kalau kau ingin mengakhiri hubungan ini, karena aku mengerti dan juga merasakan bagaimana rasanya berhubungan jarak jauh.

Namun, saat ini aku masih menunggu mu, disini.

***

Naufal pov

Sambil memandangi gedung-gedung tinggi, gue menyesapi secangkir kopi hitam yang asapnya masih mengepul.

Balkon apartment gue yang kebetulan view-nya ditengah kota, membuat gue semakin betah berlama-lama disini sampai malam.

Melihat perubahan langit yang menjadi semakin gelap, guepun bangkit untuk masuk kedalam mengambil laptop.

Lantas begitu laptop gue nyala, langsung saja gue online Skype.

Nama Shaqila terpampang di list online friends, dengan begitu gue sambungkan ke video call.

"Hai!" Sapanya girang.

"Hai Shake!" Sapa gue balik.

By the way, Shake itu panggilan gue buat Shaqila. Dari dulu gue seneng banget liat bibir dia yang mengerucut, kalau gue memanggilnya dengan sebutan 'Shake'.

"Auah, kebiasaan. So, kalau lo nge-call pasti ada sesuatu yang terjadi" katanya sambil menyeringai lebar.

Gue menghembuskan napas kasar.

"Lo kenapa?"

"Gue putus sama Arina, di tahun ke-tiga kita.. dia bilang-- dia udah gak sanggup"

"Seriusan lo?! Well, gue gak nyangka sih sebenernya.. cuma wajar kalau dia mengakhiri semuanya, gak ada yang tahan dengan hubungan jarak jauh"

"Tapi ini terasa janggal, gue gak bisa nerima fakta kalau ternyata hubungan gue dan dia udah berakhir" kata gue pelan sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Ceritain semuanya dari awal!" Pintanya dengan mata berbinar kepo.

"Dimulai dari cerita cinta gue, atau langsung ke bagian dimana cinta gue berakhir?"

"Kayaknya.. dimulai dari cerita cinta lo deh, soalnya kan gue kepo lo sama Arina itu gimana hehe" katanya dengan tangan menopang di dagu.

***

Shaqila. Yang notabene-nya sahabat sejati gue dari SD itu, selalu setia mendengar keluh kesah gue melewati layar laptop.

Gue yang di Jerman dan dia yang di Singapore untuk melanjutkan kuliahnya, bikin kita terkadang lost contact tanpa kabar sedikitpun.

Lalu ketika gue memiliki masalah, Skype lah yang selalu membantu gue untuk mengurangi masalah itu.

Karena satu-satunya jalan supaya hati gue membaik, ya dengan curhat ke Shaqila.

Sumpah, bukan berarti gue dateng ke Shaqila kalau butuh doang.

Tapi memang kesibukan lah yang menghambat segalanya.

***

Kembali lagi ke topik pembicaraan, dimana gue lagi Skype sama Shaqila.

"Jadi kapan lo mau mulai ceritanya?"

"Semua bermula ketika gue..." gue mulai menceritakan masalah 'cinta' yang gue hadapi.

------------------------------------

Hai, gimana prolog nya? Biasa banget ya? Tapi gue selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik kok guys!.

Dan ini cerita teenfiction gue yang keempat, semoga lebih bagus dibanding cerita yang lainnya, gue juga belum tau kira-kira ini bakal jadi long story atau short story, mungkin tergantung minat yang baca kali ya?.

Terus gue pengen kasih tau ke kalian, kalo cerita ini tuh alurnya maju-mundur, jadi semoga aja pada connect ya!.

Dont forget to leave vomments, thankyou!❤

Aku, Jarak, dan Kamu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang