Ingat aku hanya punya sedikit medsos ini? Yang tahu pun hanya segelintir orang. Tapi aku ingat tidak pernah memberikan id line ku kepada Abim. Tapi malam ini, akhir bulan Januari, Abim menyapaku. MENYAPAKU. Walaupun hanya menyapa 'hai' , efeknya dashyat di tubuhku ini. Jika begini caranya, rasanya aku tak bisa menghilangkan perasaanku kepadanya.
Dan berujung sakit hati. Menyedihkan.
Kubalas pesan darinya.
Rania A: Dapet dari mana id line gue Bim?
Abim R: Tanya sama diva
Rania A: oh
Abim R: oh doang? Jutek banget sih
Rania A: suka-suka gue, Bim
Abim R: iya deh, nanti dihajar lagi sama wonderwoman.
Rania A: GAUSAH DIINGET.
Abim R: Ampun kanjeng Ratu
Lalu Bunda memanggilku untuk turun kebawah, dan pesan Abim hanya sempat kubaca.
----
Abim R: Rania?
Abim R: Kok cuma diread?
Abim R: Anjir dikacangin. Padahal ada yang mau gue omongin.
Pesan terakhir pada pukul delapan malam, sekarang jam setengah sepuluh. Kira-kira dia udah tidur belum ya.. aku penasaran dengan hal yang ingin dibicarakan nya.
Rania A: Bim?
Rania A: Maap tadi Bunda manggil.. :(
Rania A: Mau ngomongin apa? gue penasaran
Abim R: Ah , gapapa Ran, gajadi. Gue mau tidur dulu ya.
Yah, aku merasa tak berhak menanyakan lebih jauh lagi. Tapi perasaan ku mengatakan bahwa ini ada hubungan nya dengan Diva.
Aku merasa sakit sekarang, tadinya aku juga mengharapkan kita akan ber-chatting ria sepanjang malam seperti orang pdkt. Aku juga yang salah, aku yang terlalu berharap, padahal aku sudah tau dia mempunyai perasaan kepada Diva.
Harusnya misiku untuk menghilangkan perasaan berjalan sukses. Salah dia juga kenapa dekat-dekat denganku.
Mungkin ada baiknya aku menempelkan kertas dengan tulisan "senggol bacok" di dada ku besok pagi agar Abim tidak dekat-dekat aku.
----
halo baru bisa update karna baru masangin paket hihi, idenya juga ilang kemana tahu, jadinya ya bgini aja dapet nya. 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
366 Days (On Hold)
Teen FictionAkan ku ceritakan kepadamu mengapa aku mencintainya. Walaupun aku tak tahu apa dia mencintaiku juga.