The Lady Escort - Part 10

3.9K 126 2
                                    

Rangga buru – buru memasuki coffe shop dekat kantornya. Dia sudah berusaha tapi tetap saja nggak bisa menghindari macet yang membuat dia terlambat. Wanita berambut kecoklatan yang duduk dipojokkan melambaikan tangannya melihat kedatangan Rangga. Itu Sophia.

"maaf ya aku terlambat." Rangga mengecup dahi Sophia dan duduk disampingnya.

Sophia tersenyum pelan dan menyodorkan coffe late cream yang sudah dia pesan buat Rangga, yang membuat laki – laki itu tertawa. "kamu tuh bener – bener perhatian ya." Dan langsung meminumnya.

"bgaimeana kalian? Tadi jadi ke geingkolog?" Suara Sophia memelan diujung tiba – tiba lidahnya terasa pahit. Pahit waktu sadar mempertanyakan -kekasihnya sedang apa dengan wanita lain-.

"ya, gitulah. Aku pastiin jalan sama dia adalah hal yang paling nggak worth it." Yang membuat Sophia tersenyum menang, dia lebih baik dan seperti kata Rangga dia lebih 'worth' rasanya dia mau langsung memamerkan jurnalnya yang akhirnya terbit di Science setelah satu tahun pengajuan supaya Rangga bangga dan berpikir dia sangat 'worth'. "apa kata dokt'r?"

Rangga meletakkan cangkir lattenya setelah dua kali teguk. "bayinya sehat, ibunya nggak." Dia menaikkan alisnya dan menarik bibirnya sesat waktu perempuan itu terlintas diotaknya. "harus perbaikin pola makan, jaga berat tubuh sesuai usia kehamilan, and many more." Yang membuat mereka berdua tertawa. So talktive.

Mereka jadi teringat profesor yang membimbing mereka yang terlalu – terlalu dan terlalu khawatir mengenai segala hal dalam pembuatan formula, mulai dari penimbangan, langkah kerja cara menuangkan, cara mengocok dan sampai soal penyusunan bahan kimia. Mr. Alex pria jerman sexy butuh dipuja wanita dan selalu 'berusaha' terlihat mempesona dikelas.

"kamu ingat bgaimeana Mr. Alex p'rcaya diri dengan senyumnya menggoda yang ternyata penguji akreditasi kampus?" Mereka berdua kembali tertawa.

"yah, aku rasa Mr. Alex berhasil merayunya karena akreditasi departemen kita A."

kedua tangan Rangga sekarang memegang tangan Sophia yang membuat Sophia langsung melirik. "maafin aku dear."

Sophia menegang, kata 'dear' dari seoranng Rangga adalah pertanda buruk.

"aku akan pertahanin bayi itu"

Sophia menarik napas. Dia sudah memohon berkali – kali untuk yah, nggak menginginkan bayi itu dan mungkin setelah keseratus kali dia akhirnya bilang 'aku bakal pertimbangin' dan sekarang, dia rasa Rangga benar – benar nggak mendengar permintaannya.

"aku harus bertanggung jawab sama kesalahanku."

"tapi itu bukan salah kamu honey." Sophia setengah berteriak tak terima, kadang kesal juga sama sifat Rangga yang berjiwa besar dan bertanggung jawab. Kenapa juga dia harus bertanggung jawab sama sesuatu yang bahkan bukan salahnya?. "cerita kamu bisa jadi bukti dipengadilan. Dibawa ke polisi pun jelas kamu korbannya."

Rangga melirik ngeri, jelas – jelas nggak pernah terbayang kalau kejadian ini akan sampai ke meja pengadilan lagipula dia nggak mungkin kan bilang waktu dia juga terangsang dan yang kedua dan seterusnya dia yang tergoda melanjutkan permainan.

***

SMS Rangga adalah alarm sialan yang mengganggu tidur pagi seorang Wanda. Bukannya dia sudah bilang jam bangunnya itu jam 11 atau 12 siang? Wanda membongkar baterai androidnya dan melempar dua bagian itu sembarangan diujung tempat tidur dan menarik selimut tinggi – tinggi.

Tapi baru satu jam dia terbangun lagi, kali ini karena asam lambungnya naik ketenggorokkan. Wanda bangun dari tempat tidur seperti orang kena strum berlari, menghentak selimut yang jatuh dari kasur. Dia pun nggak bisa buru – buru, harus tengok kanan – kiri, pastiin 'wanita-wanita' itu nggak dekat kamar mandi dan saat itu dia baru bisa kekamar mandi itu pun dengan muntah tanpa suara.

Wanda duduk dilantai kamar mandi, muntah itu benar – benar mengeluarkan banyak energi dan mulutnya terasa aneh. Dia memaksakan diri bangun lalu menyikat gigi, membersihkan sisa muntah dimulutnya.

"mba fi..." Wanda melengos, gadis kecil itu. "mba nggak apa – apa?"

Wanda mengerutkan dahi "gue kenapa emang?"

"nggak apa – apa kok." Sissy gelagapan, menunduk panik.

Wanda jadi ingat kalau Sissy-lah satu – satunya yang tahu keadaanya.

"lo" Wanda mengacungkan sikat gigi penuh busa kedepan muka Sissy. "awas kalo berani bilang ke yang lain dan sampe bocor." Dia mengangguk mengikuti gerakan sikat gigi itu, langsung mundur diri dan menghilang.

Setelah dari kamar mandi Wanda langsung sarapan, meminum multivitaminnya lalu mandi. Baru jam 10 pagi. Dia balik kekamar, baru dia bersiap tidur handphonennya yang sudah utuh bergetar. Kamu udah minum multivitaminnya kan?

degdegedeg. Wanda seperti kenapa setrum,setelah dia bisa menghapus perasaanya dia membalas dengan kesal. Kalau didunia nyata Rangga itu ketus kalau didunia per-messagge-an dia bawel.

dia melempar badannya kekasur, teringat kejadian seminggu lalu, saat pada akhirnya dia berhasil buat mulut pedes seniornya nggak bisa bilang apa – apa dan mati kutu untuk seenggaknya 40 menit? Wanda cekikikan mengulang kejadian seminggu yang lalu itu.

Seminggu sebelumnya.

Rangga menarik napas dengan kesal dengan pandangan menunduk ke lantai. Dia kalah telak dari pilihan yang dibuat Wanda. "mendingan nggak pake underware atau kakak temenin aku ke toko underware?" Benar – benar opsi yang sama sekali nggak menguntungkan, dan disinilah dia nemenin perempuan yang kalau bisa paling mau dijauhin memilih satu dari sekian juta pakaian dalam yang bertebaran. Pilih satu, langsung pergi apa susahnya kan?

"kak, kalo aku pake warna ini gimana?" Rangga yang lengah asal mendongak dan langsung merona seketika waktu Wanda mengacungkan celana dalam hitam tali – tali, dia langsung menunduk dan sumpah pikirannya nggak kearah membayangkan 'siapa memakai apa' atau sudah?

"kakak gimana? Kakak nggak suka ya, ok cari yang lain." Yang langsung agak disesalin Rangga karena memperpanjang waktunya didalam ruangan itu.

Karena nggak ada jawaban, Wanda mulai mencari lagi dan mengacungkan beragam pilihan. "kak ini gimana warnanya bagus nggak? Kak ini cocok nggak sama aku? Kak, kak, kak..."

"bagus." Jawabnya sekali waktu setelah keseringan jawab "hmm,iya, oke, wow, blablabla."

"kak, aku nanya serius nih? Dari tiga ini bagusan yang mana? Aku kan mau tau gimana kesukaan kakak. Atau kakak lebih suka nggak pake apa – apa?" Wanda gemas disambut cekikikan mba – mba spg yang membuat harga diri Rangga terlempar jatuh dan terdengar bunyi 'crak' saat sudah sampai dasarnya.

Kesabaran yang hilang begitu aja. "beli apapun yang kamu mau. Saya.nggak.perduli."

Wanda merinding ditempat mendapati pelototan itu tapi langsung hilang mendengar cekikikan mba – mba SPG. Buat para SPG itu lebih kedengaran. "aku nggak perduli kamu mau pakai apa." Yang menggoda banget.

Rangga yang sadar kekasarannya berdeham. "sejam lagi kita harus kerumah sakit kan?" Wanda menurut, langsung mengambil 3 pasang pakaian dalam yang tadi dia tanya pendapatnya dan langsung pergi ke kasir untuk mentertawai Rangga.

Dia jadi ingat kalau waktu itu dia nggak sengaja ketemu Dian dan om surya. Pasti mereka disana lagi milih daleman yang sesuai fantasi om surya. Diperjalanan Rangga yang tadinya Cuma diam jadi melotot tajam waktu Wanda menerima telepon dengan suara manja.

"halo om,,, kapan? Pasti dong... apa sih yang nggak buat om... Bye om, sampai ketemu nanti malam.. Ohya, masih inget rekening aku kan? Nanti aku kirim ya..."

'Wanda, kamu lagi hamil. Bahkan kita sekarang mau ke dokter kandungan kan?"

"so? Itu nggak pengaruh apapun kan?" wanda balas melotot dan membuang muka  dia mati – matian nahan ketawa supaya telepon fiktifnya nggak terbongkar.

tapi sisa hari itu justru seperti membalas semua tingkah laku wanda dan yang dia mau lakuin adalah menghindari Rangga.

***

The Lady EscortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang