"Oke class, thank you for your attention. See yaa"
Mrs.Ellen keluar kelas yang kemudian disambung oleh murid-murid yang ikut berhamburan keluar kelas.
"Alz, kau ingin ikut aku dan Kaitlyn ke kafetaria?" Tanya Laila membuatku mendongak karena Laila sudah berdiri disampingku.
"Sepertinya tidak, aku sedang malas." Jawabku dengan jujur.
"Oke baiklah kami duluan ya!" Teriak Laila sambil keluar kelas dan diikuti oleh Kaitlyn dibelakangnya.
Aku membuka laptopku mencari kesibukan. Ketika aku sedang asik dengan laptopku, aku melihat Vanessa dan teman temannya berjalan kearahku. Maksudku ke arah Deve.
"Ku dengar, disini ada murid baru. Apa kau orangnya?" Vanessa memulai pembicaraan kepada Deve.
Dasar Vanessa. Dia selalu saja tau jika ada pria tampan dimanapun.
"Ya aku orangnya, ada apa?" Jawab Deve seperti tidak tertarik.
"Tidak ada. Aku hanya ingin berkenalan. Namaku Vanessa, aku perempuan paling cantik disini." Ujarnya sambil menjulurkan tangan.
Aku mengernyit jijik mendengarnya. Pandanganku masih tertuju pada laptop.
Deve menjabat tangan Vanessa dengan ekspresi datar.
"Hmm jadi kau yang namanya Deve."
Lalu Vanessa dan gerombolannya meninggalkan Deve dan aku yang kembali berdua di dalam kelas.
Sebelum meninggalkan Deve, aku mendengar Vanessa berbisik pada salah satu temannya 'tampan'. Itulah satu satunya kata yang ku dengar saat Vanessa berbisik.
Aku kembali mencari kesibukan pada laptopku yang daritadi belum ku dapat akibat menguping pembicaraan mereka.
Ku dengar seseorang berdehem yang membuatku mau tidak mau kembali menengok. Aku mendapati Deve yang sedang menyengir layaknya seekor kuda tampan."Hai, aku Deve. Jika diperbolehkan, apa aku bisa mengenalmu?" Deve menjulurkan tangannya.
"Hai, tentu Deve. Aku Alice Anderson. Panggil saja Alice." Aku menjabat tangan Deve dengan malu?
Sial kenapa aku harus malu jika berhadapan dengan seorang pria?
Sikap Deve begitu ramah padaku, berbeda dengan Vanessa tadi. Tunggu dulu, kau percaya diri sekali Alice! Gadis batinku mengingatkan.
Deve Prov's
"Hai, aku Alice Anderson. Panggil saja Alice" Alice menerima jabatan tanganku dan kulihat pipinya yang bersemu.
Oh dia gadis yang sangat manis dan cantik. Dari pertama aku memasuki kelas ini, pandanganku sudah tertuju pada wanita yang memiliki bola mata yang selalu berbinar-binar,bulu mata yang lentik, rambut brunette yang terurai, bibir merah muda tanpa mengenakan lipstik, dan lesung pipinya yang samar sangatlah menarik perhatianku.
Sesorang berdehem dan mebuyarkan lamunanku. Aku langsung menarik tanganku, begitupun Alice yang sepertinya sedang melamun juga.
"Sorry guys, sepertinya kita berdua mengganggu." Aku menoleh, kudapati Kaitlyn dan Laila yang kutahu itu namanya, sudah berdiri disamping kami.
Aku hanya menggaruk tengkuk kepalaku yang tidak gatal.
"Ah tidak, perasaan kalian saja sepertinya." Kali ini Alice membuka suara.
"Aku membelikan ini untukmu Alz." Laila memberikan sesuatu pada Alice.
Shit. Aku jadi teringat. Apa ia Laila mantan kekasihku? Wajahnya sangat mirip dengan foto yang diberikannya pada saat itu. Namun, mengapa ia bertingkah seperti tidak ada apa apa? Mengapa ia seperti baru mengenalku? Suasana ini sangatlah canggung.
Bertemu dengan mantan kekasih, dan sialnya mengapa saat sudah tidak memiliki hubungan khusus kami bertemu. Tetapi untuk saat ini aku tidak terlalu memikirkan Laila. Aku lebih tertarik dengan perempuan yang baru saja berkenalan denganku. Aku sangat menyukai wajahnya yang lugu dan manis..
**
Alice pov's
Mr. Jake mengakhiri pelajarannya dan langsung keluar kelas. Laila keluar kelas lebih dulu dariku karena ingin ke toilet. Saat ini hanya tinggal aku dikelas yang masih sibuk membereskan kertas-kertas tugasku. Aku keluar kelas dengan terburu-buru sebelum kena ocehan Laila.
Bruk
Fuck. Seseorang menabrakku dan membuat kertas-kertas tugasku beterbangan.
"Sorry aku tidak sengaja" Orang itu membuka suaranya yang kuyakini ia seorang lelaki.
Aku menoleh setelah selesai membereskan kertas-kertas sialan itu. Ku dapati Deve dengan ekspresi yang sedikit terkejut sama sepertiku.
"Ternyata kau Deve, its okay" Aku menjawab dengan santai.
"Ehm, Alice mengapa kau belum pulang? Laila meninggalkanmu?" Tanya Deve yang terdengar seperti penasaran.
"Tadi aku ada sedikit urusan. Tidak Laila sedang berada di toilet dan kuharap dia tidak meninggalkanku karena aku terlalu lama."
Deve terlihat sedang berpikir.
"Hey lebih baik kau pulang bersamaku jika Laila sudah meninggalkanmu." Deve kembali membuka suara.Kali ini aku yang berpikir. Apa Laila tidak akan marah jika aku pulang bersama mantan kekasihnya? Tapi jika Laila sudah meninggalkanku pulang lebih dahulu, dan Deve sudah menawariku untuk pulang, apa boleh buat.
Gadis batinku terus berpikir dan bertanya-tanya seperti orang kebingungan.
"Alice?" Deve membuyarkan pikiranku yang sedang berkeliaran.
"Ya, ya Deve?" Sial, aku jadi gugup memikirkan pulang bersama lelaki. Apalagi lelaki tampan seperti Deve.
"Jadi bagaimana? Mau atau tidak? Pasti kau tidak akan menolak kan jika pulang dengan pria tampan sepertiku?"
Aku terkekeh mendengarnya, percaya diri sekali dia. Tapi memang benar sih dia tampan.
"Baiklah jika kau memaksa."Deve menyengir dan menunjukan deretan giginya yang rapi.
Aku dan Deve berjalan beriringan menuju toilet wanita. Aku masuk kedalamnya dan Deve menunggu diluar. Benar saja, karena Laila sudah tidak ada di dalam. Aku keluar dari toilet dan mendapati Deve sedang bersender pada tembok sambil bermain dengan ponselnya. Oh dia terlihat lebih tampan jika sedang bersender seperti itu.Hey Alice, hentikan pikiran anehmu itu. Tidak mungkin aku menyukai seorang lelaki secepat ini. Terlebih dia mantan kekasih dari sahabatmu Alice.
Aku berjalan menuju Deve dan menepuk pundaknya."Hey kau, mengapa lama sekali?"
"Tadi aku buang air kecil sebentar." Aku mencari-cari alasan yang tepat.
"Sepertinya, kau tidak menemukan Laila di dalam."
"Ya, Laila pasti sudah meninggalkanku pulang lebih dulu karena aku terlalu lama berada di dalam kelas tadi.
"Lebih baik kita pulang sekarang, mengingat disini seperti hanya tinggal kita berdua."
Aku hanya mengangguk mendengar ajakan Deve. Aku dan Deve kembali berjalan beriringan sampai akhirnya kami sampai di depan mobil Deve.
Mobil Deve mulai menyusuri Kota London dengan kecepatan sedang. Di jalan, Deve tidak jarang melontarkan lelucon lucu yang mebuatku tertawa cukup terbahak-bahak. Deve adalah lelaki yang sangat humoris. Itu membuatku cukup relax mengingat aku sangat gugup jika sedang berdua dengan lelaki.
Mobil Deve berhenti tepat di depan rumahku. Saat aku menoleh pada Deve, aku menemukan mata coklatnya yang sedang menatapku dalam. Aku seolah terbawa hanyut oleh keindahan bola matanya itu. Tak terasa, lama-kelamaan wajah Deve mendekat kearahku.
Shit. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak pernah melakukan ini. Tuhan, aku belum siap.
Saat jarak diantara kami hanya tinggal beberapa inci lagi, ponselku berdering dan memunculkan nama Laila di dalamnya.
Huft, thanks god
***
Please, leave your vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Things I Can't
ChickLit"Alice, kau yakin?" "Ya aku akan mencobanya" Alice adalah perempuan yang sangat cantik dan cerdas. Tidak jarang lelaki yang mengincarnya, namun anehnya tak satupun dari mereka yang dapat memikat hati Alice. Akankah Alice membuka hatinya untuk seoran...