You broke my heart but yet I still love you with all the broken pieces.
***
Author pov
Hari ini, berbeda dari hari lainnya. Rasanya cuaca yang cerah, semakin mendukung Arina untuk memulai rutinitasnya-- salah, maksudnya, untuk segera memulai petualangannya bersama Naufal.
Dengan semangat '45, Arina berlari kecil menuruni tangga.
Terlihat Aleana sedang asik memakan kacang polong, sambil nonton tv. "Mau kemana lo, ka?" Tanya Aleana tanpa mengalihkan pandangan dari tv.
Sedangkan yang ditanya, cuma cengar-cengir gak jelas.
"Kumat nih orang!" Ejek Aleana.
Bibir Arina maju beberapa centi, kala mendengar ejekan adiknya. "Seneng banget deh ngerusak kebahagiaan gue!"
Dan Aleana hanya menanggapinya dengan memutar bola mata.
Tiba-tiba Arina bangkit dari duduknya, lalu menepuk dahi. "Aduh! Gue belum izin sama mama lagi-- Al, mama ada dikamarnya kan?"
"Ada"
Iapun langsung berlari ke kamar mamanya yang ada di ujung lorong, untuk meminta izin.
Dengan kasar, Arina membuka pintunya. "Hai ma!" Sapa Arina semangat.
"Kamu tuh kebiasaan ya, buka pintu gak pernah bener!"
Arina hanya cengengesan.
"Tunggu, kamu kesambet apa masih pagi gini udah rapih?" Tanya mama sambil meneliti Arina dari atas sampe bawah.
"Mau pergi sama Naufal--"
Mamanya mencebikkan bibir. "Bukannya mama udah bilang, kalau mau jalan sama Naufal gak usah izin lagi"
"Ah mama gitu deh! Ya udah, kalau gitu aku pergi dulu ya, bye" pamit Arina.
"Take care, pumpkin" kata mama.
***
Dengan sepatu rodanya, Arina dibantu Naufal. Karena, Arina belum ahli menggunakan sepatu roda. Lain halnya dengan Naufal, sedari kecil ia sudah menguasai olahraga satu ini.
"Aku cape ah Nop, duduk dulu yuk!" Dan Arinapun langsung mendaratkan bokongnya di pinggir route sepatu roda.
"Sebentar ya, aku mau beli cotton candy yang diujung jalan sana" kata Naufal seraya nenujuk kearah dimana penjual permen kapas itu mangkel.
"Sekalian beli air putih ya Nop" pinta Arina memasang puppy-face.
Arina mengamati tubuh Naufal yang semakin lama semakin jauh dari pandangannya, lalu ia menerawang jauh memikirkan keberangkatan kekasihnya dalam waktu dekat.
Jujur saja, Arina enggan membahas tentang keberangkatan Naufal. Hanya saja ia takut, kalau tiba-tiba sifat kekanakan nya muncul seperti kemaren.
Rasanya berat mengakui kalau untuk kali ini, Arina tak mau mengalah. Ia ingin Naufal mengalah untuk kali ini, saja, tapi ini bukan masalah sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Jarak, dan Kamu.
Teen FictionJarak memisahkan kita. Perbedaan zona waktu, menghambat komunikasi kita. Lalu kesibukan yang kita jalani, semakin mempersulit segalanya. Ku rasa kita cukup sampai disini. Aku tak percaya yang namanya jauh di mata namun dekat di hati, itu hanya omong...