2. Mata Caramel

170 9 0
                                    

Mungkin aku jatuh karena tatapan nya kepadaku saat itu. Aku lagsung mengingat warna matanya, warna cokelat cerah seperti caramel.

Terlalu cerah untuk orang indonesia menurutku. Lalu kuketahui bahwa Abim adalah blasteran, atau lebih dikenal indo. Blasteran apa, aku tak tahu pasti, karena pas ditanya dia hanya menjawab, "ya banyak deh, gue kayak es campur," dan itu membuatku tertawa.

Awalnya kadang bisa kulihat mata nya menyimpan kepedihan. Nanti kalian tahu mengapa.

Lalu aku melihat kehangatan saat itu, saat ia berbicara dengan Diva. tatapannya hangat. Membuatku menelan berat rasa perih di hatiku.

Waktu itu seminggu setelah ia masuk sekolah ini. Walau memang Abim tidak masuk dalam kriteria ganteng, tapi paras nya cukup menjual. Haha. Banyak siswi di sekolah masuk ke kelas hanya untuk diam-diam melihatnya. Malah ada yang terang-terangan menyatakan ketertarikan, dan langsung ditolak Abim dengan ucapan, "Maaf gue udah suka sama orang."

Setelah itu dia kembali mengobrol dengan Diva, awalnya kukira karena Diva adalah ketua OSIS makanya dia mendekati Diva untuk bertanya-tanya. Dugaanku meleset jauh, dia menyukai Diva setelah ku perhatikan baik-baik cara bicaranya. Sangat berbeda, jika ia berbicara denganku.

Aku sakit. Tapi apa daya, aku bahkan berbicara dengan nya jarang. Mungkin dia sama sepertiku, jatuh cinta dengan cepat kepada Diva.

"Ra, kamu setuju ga Abim masuk kelompok sejarah kita? Kan kurang orang nih," tanya Diva kepadaku.

"Eh . . boleh. . terserah kamu lah Div, kan kamu ketua nya," balasku.

"Yaudah kalo begitu,"

Lalu aku menyesal, harusnya aku tolak usulan itu, yang ada aku hanya jatuh makin dalam. Bekerja kelompok dengannya hanya membuatku sering bertatapan dengan matanya. Memang penyesalan selalu datang belakangan.

-------

Butuh kritik membangun. Jadi please vote and comment.

Regards,
Nin

366 Days (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang