Chapter 2

90 12 3
                                    

"Alice!! Apa kau belum bangun juga?"

Aku membuka kedua mataku mendengar suara mom yang meneriaki namaku dari bawah. Aku melihat jam dengan mata yang masih setengah tertutup. Rupanya sudah pukul 7. Tunggu tunggu, pukul 7?

Fuck

Aku langsung berlari menuju kamar mandi, setelah itu aku mengambil seragam seperti biasa dan tak lupa mengambil ponsel, sepatu, beserta ranselku.

Menuruni setiap anak tangga dengan berlari, aku sudah melihat mom dan dad sedang sarapan.

"Pagi mom, pagi dad."Aku mengecup kedua pipi mereka secara bergantian.

"Hey Alice, mom sudah bilang jangan tidur terlalu larut. Laila sudah menunggu di luar semenjak 15 menit yang lalu." Jelas mom panjang lebar.

"Oke mom. Bye aku berangkat!" Seruku antusias dan langsung menyambar sandwich yang mom buat, dilanjutkan dengan berlari keluar rumah.

Waktu yang aku-kami punya hanya sekitar 15 menit lagi. Ya Tuhan, semoga kami tidak telat.

Memasuki mobil Laila aku tahu apa yang akan terjadi berikutnya.
"Shit Alz, apa aku perlu membelikanmu 10 jam weker agar kau bisa bangun pagi?" Ucap Laila dengan kesal.

"Sudahlah ayo sebelum kita terlambat." Aku menjawab pertanyaan Laila sambil mengunyah potongan sandwich yang ada di mulutku.

"Oh ya Alz, aku sudah berakhir dengan Deve" Sambung Laila dengan wajah yang masih menatap lurus kedepan.

Aku langsung mengalihkan perhatianku dari sandwich yang kupegang.

"Kau serius? Ah aku sangat senang mendengarnya. Lagipula, untuk apa kau menjalin hubungan dengan orang yang belum kau temui. Bahkan kau belum mengenalnya dengan baik bukan?" Aku kembali menyantap sandwichku.

"Ya, begitulah... Sudahlah aku tidak ingin membahasnya lagi."
Gerutu Laila kesal.

Aku tidak habis fikir dengan Laila. Menjalin hubungan dengan seseorang yang belum dikenal, bahkan belum pernah bertemu. Kalian tahu alasannya? Kata Laila, Deve tinggal di New York. Aneh bukan?

Klakson mobil Laila membuyarkan lamunanku.

Aku menghembuskan nafas lega, melihat pintu gerbang masih terbuka. Aku melirik arlojiku yang menunjukan pukul 8 tepat. Beruntung kami tidak telat.

"Morning Mr. Frank" sapaku dan Laila secara bersamaan kepada penjaga sekolah.

"Morning Alice, Laila. Kalian berdua hampir telat." Mr. Frank membalas dengan ramah.

Laila langsung melirik ke arahku dan hanya kubalas dengan cengiran kuda. Kami berdua langsung berlari menuju kelas berharap Mrs.Ellen belum datang.

Aku dan Laila sudah memasuki kelas yang ternyata belum ada Mrs.Ellen di dalamnya.

Aku menghela nafas, lega.

"Kita beruntung Kota London belum ramai di pagi hari." Laila membuka suara ketika kami sudah menempati tempat duduk kami yang bersebelahan. Aku menempati kursi yang berada di sebelah jendela.

"Kita sedang beruntung Lails, hari ini tidak terkena ocehan Mrs.Ellen"

Baru saja Laila ingin membuka mulutnya, suara deruan sepatu milik Mrs.Ellen memenuhi pendengaran seluruh murid di kelas.

"Morning class" Sapa Mrs.Ellen.

"Morning" Sambung seluruh murid serempak.

"Hari ini kita kedatangan murid baru yang berasal dari New York. Oke Deve, kau bisa masuk"

Seorang lelaki tampan memasuki kelas ketika Mrs.Ellen menyebutkan namanya. Lelaki itu bertubuh tinggi, memiliki bibir bewarna merah muda, dan bola mata bewarna coklat yang indah.

Aku mendengar seluruh murid perempuan berbisik membicarakan pria itu. Tak terkecuali Laila yang sedang melongo menatapnya.

"Hai guys, aku Deve Peterson. Kalian bisa memanggilku Deve." Ucap Deve memperkenalkan diri.

Hei, nama yang sama dengan mantan kekasih Laila. Atau jangan jangan..

Laila berdehem
"Alz, apa dia berkata nama belakangnya Peterson?" Tanya Laila yang tampaknya ragu.

"Sependengaranku sih begitu Lails, mengapa? Kau mengenalnya?" Aku balik bertanya terhadap Laila.

Seketika wajah Laila pucat.
"Alz, dia mantanku."

Aku terdiam mendengar pernyataan Laila. Apa dunia sesempit ini? Atau Tuhan sengaja mempertemukan mereka lagi.

"Oke Deve, kau bisa menempati kursi kosong." Mrs.Ellen membuka suara serta mengarahkan tangannya menuju ke arahku?

Tunggu sepertinya bukan ke arahku, melainkan pada kursi kosong di hadapanku.

Deve langsung menuju kursi itu dan sempat melirik ke arahku sebelum ia duduk. Ia menoleh kebelakang dan tersenyum padaku dan Laila.

Namun, wajah Deve sedikit terkejut dan kebingungan setelah ia melihat wajah Laila.
Laila pun tertunduk setelah itu.

"Lails, apa ia pernah melihat wajahmu?" Tanyaku setelah pelajaran kembali normal.

"Tentu saja pernah, namun hanya di foto. Kau tahu kita belum pernah bertemu kecuali saat ini." Jawab Laila dengan suara yang sangat pelan.

***

Hai! Hai! Jangan lupa vote dan comment yaa..

   Things I Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang