3

47 18 3
                                    

Abigail.

Pagi-pagi sekali mamah sudah membangunkan aku. Katanya sih agar aku tidak terlambat bekerja.

"ABBY! KAMU UDAH SIAPA BELUM?"

Ugh typical mamah.

"Mah, gausah teriak-teriak juga kali, ini rumah bukan hutan" jawabku seraya keluar dari kamar dan memakai jaketku.

"Mamah udah excited as fuck nih, udah kayak fangirl mau nonton konser"

Elah, lebay amat lu

Aku dan mamah langsung berjalan naik ke mobil yang di dalamnya sudah ada papah.

"Lah, papah ngapain ikut?" Tanyaku

"Papah kan mau tau tempat kerja kamu yang baru"

Aku hanya mendengus mendengar jawaban papah. Dan mamah masih tersenyum bahagia dari kemarin. Sungguh mereka orangtua yang aneh.

900 detik telah berlalu. Mamah dan papah membicarakan hal-hal random dari tadi, dari mulai cara mengikat sepatu hingga apakah dugong memiliki kutu atau tidak.

"Nah, akhirnya sampe juga, jauh juga yah harus ngelewatin gurun sahara sama samudera pasific"

"Iya pah jauh yah, mamah aja sampe capek gini"

Lah, mulai lebaynya

Aku hanya memberi pandangan apaan-sih kepada mereka. Dan mereka hanya terkekeh saat melihat mukaku katanya, mukaku seperti bayi dugong.

Kalo gue bayi dugong berarti lu berdua dugong dong, duh bego.

"Yaudah sana turun, mamah sama papah mau ngedate" usir mamah kepadaku.

"Dih, berasa masih muda ya mah? Yaudah deh, da-ah tar jemput ya!"

Akupun melangkahkan kakiku kearah sebuah wartel. Perasaanku sedikit tidak enak dengan keputusan mamah. Dan mendapati seorang om-om sedang memainkan komputernya sambil memutar keras-keras lagu dangdut pantura.

Ko, main komputer sih? Kan ini wartel bukan warnet.

Ya suka-suka si om nya lah.

"Misi"

Om itu menoleh ke arahku dan men scan dari atas hingga bawah dengan matanya.

Yaiyalah mata, kalo tangan namanya grepe.

"Hey, kamu pasti Abigail anaknya Julia, selamat datang di wartel om Pedro, dan selamat jadi bagian dari wartel om Pedro"

Tuhkan bener, gue kerja di wartel.

Senyum miris mengembang dari wajahku, "ya om pedo-"

Si om berdehem "pedro" ujarnya membenarkan ucapanku yang salah.

"Maaf om ped-ro, jadi kerjaan saya apa ya?"

"Hm, kamu..." om Pedro menggantung perkataannya membuat jantungku berdebar seirama dengan musik dangdut yang sedang om Pedro putar. "Kamu, jaga wartel lah ngapain lagi"

Senyum mirisku makin mengembang.

Tuhkan, jaga wartel


A/N:

Cie cantik cantik jaga wartel, ccjw. Bhaq.

Maaf banyak kerecehan disini.

Q: mana calumnya?

A: tar dulu kali

Btw, maaf kalo banyak typo(s) aku males ngedit hehe

Vomment(s)?!

-wulan

Wartel//c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang