Part 3

31 4 2
                                    

17.23.

Dan aku masih duduk disini,di samping makhluk yang ga jelas asal-usulnya.Ingin rasanya segera keluar dari ruangan ini,ngejar angkot,pulang ke rumah dan tidur.Tapi kenapa setiap ingin membuat soal baru,otakku sulit untuk berputar.Apa karena pengaruh cowok alien ini terus-terusan membuat hawa dingin memenuhi ruangan sampai-sampai otakku membeku.Mungkin aku berlebihan.Tapi Ya Tuhan,apakah belum cukup penderitaanku hari ini?

Aku menatap kertas-kertas didepanku seolah mereka melihatku dengan tatapan sinis.Kertas-kertas kosong itu kuremas dan kulempar kesegala arah.Melampiaskan kekesalan pada otakku yang kini buntu.

Cowok itu melihatku datar still dengan mata abu-abu tajamnya.Aku balik menatapnya "Gue pengin pulang."

Ia  meletakkan kertas diatas meja dan menatapku lagi  "Gak nanyak."

Kamvret.

"Lo nyebelin tau gak?"ujarku sambil melemparnya dengan kertas yang baru kuremas.Berdiri dari kursiku dan berjalan keluar ruangan guru.Di pintu,aku nyaris menabrak guru menyebalkan dengan anak yang paling menyebalkan segalaksi itu.

"Lo?udah selesai?"tanya guru itu.

Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal "Ehhhmm,saya disuruh pulang cepet sama mama saya,Bu.Ini udah kesorean,nanti kalo saya diomelin sama Mama  gak dikasih jajan buat beli di kantin pas istirahat jadi ga punya energi buat belajar,deh.Padahal saya juga punya cita-cita yang tinggi,Bu.Nah,buat ngejar cita-cita,kan kudu belajar banyak.Ibu tega menghambat cita-cita saya yang tumbuh mulai dari sekecil atom merambat jadi ion sehingga ion-ion nya mengalirkan energi yang kuat untuk membentuk molekul-molekul kesuksesan-Blup!" Kalimat-kalimat tak jelas yang kukeluarkan berhenti ketika melihat cowok alien itu keluar.

"Hahah,Cita-cita kamu boleh juga.Mau ngikutin Jhon Dalton,kan?Tapi saya bukan guru kimia.Dan lagi,Ini bukan salah saya karena kamu memang harus diberi sanksi."Kata guru itu dengan tawa yang tidak ikhlas.Thanks Bu,I know you'll never Understand what I feel!

"Oh,Oke."Aku kembali masuk ke ruang guru dan kembali berkutat dengan kertas-kertas yang siap balas dendam menghancurkan pikiranku kembali.

"Lo kalo mau pulang gapapa.Biar gue bilangin."kata Adelfo,dia duduk disebelahku.

"Biar gue dapat sanksi yang lebih gede lagi besok,gitu?"Aku menjatuhkan kepalaku ke meja dan berusaha untuk tidak melihatnya.

"Enggak"ujarnya.kemudian tak ada suara lagi.Mungkin dia pergi menemui ibunya yang setengah  annabaena itu.

Tiga menit kemudian,Bu Erna sudah berdiri didepanku sambil cengengesan.Guru ini aneh.

"Kamu boleh pulang."

Aku menanggapi biasa saja"Baik,Bu?" Padahal dalam hati: Uuuuuuh Yeeeaah Dewi Fortuna berpihak padaku!

"Tapi kamu fotoin Ibu dulu bareng Adelfo ya?"Katanya tersenyum lebar.

"Oh,Oke"Jadi ini modus dibalik kata-kata 'kamu boleh pulang'.Whateverlah,Penting gue lepas dari segala penyiksaan ini.

Bu Erna menggandeng tangan Adelfo dengan semangat,sementara kunyut itu pura-pura gak peduli.

Cekrek.

Dan foto kedua makhluk astral itu diabadikan di kameraku.

"Sekarang,saya boleh pulang kan,bu?"tanyaku penuh harap.

Bu Erna diam sejenak,memandangi langit yang mulai diselimuti awan hitam."Gak usah,kamu diantar Adelfo aja."

Deg.

Aku termangu.Kebaikan guru ini membuatku takut mati muda.Siapa yang tahan nebeng bareng makhluk absurd ini.

"Terus Ibu?"

HelelgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang