The Lady Escort 16

1K 109 25
                                    


semoga masih ditunggu ya.

with love,


G

***

Wanda penasaran dengan wanita yang pernah ikut dia dan Rangga ke rumah sakit untuk membuktikan kehamilannya. "hun." Panggil perempuan itu waktu itu. Kekasihnya? Seperti apa karakter perempuan yang bisa berada di sisi Rangga? Dan saat perempuan bernama Sophia itu meneleponnya untuk bertemu, Wanda tidak punya alasan untuk berkata tidak apalagi itu artinya bisa keluar dari apartemen Rangga.

Pfffft. Padahal Wanda selalu bertengkar dengan Rangga bahkan sempat berpikir kalau berantemnya mereka tempo hari adalah alasan kenapa dia tidak perlu minta izin Rangga untuk pergi.

Wanda suntuk karena masih kesullitan tidur walau sudah sebulan lebih tinggal bersama Rangga, karena biasanya sebagai perempuan malam dia baru selesai bekerja jam 5 pagi dan baru bisa tidur jam 6 atau 7 pagi. Untuk menghilangkan kesuntukkannya Wanda merokok dibalkon sambil memandang jalanan. Memperhatikan kendaraan yang berlalu cepat, sehingga lampu-lampu kendaraan seperti mozaik yang menggores kanvas hitam, Wanda nggak pernah tau, atau lupa kalau ternyata pemandangan malam bisa seindah itu. Jelas, selama ini kan dia cuma hidup dibalik tembok atau kamar pesegi saat malam hari.

Apalagi angin malam yang menerpa wajahnya dari ketinggian lantai 5 apartemen paling biasa aja yang saat ini dia tinggali. Wanda menghisap rokok dan menghembuskan asapnya dengan main-main ke langit malam.

"Wanda."

Takut ketahuan Wanda langsung menyembuyikan rokok yang baru dihisapnya dibalik punggung. "kenapa kak? Butuh temen tidur?"

"percuma kamu umpetin. Baunya nyampe kamar tau nggak." Kata Rangga berdiri di muka kusen, sebagian mukanya nggak terlihat karena saat malam lampu apartemen selalu dimatikan. "kamu tahu nggak rokok bisa bahayain janin, bikin janin cacat kayak sumbing gitu. Kamu mau bayi yang kamu lahirin sumbing?"

Cuma itu dan kembali ke dalam kamar.

Wanda pucat ditempat, langsung membuang rokok ditangannya keluar balkon lalu memeluk perutnya yang mulai berbentuk dengan tangan bergetar dan takut "jangan kenapa-kenapa ya kamu." Nggak terbayang kalau bayi yang akan dilahirkannya akan cacat.

***

Terserah Rangga mau berpikir apa. Pokoknya Wanda benar-benar marah soal kejadian tempo hari. Kenapa sih Rangga nggak bisa berkata lebih lembut. Dan kenapa omongannya selalu menghakimi? Bahkan Wanda sendiri masih takjub dengan kemampuannya bertahan tinggal dengan Rangga satu bulan ini.

Wanda meminum orange squash keduanya. Sekarang sudah 30 menit dan Sophia masih belum datang. Melunturkan rasa bangga dirinya karena berhasil pergi tanpa izin (dengan sedikit rasa bersalah) dari apartemen yang nyaris membuat dia mati kebosanan setelah empat minggu hanya melihat tembok yang sama.

Kalau 15 menit orang yang menelponnya belum kembali mungkin dia akan pergi. Buat dia waktunya terlalu berharga.

"pantesan mereka cocok. Sama – sama bikin kesel." Gerutu Wanda sebal.

Untuk kesekian kalinya Wanda menatap berkeliling memperhatikan lalu lintas kendaraan diluar dan sesekali pada pengunjung kafe lainnya untuk membunuh rasa bosan. Dibagian kafe yang lain Wanda melihat perempuan yang duduk dengan pose menggoda dengan satu kaki yang disilangkan pada orang didepannya.

Kayak escort atau hooker? Pikir Wanda pensaran.

Wanda yang pada dasarnya kompetitif ikut menirukan pose itu tapi saat kakinya disilangkan otot perutnya yang mulai membuncit menegang membuatnya merasa tidak nyaman.

The Lady EscortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang